JAKARTA, KOMPAS— Upaya menghadirkan perdamaian di Afghanistan terus dilakukan sejumlah pihak, termasuk Indonesia. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, meskipun membutuhkan waktu yang lama, proses perdamaian di Afghanistan masih terus berlanjut.
Setelah menggelar Konferensi Trilateral Ulama Pakistan, Afghanistan, dan Indonesia pada 11 Mei 2018 di Bogor, Jawa Barat, kini tengah dirancang pertemuan ulama kedua. Forum tersebut akan mempertemukan sejumlah faksi dan ulama di Afghanistan serta ulama dari Indonesia.
”Waktu dan tempat masih akan ditetapkan segera dalam waktu dekat. Mereka meminta waktu sambil menunggu hasil perundingan faksi di Afghanistan dengan perwakilan Pemerintah Amerika Serikat di Doha, ibu kota Qatar. Mereka ingin pertemuan antar-alim ulama di Afghanistan dan Indonesia yang kedua,” kata Wapres Kalla kepada Kompas, Senin (29/7/2019) di Jakarta.
Konferensi ulama pertama yang digelar di Ruang Garuda di Istana Bogor merupakan bagian dari babak baru upaya perdamaian di Afghanistan. Dalam pertemuan itu dihasilkan Deklarasi Damai oleh ulama tiga negara. Dengan kesepahaman tentang konsep perdamaian berdasarkan Al Quran dan hadis, diharapkan perang saudara yang sudah berlangsung selama 40 tahun di Afghanistan bisa diakhiri (Kompas, 12/5/2018).
Menurut Wapres Kalla, rencana pertemuan alim ulama kedua diputuskan setelah ia menerima kunjungan wakil pemimpin salah satu faksi di Afghanistan, Abdul Ghani Baradar, dan sejumlah ulama Afghanistan lainnya. Pertemuan digelar di rumah dinas wapres akhir pekan lalu.
Dalam pertemuan yang diselingi dengan shalat Magrib berjemaah di Masjid Sunda Kelapa, yang terletak di depan rumah dinasnya, Wapres juga mengajak makan malam bersama.
”Forum yang akan dilakukan itu akan menentukan juga tahapan selanjutnya dalam bina damai dan proses damai di Afghanistan, yang sejak setahun lalu sudah diinisiasi oleh kita,” kata Wapres Kalla.
Terkait kehadiran Abdul Ghani Baradar di Jakarta, Wapres Kalla menyatakan hal itu karena yang bersangkutan belum lama ini baru dicabut namanya dari daftar blacklist oleh Perserikatan Bangsa- Bangsa. ”Abdul Ghani Baradar datang ke Jakarta karena memang ingin sekali melihat suasana damai dan bagaimana kita mewujudkan perdamaian itu. Mereka juga ingin negerinya aman dan damai seperti kita,” kata Wapres.
Potensi damai
Suasana yang semakin kondusif untuk lahirnya perdamaian di Afghanistan juga dapat dilihat dari pernyataan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pekan lalu. Dalam rapat umum menandai dimulainya masa kampanye, ia mengatakan, perdamaian akan datang dan negosiasi akan berlangsung.
Pernyataan itu disampaikannya sehari setelah salah satu menterinya, Abdul Salam Rahimi, mengatakan, perundingan antara pemerintah dan Taliban akan segera digelar. Sejumlah sumber diplomatik yang dikutip kantor berita AFP mengatakan, pembicaraan antara Pemerintah Afghanistan dan Taliban dijadwalkan dimulai pada 7 Agustus di Oslo.
Namun, terlepas dari klaim Presiden Ghani, pihak Taliban mengatakan, mereka hanya akan berbicara dengan Kabul setelah Amerika Serikat mengumumkan jadwal waktu penarikan pasukan asing dari Afghanistan.
”Pemerintahan Kabul akan dianggap sebagai salah satu faksi politik, sama seperti yang lain, dan bukan pemerintah,” kata juru bicara politik Taliban, Suhail Shaheen, melalui Twitter.
Utusan khusus AS untuk misi perdamaian Afghanistan, Zalmay Khalilzad, Sabtu pekan lalu, mengatakan, perundingan baru ”intra-Afghanistan” hanya akan terjadi setelah AS dan Taliban menyelesaikan perjanjian mereka. Khalilzad dijadwalkan terbang ke Doha, Qatar, pekan ini untuk menggelar putaran kedelapan perundingan AS- Taliban.
(AP/AFP/Reuters/HAR/JOS)