Pemerintah Tepis Tudingan Paket Kebijakan Tak Efektif
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menatap positif pertumbuhan realisasi investasi pada paruh awal 2019. Hal itu disampaikan untuk menepis tudingan bahwa 16 paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah tidak efektif.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menatap positif pertumbuhan realisasi investasi pada paruh awal 2019. Hal itu disampaikan untuk menepis tudingan bahwa 16 paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah tidak efektif.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi mencapai Rp 395,6 triliun pada semester I-2019. Jumlah itu meningkat 9,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp 361,6 triliun.
Darmin mengatakan, pertumbuhan realisasi investasi itu merupakan pengaruh dari paket kebijakan ekonomi pemerintah. Dia menilai, anggapan paket kebijakan gagal menghilangkan deindustrialisasi adalah salah. ”Artinya gini, yang dibilang, kan, 16 paket ekonomi gagal menghilangkan deindustrialisasi. Bukan begitu. Ya, pelan-pelan pasti ada tahapnya,” katanya, Selasa (30/7/2019), di Jakarta.
Adapun 16 paket kebijakan ekonomi yang dimaksud sudah dimulai pemerintah sejak 2015. Paket itu sebagian besar bertujuan meningkatkan kinerja industri pengolahan.
Ke depannya, kata Darmin, pemerintah tidak hanya akan fokus membangun infrastruktur. Pemerintah juga akan mulai membangun industri dan meningkatkan ekspor. ”Artinya, investasi ke depan perlu lebih cepat. Supaya ekspor berjalan dengan baik, supaya investasinya meningkat. Dengan demikian, kita bisa mengimbangi neraca perdagangan agar jangan negatif,” ucapnya.
Sebelumnya, Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, neraca perdagangan mengalami defisit 1,9 miliar dollar AS pada Januari hingga Mei 2019. Neraca perdagangan lebih buruk dibandingkan dengan periode yang sama 2018, yakni defisit 1,1 miliar dollar AS.
Darmin berharap positifnya realisasi investasi mampu menopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2019. Kendati demikian, dia tidak bisa memperkirakan jumlah pertumbuhan tersebut. ”Karena tidak semua jenis investasi bisa seenaknya didaftarkan ke PDB, kan, hanya yang sudah terealisasi saja,” katanya.
Pertumbuhan investasi di Indonesia cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2019, pertumbuhan investasi hanya 5,3 persen secara tahunan. Pertumbuhan itu melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 11,8 persen.
Sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan, pihaknya optimistis pertumbuhan investasi pada 2019 akan menyentuh dua digit. Investasi paruh kedua diperkirakan semakin tinggi karena stabilitas keamanan dan politik seusai pemilihan presiden.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abdul Manap Pulungan, mengatakan, pemerintah harus memperbaiki iklim investasi jika ingin bertumbuh dua digit. Hal yang paling penting adalah memperbaiki kerumitan sistem perizinan terintegrasi berbasis daring (OSS).
”Masalah fundamental untuk investasi kita, ya, karena korupsi, selain juga karena birokrasi yang tidak efisien. Ini wajib dibenarkan dulu. Kalau tidak, ya, sulit bertumbuh,” kata Abdul.