Investor Asing Ditawari Tol
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berupaya menarik investor asing untuk masuk ke industri jalan tol di Indonesia. Tahun ini saja diperlukan setidaknya Rp 150 triliun untuk tujuh proyek jalan tol di Indonesia.
Investor dapat masuk melalui tiga cara, yaitu lewat pasar modal, melalui kerja sama dengan badan usaha jalan tol lokal, atau dengan berinvestasi langsung ke proyek jalan tol.
”Investor baru perlu memahami risiko investasi jangka panjang di industri jalan tol, terutama risiko perubahan kebijakan, dan mereka perlu proses yang lebih jelas. Kami di BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol) menyarankan mereka dengan tiga cara tersebut,” kata Kepala BPJT Danang Parikesit, Senin (29/7/2019), di Jakarta.
Menurut dia, ada dua jenis investor yang dapat masuk ke industri jalan tol, yaitu investor strategis dan investor keuangan. Investor strategis akan membawa teknologi, sistem manajemen, dan pengetahuan untuk meningkatkan nilai tambah bagi industri jalan tol di Indonesia. Sementara investor keuangan akan memberi nilai tambah finansial dan kemampuan diversifikasi sumber pembiayaan investasi.
Oleh karena itu, yang diperlukan tidak hanya investasi untuk masuk ke sisi modal atau ekuitas, tetapi juga kehadiran lembaga pembiayaan internasional, baik bank maupun nonbank. Dengan cara itu, kapasitas pinjaman ke proyek tol akan meningkat.
Akselerasi
Tahun ini, BPJT berencana melelang tujuh ruas jalan tol. Ketujuh ruas tersebut yaitu Solo-Yogyakarta, Bawen-Yogyakarta, tol akses Pelabuhan Patimban, Cileunyi-Garut-Tasikmalaya, dan Semanan-Balaraja. Ada juga Tol Kamal-Teluk Naga-Rajeg, dan Jembatan Tol Balikpapan-Penajam Paser Utara yang telah mulai prakualifikasi lelang. Investasi yang dibutuhkan mencapai Rp 150 triliun.
”Dalam skala makro, investasi dari luar Indonesia akan mengakselerasi pertumbuhan nasional dan memperbesar ’kue ekonomi’ Indonesia,” ujar Danang.
Dalam rencana sumber pembiayaan berbagai proyek infrastruktur 2015-2019, Bappenas memproyeksikan kebutuhan pembiayaan Rp 4.796,2 triliun. Dari jumlah itu, 36,5 persen atau Rp 1.751,5 triliun diharapkan dari sektor swasta. Di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, nilai investasi jalan tol mendominasi porsi investasi infrastruktur, yaitu 98,68 persen.
Dalam Indonesia Investment Day beberapa waktu lalu, di Singapura, lanjut Danang, beberapa perwakilan investor dari Eropa dan Timur Tengah berminat dengan industri jalan tol Indonesia. Untuk itu, masih diperlukan pertemuan lanjutan sebagai tindak lanjut ke depan.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Tol Indonesia (ATI) yang juga Presiden Direktur PT Marga Mandalasakti Kris Ade Sudiyono berpandangan, investor luar negeri dapat masuk ke industri jalan tol melalui investasi langsung ke proyek atau dengan mekanisme pasar keuangan melalui instrumen investasi.
Kedua mekanisme dan tipe investasi itu memiliki karakteristik investor dan tujuan investasi berbeda.
”Investasi langsung sering disukai investor jangka panjang, baik investor strategis maupun investor keuangan. Sebaliknya, untuk mekanisme pasar keuangan, tentu cocok untuk investor yang biasa bermain di pasar modal, pasar obligasi, dan instrumen sekuritas lainnya, seperti RDPT (Reksa Dana Penyertaan Terbatas), Dinfra (Dana Investasi Infrastruktur Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif), dan sekuritisasi,” tutur Kris Ade.
Sepanjang pengalamannya, lanjut Kris Ade, investor akan memutuskan terlebih dahulu menjadi investor langsung di sebuah proyek atau menempatkan investasi di pasar keuangan. Khusus untuk investasi langsung, yang diperlukan investor tidak hanya faktor kepastian berusaha serta tingkat mitigasi risiko dan kondisi bisnis jalan tol, tetapi juga mitra kerja lokal bereputasi baik.
Dengan demikian, selain menyiapkan proyek jalan tol yang menawarkan kelayakan dan tingkat pengembalian investasi yang atraktif, yang juga harus disiapkan yaitu pemain lokal dengan reputasi bisnis yang baik, termasuk dalam tata kelola. Bagi investor, portofolio atau proyek jalan tol hanyalah salah satu alternatif untuk menempatkan investasi. Dengan demikian, proyek jalan tol akan bersaing dengan alternatif investasi lainnya di pasar.
”Jika ingin membuat proyek jalan tol menjadi menarik bagi investor, tentu valuasinya juga harus bersifat menarik bagi investor,” ujar Kris Ade. (NAD)