Produk hasil laut gurita punya potensi pasar yang besar di dalam dan luar negeri. Lebih dari dua tahun terakhir, Indonesia dan Jepang sudah merintis kerja sama dalam bidang ekspor gurita.
Oleh
RENY SRI AYU
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Produk hasil laut gurita punya potensi pasar yang besar di dalam dan luar negeri. Lebih dari dua tahun terakhir, Indonesia dan Jepang sudah merintis kerja sama dalam bidang ekspor gurita.
Kerja sama itu dijalin Indonesia-Jepang melalui BUMN yang bergerak di sektor perikanan, PT Perikanan Nusantara, dan perusahaan pembeli Ajirushi. Kerja sama dilakukan dalam bentuk bantuan peralatan dan teknologi dari Ajirushi dan JICA. Adapun Indonesia menyiapkan bahan baku yang kemudian diekspor dan dibeli oleh Ajirushi.
Selasa (30/7/2019), Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii meninjau pabrik pengukusan gurita di wilayah Paotere, Makassar, Sulawesi Selatan. Di wilayah ini juga terdapat pusat pelelangan ikan terbesar di Makassar. Selain meninjau proses pengukusan, Ishii juga mencicipi gurita kukus yang diolah menggunakan alat pengukus berbasis teknologi bantuan Jepang.
”Saya senang makan gurita. Makassar terkenal dengan produk perikanan dan di sekitar perairan sini kita dapat gurita yang segar. Untuk makan gurita yang enak, kita perlu mengukus. Kalau cara kukusnya tidak benar, guritanya jadi tidak enak,” kata Ishii.
”Jepang punya teknologi mengukus gurita yang membuat kualitas dan rasa tidak berubah. Itu antara lain inti dari kerja sama ini. Gurita Indonesia punya nilai tambah dan Jepang dapat gurita segar,” lanjutnya.
Dia berharap, kerja sama yang sudah berlangsung dua tahun ini akan berlanjut tak sekadar ekspor gurita ke Jepang, tetapi juga pemasaran dalam negeri.
Direktur Utama PT Perikanan Nusantara M Yana Aditya mengatakan, kerja sama dengan Jepang adalah upaya meningkatkan kualitas dan memberikan nilai tambah pada produk perikanan, terutama yang diekspor. PT Perikanan Nusantara juga ingin mendorong hilirisasi berbagai produk perikanan. Selama ini, sebagian besar produk perikanan yang diekspor masih dalam bentuk beku. Pasar utama produk perikanan adalah Jepang.
”Yang mengerti kualitas produk hilirisasi di antaranya Jepang. Mereka membantu dengan teknologi supaya sesuai standar dan spesifikasi yang diterima di negara mereka. Setelah kerja sama ini berhasil, ke depan produk ini akan terus dikembangkan sehingga potensi gurita dan perikanan lain bisa makin luas diekspor ke Jepang,” tutur Yana.
Selama ini PT Perikanan Nusantara memfokuskan produk gurita di Makassar sebagai sumber bahan baku utama. Namun, jika permintaan meningkat, tak menutup kemungkinan mereka mengambil bahan baku dari daerah lain. Untuk itu, kerja sama dengan model kemitraan dengan nelayan juga sudah dilakukan.
Setiap tahun PT Perikanan Nusantara mengekspor 750 ton gurita ke Jepang. Nilai jual atau ekspor gurita mencapai 98.000 dollar AS per kontainer. Setiap kontainer rata-rata berisi 15 ton. Sejauh ini ekspor dari Makassar kian cepat sejak PT Pelindo membuka ekspor langsung dari Pelabuhan Makassar ke sejumlah pelabuhan di Amerika, Eropa, termasuk Jepang dan Hong Kong.
”Target kami, peningkatan produksi dan adanya nilai tambah akan membuat pendapatan kami meningkat. Target tahun ini adalah di angka 1 triliun atau naik 20 persen dibanding tahun lalu. Karena itu, kami fokus pada produk yang bisa memiliki nilai tambah,” ujar Yana.
Direktur Pemasaran Ajirushi Kenji Kuzunuki mengatakan, pasar gurita di Jepang terbuka lebar. Bahkan, sejumlah produk perikanan lain tetap dicari. ”Kerja sama ini punya potensi berkembang dan lebih lama. Untuk produk kami yakin tak hanya Jepang, suatu saat gurita juga bisa diterima di pasar lokal Indonesia,” lanjutnya.