Seni Budaya Indonesia Hadir di Taman Raja di Stockholm
Atraksi seni budaya tradisi Indonesia jadi daya tarik bagi warga Swedia dan wisatawan asing. Panggung budaya Wonderful Indonesia Festival bertajuk ”Kampung Indonesia 2019” berlangsung di Taman Raja Swedia, Stockholm, 26-27 Juli 2019.
Oleh
Sonya Hellen Sinombor
·3 menit baca
STOCKHOLM, KOMPAS — Atraksi seni budaya tradisi Indonesia menjadi daya tarik bagi warga Swedia dan wisatawan asing. Panggung budaya Wonderful Indonesia Festival bertajuk ”Kampung Indonesia 2019” yang berlangsung di Kungsträdgården atau Taman Raja Swedia, Stockholm, Jumat hingga Sabtu, 26-27 Juli 2019, mendapat sambutan meriah dan dihadiri ribuan penonton yang hadir dari pagi hingga malam.
Pada hari terakhir Kampung Indonesia 2019, Sabtu, sejak pukul 15.00 waktu setempat penonton mulai berjubel di sekitar taman raja tersebut untuk menikmati persembahan musik dan tarian tradisi Indonesia. Setiap jeda acara, penonton termasuk warga Indonesia di Swedia berjoget bersama di depan panggung, diiringi lagu ”Maumere” dan ”Poco-poco”.
Bahkan, sampai acara Kampung Indonesia 2019 ditutup pada Sabtu sekitar pukul 20.00, penonton masih menunggu di depan panggung, berharap pertunjukan dibuka lagi. Para pengisi acara menjadi sasaran penonton untuk swafoto.
”Luar biasa. Saya benar-benar lega. Dengan sekitar 200 partisipan, acara Kampung Indonesia 2019 berlangsung sukses,” ujar Duta Besar Republik Indonesia di Kerajaan Swedia merangkap Republik Latvia Bagas Hapsoro, Minggu (28/7/2019).
Kampung Indonesia 2019 merupakan yang ketiga kali digelar KBRI Swedia dengan misi untuk memperkenalkan dan mempromosikan kekayaan seni budaya Indonesia, tempat-tempat di Indonesia yang menjadi destinasi wisata, termasuk kuliner Indonesia. Sebelum tahun 2017, pertunjukan Kampung Indonesia diadakan bersamaan dengan Festival Musik Putte i Parken.
Kampung Indonesia untuk memperkenalkan dan mempromosikan kekayaan seni budaya Indonesia.
”Dari sektor pariwisata, turis asal Swedia pada tahun 2017 sebanyak 51.417 orang atau meningkat 11,94 persen dari tahun 2016 sebanyak 45.934 orang. Kami berharap tahun ini meningkat menjadi 53.000 pelancong,” ujar Bagas.
Sejak dibuka pada Jumat lalu, penonton silih berganti berdatangan, bahkan duduk di depan panggung pertunjukan. Pertunjukan musik tradisional angklung dari Sawung Mang Udjo asal Jawa Barat menjadi magnet bagi penonton. Tim yang dipimpin Taufik Maulana tersebut tampil menunjukkan bahwa angklung bisa berkolaborasi dengan alat musik modern, seperti drum dan gitar listrik.
Selain itu, permainan angklung yang memukau, yang dibawakan secara apik oleh tim Mang Udjo saat membawakan lagu-lagu dalam berbagai genre.
Persembahan musik gamelan dari kelompok karawitan yang melibatkan Urban Wahlstdt, salah satu warga Swedia yang rutin berlatih bersama diaspora Indonesia, warga Swedia, dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Swedia, juga menarik perhatian.
Pada hari terakhir Kampung Indonesia 2019, penampilan tarian merak dan kuda kepang yang melambangkan keindahan budaya Jawa dari Purworejo, Jawa Tengah, dan persembahan tarian khas Dayak Iban dari Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, seperti tari tempajang yang melambangkan syukur masyarakat Dayak dalam menyambut musim panen dan tari ngajat yang menjadi bagian ritual penyambutan tamu agung, pun menjadi tontonan.
Persembahan lagu-lagu Sandrayati Fay, penyanyi dan penulis lagu asal Bali berdarah Filipina-Amerika, memberikan warna tersendiri pada pentas penutup Kampung Indonesia. Lagu-lagu Sandrayati yang menyampaikan pesan dan ajakan untuk peduli pada sesama sangat memukau.
”Saya senang sekali bisa tampil di Swedia. Ini pertama kali saya menyanyi di sini. Baru dua minggu saya tinggalkan Bali, tapi saya sudah kangen sekali dengan Indonesia,” ujar Sandrayati.