Di tengah gejolak di sejumlah kawasan di dunia, 10 menlu negara ASEAN bertemu di Bangkok, Thailand. Bersama mitra, mereka memberi perhatian pada isu stabilitas kawasan.
BANGKOK, KOMPAS— Isu-isu keamanan kawasan, seperti sengketa Laut China Selatan, stabilitas Semenanjung Korea, dan kerja sama Indo-Pasifik, bakal menjadi salah satu sorotan utama dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN. Selain dihadiri 10 menlu negara anggota ASEAN, pertemuan ke-52 tingkat menteri ASEAN yang dibuka di Bangkok, Selasa (30/7/2019) itu juga dihadiri menlu dan perwakilan 10 negara mitra dialog, di antaranya Australia, Kanada, China, Uni Eropa, India, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Rusia, dan Amerika Serikat.
Sebanyak tujuh negara Asia Pasifik, yaitu Bangladesh, Korea Utara, Mongolia, Pakistan, Papua Niugini, Sri Lanka, dan Timor Leste, juga hadir. Para menlu dari Norwegia, Swiss, dan Turki—mitra dialog sektoral ASEAN—serta Peru juga diundang sebagai tamu.
Kehadiran para menlu lebih dari 20 negara mitra ASEAN itu, termasuk Menlu AS Mike Pompeo, Menlu China Wang Yi, dan Menlu Rusia Sergey Lavrov, menandai pentingnya peran ASEAN dalam menjaga stabilitas dan keamanan kawasan.
Bagi para menlu mitra ASEAN, pertemuan-pertemuan sela di luar sidang para menlu ASEAN bisa menjadi forum untuk mencari titik temu—sekaligus juga titik kepentingan— dalam isu-isu kawasan, seperti denuklirisasi Semenanjung Korea, sengketa dagang Korsel- Jepang, perang dagang AS-China.
Menlu Malaysia Dato’ Saifuddin Abdullah mengonfirmasi bahwa isu-isu kepentingan bersama terkait keamanan kawasan dan internasional bakal dibahas para menlu ASEAN, meliputi perkembangan di Laut China Selatan, situasi di Semenanjung Korea, penanggulangan terorisme dan ekstremisme, keamanan maritim, serta isu-isu keamanan non-tradisional.
”Para menlu (ASEAN) akan mengadopsi sejumlah dokumen, termasuk Komunike Bersama AMM ke-52, yang bakal menjadi sorotan dalam pembahasan-pembahasan dan keputusan-keputusan penting dalam pertemuan,” kata Saifuddin.
Isu kawasan
Pertemuan Menlu ASEAN (AMM) ini merupakan kesempatan pertama para menlu ASEAN bertemu dengan para menlu negara-negara mitra dialog setelah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-34 ASEAN, 20-23 Juni lalu. Dalam KTT itu, para pemimpin ASEAN menyoroti dan menekankan pentingnya perhatian pada isu-isu keamanan kawasan, termasuk sengketa Laut China Selatan, perdamaian di Semenanjung Korea, dan pandangan tentang Indo-Pasifik.
Bagi ASEAN, isu Laut China Selatan menjadi perhatian utama mengingat empat negara anggotanya (Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam) terlibat sengketa dengan China dan juga Taiwan. Dalam isu tersebut, para pemimpin ASEAN berulang kali mengingatkan ”pentingnya non-militerisasi dan tindakan menahan diri dalam seluruh aktivitas oleh negara pengklaim dan negara-negara lain”. Namun, situasi di lapangan berbicara lain.
Pada 25 Juli lalu, Vietnam melontarkan tuduhan adanya kapal China yang melanggar kedaulatan wilayah zona ekonomi eksklusifnya. Pada pertengahan Juni lalu, Filipina mengajukan protes kepada China terkait insiden kapal nelayan China menabrak kapal nelayan Filipina di Reed Bank, Laut China Selatan.
”Pertemuan (Menlu ASEAN) ini merupakan kesempatan penting untuk membahas isu- isu utama keamanan kawasan, termasuk isu-isu yang memengaruhi Semenanjung Korea dan Laut China Selatan, serta situasi di Negara Bagian Rakhine,” kata Marise Payne, Menlu Australia, melalui pernyataan tertulis.
”Saya berharap pada diskusi yang produktif yang akan menegaskan kembali komitmen Australia pada kawasan Indo- Pasifik yang terbuka, inklusif, dan sejahtera di mana perdagangan, modal, dan gagasan-gagasan bergulir secara bebas, dan hak-hak seluruh bangsa dihormati.”
”Dalam hal ini, saya dengan hangat menyambut Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik yang diadopsi baru-baru ini,” kata Payne, merujuk adopsi Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik dalam KTT ASEAN, Juni lalu.
Pertemuan Menlu ASEAN edisi ke-52 ini dimulai, Selasa kemarin, dengan pertemuan antara Menlu ASEAN dan para perwakilan Komisi Hak Asasi Manusia Antarpemerintah ASEAN (AICHR), pertemuan Komisi Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ), serta makan malam menlu ASEAN.
Di sela-sela pertemuan itu, Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi menggelar dua pertemuan bilateral, yaitu dengan mitranya, Menlu China Wang Yi, dan dengan Menlu Vietnam Pham Binh Minh.
Sebagaimana disebutkan dalam pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri, dijadwalkan, pada Rabu-Jumat (31 Juli- 2 Agustus), Menlu Retno akan menghadiri pertemuan pleno dan retreat para menlu ASEAN (AMM), pertemuan East Asia Summit Foreign Ministers’ Meeting (EAS), ASEAN Regional Forum (ARF), serta sepuluh pertemuan dengan seluruh negara mitra wicara ASEAN.