Ringankan Biaya Logistik, Blockchain Cocok Digunakan UMKM
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) meyakini, teknologi blockchain sangat cocok bagi pelaku usaha kecil mikro dan menengah (UMKM). Kehadiran teknologi tersebut dapat meringankan biaya logistik yang pada ujungnya akan mempercepat perkembangan UMKM.
Teknologi blockchain merupakan sistem basis data yang menghubungkan antarkomputer dalam sebuah jaringan. Sistem itu sangat transparan karena otomatis mencatat aktivitas komputer dan disambungkan ke lainnya. Teknologi itu menghapus peran pihak ketiga atau perantara.
Wakil Ketua Kadin Bidang Logistik dan Rantai Pasok, Rico Rustombi, mengatakan, teknologi blockchain akan sangat bermanfaat bagi industri yang berkaitan dengan logistik. Hal itu akan memperingkas proses distribusi logistik.
“Blockchain menghilangkan peran perantara. Blockchain langsung menghubungkan penjual dan pembeli. Misalnya penjual biasanya memakai platform perantara yang sekarang menjamur. Ke depannya, itu tidak diperlukan lagi,” kata Rico, dalam acara Global Blockchain Investment Summit 2019, Senin (29/7/2019), di Hotel Ritz Carlton, Jakarta.
Semakin pendeknya rantai distribusi akan membuat proses lebih efisien dan transparan. “Analoginya, kita pesan sesuatu melalui platform. Kemudian platform menghubungi restoran yang selanjutnya diambil pengantar. Kalau dengan blockchain tidak perlu. Murni hanya penjual dan pembeli yang berhubungan langsung,” jelas Ketua Penyelenggara Global Blockchain Investment Summit 2019 tersebut.
Efektivitas itu akan berpengaruh langsung kepada penurunan biaya. Salah satunya biaya logistik. Perusahaan yang sudah mengaplikasikannya yakni DHL. Dengan blockchain, biaya logistik mereka turun sekitar 16 persen.
“Jadi bisa dibayangkan kalau biayanya turun hingga 16 persen. Kita memang belum punya perhitungan persis turunnya bisa berapa. Tetapi dengan penurunan itu pelaku usaha bisa lebih kompetitif dalam peningkatan performanya,” tambah Rico.
Kadin meyakini teknologi blockchain cocok untuk UMKM di Indonesia. Pelaku usaha UMKM dinilai butuh teknologi serupa agar bisa menekan biaya semaksimal mungkin. Efektivitas biaya itu penting mengingat mereka sedang dalam masa perkembangan.
Kendati demikian, masalah terbesar bagi UMKM yakni kualitas sumber daya manusia yang cenderung rendah. Dari total sekitar 60 juta pelaku UMKM, baru sekitar 10 juta pelaku usaha yang terlibat dalam penjualan daring. Jumlah itu menandakan rendahnya pemahaman teknologi.
Oleh karena itu, dalam Global Blockchain Investment Summit 2019, Kadin bekerja sama dengan Blockchain Asia Forum meluncurkan pusat belajar dan informasi bernama Blockchain Center of Excellence and Education (BCEE). Pusat belajar dan informasi itu akan menjadi wadah bagi pelaku industri yang ingin mengaplikasikan blockchain ke bidang usahanya.
BCEE akan membuat program edukasi khusus untuk UMKM. Hal itu dikarenakan potensi UMKM yang sangat besar untuk mendorong perekonomian. Adapun data Kementerian Perindustrian menyebutkan UMKM berkontribusi terhadap sekitar 60 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Sekretaris Jenderal BCEE Indonesia, Tubagus M Amin, menjelaskan, BCEE tidak hanya menjadi pusat pelatihan, tetapi juga pusat informasi sekaligus riset bagi teknologi blockchain. Mereka bertugas memberikan solusi bisnis terkait teknologi tersebut.
"Pada tahap awal kami akan membuat semacam lokakarya, seminar, hingga study tour bagi pengusaha untuk mengenalkan blockchain. Ke depannya, kami akan kembangkan ke platform,"ujar Tubagus.