Caeleb Dressel semakin bersinar setelah menjadi perenang pertama yang meraih delapan medali di satu Kejuaraan Dunia. Prestasi mengagumkan itu dia capai di Kejuaraan Dunia Renang 2019, di Gwangju, Korea Selatan, 21-28 Juli, dengan meraih enam emas dan dua perak.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
GWANGJU, MINGGU — Caeleb Dressel masih berusia 4 tahun ketika perenang legendaris Amerika Serikat, Michael Phelps, menjalani debutnya di Kejuaraan Dunia 2000. Hampir dua dekade kemudian, Dressel menjadi bintang baru dan prestasinya mulai dibandingkan dengan Phelps.
Nama Dressel semakin bersinar setelah menjadi perenang pertama yang meraih delapan medali di satu Kejuaraan Dunia. Prestasi mengagumkan itu dia capai di Kejuaraan Dunia Renang 2019, yang bergulir di Gwangju, Korea Selatan, 21-28 Juli, dengan meraih enam emas dan dua perak.
Perenang AS berusia 22 tahun itu pada Sabtu (27/7/2019) meraih tiga keping emas dari nomor 50 meter gaya bebas putra, 100 meter gaya kupu-kupu, dan estafet 4 x 100 meter gaya bebas. Sebelumnya, Dressel meraih tiga keping emas dari nomor 50 meter gaya kupu-kupu, 100 meter gaya bebas, dan estafet campuran 4 x 100 meter gaya bebas.
Pada hari terakhir kejuaraan, Minggu malam WIB, Dressel juga tampil di nomor estafet 4 x 100 meter gaya ganti. Namun, dia gagal menambah medali emas setelah tim Inggris finis tercepat.
Dressel pun gagal mengulang kesuksesannya di Kejuaraan Dunia 2017 di Budapest, Hongaria, dengan tujuh medali emas. Pencapaian dua tahun lalu itu sama dengan Phelps pada Kejuaraan Dunia 2007. Dressel, dengan 13 medali emas dari dua Kejuaraan Dunia, diharapkan menjadi penerus Phelps yang mengantongi 26 emas dari enam Kejuaraan Dunia.
Dressel mengatakan, pencapaiannya di Budapest dan di Gwangju bukan sesuatu yang mudah diperoleh. ”Ini semua tidak datang secara bersama-sama dan tanpa sengaja. Butuh banyak fokus, tidak hanya saat kejuaraan, tetapi juga menjelang kejuaraan,” ujar perenang yang tingginya 190 cm itu.
Dressel tidak hanya mendekati Phelps dalam perolehan medali. Perenang dengan dua medali emas Olimpiade itu juga memecahkan rekor dunia Phelps di nomor 100 meter gaya kupu-kupu pada semifinal, Jumat lalu, dengan catatan waktu 49,50 detik, lebih cepat 0,32 detik dari waktu Phelps.
”Saya tidak punya rasa gugup. Saya bangun tidur dan saat itu merasa hanya ingin melakukan yang terbaik. Rekor dunia dibuat untuk dipecahkan. Saya harap Michael senang melihat saya melakukan ini,” ujar Dressel.
Ini semua tidak datang secara bersama-sama dan tanpa sengaja. Butuh banyak fokus, tidak hanya saat kejuaraan, tetapi juga menjelang kejuaraan.
Di nomor 50 meter gaya bebas, Dressel meraih emas setelah menjadi yang tercepat dengan catatan waktu 21,04 detik. Menempati peringkat kedua adalah Fratus Bruno dari Brasil, dengan selisih waktu 0,41 detik. Perenang Yunani, Kristian Gkolomeev, menempati posisi ketiga. Meski sudah menjadi juara, Dressel sebenarnya tidak terlalu senang dengan catatan waktunya karena dia menargetkan bisa menembus waktu di bawah 21 detik.
Hanya berselang 34 menit kemudian, Dressel menjuarai nomor 100 meter gaya kupu-kupu dengan catatan waktu 49,66 detik. Dalam babak semifinal, Jumat, Dressel memecahkan rekor dunia yang selama 10 tahun dipegang oleh Phelps dengan catatan waktu 49,50 detik.
Pada nomor estafet campuran 4 x 100 meter gaya bebas, Dressel tampil bersama Zach Apple, Mallory Comerford, dan Simone Manuel. Tim ini mampu memecahkan rekor dunia 3 menit 19,40 detik. Catatan waktu ini lebih baik dari rekor yang pernah mereka catat di Kejuaraan Dunia 2017, yaitu 3 menit 19,60 detik.
Hingga Minggu pukul 22.00 waktu Gwangju, tim renang AS memimpin dengan perolehan 14 medali emas, 8 perak, dan 5 perunggu. Australia menempati peringkat kedua (5 emas, 9 perak, dan 5 perunggu). Berada di peringkat ketiga adalah Hongaria dengan 4 emas.
Menjelang penutupan kejuaraan, suasana kelam menyelimuti Kejuaraan Dunia dengan insiden rubuhnya lantai dua kelab malam. Kecelakaan itu menyebabkan sejumlah atlet polo air yang berada di sana terluka. Dalam peristiwa itu, dua warga lokal meninggal.