Setelah upacara penanaman tiga kepala kambing di jalan silang selatan Tugu Monumen Nasional (Monas) oleh Gubernur DKI Ali Sadikin, tiga bulan kemudian, 15 Juni 1968, berlangsunglah pembukaan Djakarta Fair (DF) pertama di kawasan Monas. Kegiatan ini sekaligus untuk meramaikan perayaan ulang tahun ke-441 Kota Jakarta.
Djakarta Fair, yang saat ini dikenal sebagai Pekan Raya Jakarta (PRJ), dipindah ke Kemayoran sejak 1992.
Pada DF pertama, harga karcis Rp 25 untuk dewasa, Rp 15 untuk anak-anak, dan Rp 10 untuk rombongan. Karcis diedarkan satu jam sebelum dibuka dan warna yang selalu berganti agar tidak dipalsukan. Selain dapat menikmati aneka hiburan dan permainan, DF juga menampilkan beragam hasil produksi dalam negeri.
Sukses pertama, DF tahun 1969 mulai melibatkan partisipasi negara asing, di antaranya India, Taiwan, Italia, Belanda, Meksiko, dan Amerika Serikat (AS). Untuk menarik perhatian pengunjung, stan AS menampilkan suasana pendaratan pesawat luar angkasa Apollo 11 di Bulan, lengkap dengan suara laporan pandangan mata.
Pada 21 Juli 1969, Neil Armstrong, salah seorang awak Apollo 11, menginjakkan kakinya di Bulan. Kejutan lain, Presiden AS Richard Nixon bersama Patricia, istrinya, dalam kunjungannya ke Indonesia menyempatkan diri datang ke DF pada Minggu, 27 Juli 1969. Pada 1970, kemeriahan DF dijadikan film berjudul Honey, Money & Djakarta Fair yang dibintangi Waldjinah, Nani Widjaja, Ratno Timoer, Ismed M Noor, dan Connie Sutedja.
Setiap penyelenggaraan, DF selalu berusaha menghadirkan sesuatu yang bisa menarik pengunjung. Gelak tawa dan rasa kagum bercampur aduk saat Pemilihan Ratu Wadam di DF 1972. Sebanyak 25 peserta pria dari Jakarta, Bandung, dan Bogor tampil cantik serta luwes pada malam final, Jumat (28/7/1972).
Pada DF 1974, ratusan pengunjung berdesakan kagum menyaksikan pertama kalinya siaran TV berwarna di stan Grundig, Jerman Barat. Kejutan dihadirkan dalam PRJ agar tidak saja menghibur, tetapi juga unjuk gigi kemajuan bangsa Indonesia. (JPE)