Galeri Nasional Indonesia Pamerkan Koleksi-koleksi Pascakemerdekaan
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Galeri Nasional Indonesia akan memamerkan 50 karya seni rupa koleksi negara periode tahun 1950-1980an dalam Pameran Seni Rupa Koleksi Nasional #2 bertajuk “Lini Transisi” 2-31 Agustus 2019. Karya-karya seniman besar Indonesia ini menghadirkan rekaman sejarah tumbuhnya Republik Indonesia pascakemerdekaan.
Setelah tahun lalu menghadirkan koleksi Istana Kepresidenan, tahun ini Galeri Nasional Indonesia menampilkan koleksi seni rupa milik instansi dan institusi pemerintah Republik Indonesia, mulai dari Galeri Nasional Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Luar Negeri, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Seni, Museum Sejarah Jakarta, Museum Kesejarahan Jakarta, dan Museum Bank Indonesia. Selama ini, masyarakat tidak banyak tahu bahwa di tempat-tempat tersebut ternyata tersimpan karya-karya masterpiece maestro-maestro seni Indonesia.
Tak tanggung-tanggung, koleksi-koleksi yang dipamerkan merupakan karya dari perupa-perupa legendaris, mulai dari Abdul Kholim, Affandi, Agus Djaya, Agus Kamal, Ahmad Sadali, Amang Rahman Jubair, Aming Prayitno, Amri Yahya, Bagong Kussudiardja, Batara Lubis, Edhi Sunarso, Edi Sunaryo, dan Effendi.
Pameran itu juga menampilkan karya para perupa lainnya yakni Fadjar Sidik, Gambiranom Suhardi, Gusti Solichin, Handrio, Harijadi Sumadidjaja, Hendra Gunawan , Hening Swasono, Irsam, Koeboe Sarawan, Nashar, Oesman Effendi, Popo Iskandar, S. Sudjojono, Soedibio, Soetopo, Srihadi Soedarsono, Suatmadji, Sudarisman, Sudarso, Sudjana Kerton, Sunarto PR, Sutjipto Adi, Tatang Ganar, Widayat, Wiyoso Yudoseputro, Zaini, dan Komunitas KamiSketsa GalNas (Bambang Harsono, Slamet Sugianto a.k.a Mbah Darmo, serta Iyusman Utomo).
“Karya-karya mereka menghadirkan rekaman-rekaman bagaimana negeri ini tumbuh. Memahami Indonesia bisa melalui seni rupa juga,” kata Suwarno Wisetrotomo, salah satu kurator Galeri Nasional Indonesia, Selasa (30/7/2019) di Jakarta. Pameran ini juga dikuratori oleh tiga kurator lainnya, yaitu Rizki A Zaelani, Teguh Margono, dan Bayu Genie Krishbie.
Periode 1950-1980 merupakan titik penting awal mula sejarah Republik Indonesia. Proses perkembangan itu rupanya tampak pula pada karya-karya para perupa.
Lukisan Sudjojono berjudul “Ada Orkes”, misalnya, menggambarkan bagaimana pandangan kritisnya terhadap satu lapis sosial serta pengalamannya menjalani revolusi fisik, Hendra Gunawan dengan seni kerakyatannya, Edhi Sunarso dengan monumen-monumen penting penanda Jakarta dan Indonesia, sampai pada Fadjar Sidik yang menghadirkan fase yang ia sebut sebagai desain-desain ekspresif.
“Kita mencoba menggali dan menampilkan fase-fase yang selama ini belum banyak terlihat. Akhirnya terlihat bagaimana seni rupa khususnya seni lukis jadi artefak penting untuk memahami Indonesia,” papar Suwarno.
Kita mencoba menggali dan menampilkan fase-fase yang selama ini belum banyak terlihat. Akhirnya terlihat bagaimana seni rupa khususnya seni lukis jadi artefak penting untuk memahami Indonesia.
Jarang disebut
Penulisan sejarah bangsa Indonesia selama ini tidak pernah menyebut peran seni. Padahal, seniman dan seni rupa menjadi bagian penting dari republik ini. Hal itu merupakan kenyataan yang tak bisa disangkal. Bahkan, tak sedikit dari para perupa yang ikut terlibat turun langsung dalam revolusi fisik.
“Pameran ini hasratnya menempatkan karya-karya seni sebagai bagian dari lahir, tumbuh , dan berkembangnya republik,” tambahnya.
Rizki mengungkapkan, beberapa karya masterpiece yang akan ditampilkan di Pameran “Lini Transisi”, antara lain lukisan raksasa berjudul “Aku Cinta Padamu Tanah Airku” karya Sudjojono tahun 1966. Lukisan tersebut awalnya dimiliki oleh Adam Malik dan kemudian dihibahkan ke Kementerian Luar Negeri.
Ada pula karya Sudjojono lainnya berjudul “Penyerangan Mataram ke Batavia” tahun 1973 koleksi Museum Sejarah Jakarta yang pembuatannya dulu dinisiasi oleh Ali Sadikin saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Di pameran ini akan ditampilkan pula replika patung Dirgantara karya Edhi Sunarso yang akan dibedah dalam diskusi bersama peneliti dan sejarawan.
“Kita akan membangun kesadaran bersama bahwa karya-karya seni rupa itu merupakan set negara yang tak terhingga nilainya. Selama ini, koleksi-koleksi itu tersebar di berbagai instansi dan institusi pemerintah dan tidak dirawat secara khusus, dianggap seperti benda kantor umumnya. Ke depan, perlu dipikirkan ada konservator untuk merawat koleksi-koleksi bersejarah itu,” ujarnya.
Pameran Seni Rupa Koleksi Nasional #2 akan dibuka, Kamis (1/8/2019) pukul 19.30. Selain pameran, akan digelar pula tur galeri dan diskusi seni rupa “Koleksi Negara Penandan Indonesia: Patung Dirgantara” bersama peneliti karya-karya Soekarno, Yuke Ardhiati dan kurator Galeri Nasional Indonesia Asikin Hasan, Sabtu (10/8/2019) pukul 14.00 WIB.
Tur galeri dan diskusi seni rupa akan digelar lagi, Sabtu (24/8/2019) pukul 14.00 dengan tema “Sejarawan Bicara Jakarta” menghadirkan sejarawan JJ Rizal dan kurator Galeri Nasional Indonesia Suwarno Wisetrotomo.