Kekeringan, Warga di Cirebon Manfaatkan Air Keruh dan Berbau
Dampak kekeringan dalam dua bulan terakhir membuat warga di sejumlah desa di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, memanfaatkan air irigasi untuk mandi dan mencuci. Padahal, air tersebut kecoklatan dan berbau.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Dampak kekeringan dalam dua bulan terakhir membuat warga di sejumlah desa di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, memanfaatkan air irigasi untuk mandi dan mencuci. Padahal, air tersebut kecoklatan dan berbau.
Di Desa Slangit, Kecamatan Klangenan, misalnya, warga mengambil air dari saluran irigasi tersier yang berisi lumut dan beberapa sampah plastik. Air tersebut disedot menggunakan mesin pompa dengan pipa ke sumur warga. Untuk mengisi penuh sumur dengan kedalaman sekitar 10 meter, warga mengeluarkan uang Rp 25.000.
”Kalau kemarau, enggak ada hujan, sumur kosong. Makanya, kami ambil air dari irigasi untuk mandi dan mencuci baju,” ujar Saniti (35), warga setempat, Rabu (31/7/2019). Dalam sebulan, ia bisa menghabiskan sekitar Rp 50.000 untuk membayar jasa sewa pompa agar sumurnya terisi air.
Sementara untuk kebutuhan air minum, warga membeli air isi ulang Rp 4.000 per galon atau 19 liter. ”Satu galon bisa habis satu minggu. Ini juga sudah hemat pakainya,” ucap Saniti, yang tinggal bersama tiga anak dan suaminya.
Saingkem (50), warga lainnya, mengatakan, krisis air bersih saat kemarau sudah berlangsung puluhan tahun. ”Jadi, kami enggak punya pilihan selain air irigasi. Gatal sih dan bau, tetapi mau bagaimana lagi?” katanya sambil menunjukkan bintik merah di tangannya yang gatal.
Kepala Seksi Pemerintahan Desa Slangit Adi Sucipto mengatakan, desanya yang berjarak 21 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Cirebon tersebut tidak memiliki sumber air selain irigasi. Wilayah itu juga belum tersentuh jaringan pipa perusahaan daerah air minum (PDAM) Cirebon. Warga biasanya mengambil air dari desa tetangga, seperti Kreyo dan Jemaras.
”Dari 1.400 rumah, sekitar 70 persen menggunakan air irigasi saat kemarau. Kalau hujan, air ditampung di sumur. Kami berencana membangun embung, tetapi airnya dari mana?” ungkap Adi.
Sebagian besar warga di Desa Gegesik Kulon, Kecamatan Gegesik, juga memanfaatkan air irigasi untuk mandi dan mencuci. Air kecoklatan yang menjadi tempat bebek berenang itu digunakan warga karena sumur mereka mengering dua bulan terakhir. Untuk minum, warga membeli air seharga Rp 2.000 per jeriken berkapasitas 23 liter.
”Kami sudah bertahun-tahun pakai air irigasi itu. Masak untuk mandi saja harus beli air bersih. Memang airnya gatal, tetapi mau bagaimana lagi. Semoga ada bantuan air dari pemerintah,” ujar Kustini (33), warga Blok Pulorancang, Gegesik Kulon.
Kami sudah bertahun-tahun pakai air irigasi itu. Masak untuk mandi saja harus beli air bersih. Memang airnya gatal, tetapi mau bagaimana lagi.
Dalam dua bulan terakhir, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon dan PDAM Tirta Jati beberapa kali menyalurkan bantuan air bersih di wilayah terdampak kekeringan. Pada Rabu sore, misalnya, sebanyak 4.300 liter air disalurkan kepada 4.433 warga di Desa Slangit. Sekitar 3.000 warga di Desa Kreyo dan Desa Winduhaji, Kecamatan Sedong, juga mendapatkan bantuan air bersih.