Pasar tengah memastikan langkah bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, terkait kebijakan suku bunganya tengah pekan ini serta tanda-tanda hasil lanjutan negosiasi perdagangan Washington-Beijing yang digelar di Beijing pekan ini.
Oleh
Benny Dwi Koestanto
·3 menit baca
TOKYO, SELASA — Mayoritas bursa saham di Asia ditutup menanjak pada akhir perdagangan Selasa (30/7/2019). Pasar tengah memastikan langkah bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, terkait kebijakan suku bunganya tengah pekan ini serta tanda-tanda hasil lanjutan negosiasi perdagangan Washington-Beijing yang digelar di Beijing pekan ini.
Indeks MSCI Asia di luar bursa saham Jepang ditutup menguat 0,23 persen. Indeks Nikkei 225 di Jepang menanjak 0,43 persen. Sementara di China, indeks ditutup bertambah 0,4 persen ke level 2.952,34.
Sentimen bank sentral Jepang yang tidak mengubah kebijakan suku bunganya telah direspons pasar. Bank sentral Jepang, Bank of Japan, menyatakan siap tanpa ragu-ragu akan mengubah kebijakan suku bunga jika ekonomi negeri itu kehilangan momentum dalam mencapai inflasi 2 persen sesuai target bank sentral.
The Fed memulai pertemuan kebijakan dua harinya pada Selasa. Secara luas diperkirakan bank sentral AS itu bakal menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) sekalipun ada spekulasi penurunan suku bunga dapat juga hingga 50 bps. Jika penurunan itu benar-benar diterapkan, itu berarti menjadi penurunan suku bunga pertama bank sentral AS dalam satu dekade.
Secara luas diperkirakan bank sentral AS itu bakal menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) sekalipun ada spekulasi penurunan suku bunga dapat juga hingga 50 bps.
Kemungkinan pelonggaran moneter secara prospektif oleh Fed telah menjadi faktor kunci di balik kenaikan baru-baru ini dalam ekuitas global, terutama pasar saham AS. Bursa Wall Street telah mencatat rekor tertinggi selama sebulan terakhir.
”Sampai sekarang, banyak pelaku pasar berada di sela-selanya, di mana pasar mempertimbangkan kemungkinan penurunan suku bunga The Fed,” kata Kota Hirayama, ekonom senior pasar negara berkembang di SMBC Nikko Securities, terkait kenaikan bursa saham Asia. ”Namun, dengan keputusan Fed yang semakin dekat, beberapa peserta tampaknya mengabaikan proyeksi itu dan memilih masuk ke pasar dengan membeli.”
Yang juga menarik perhatian adalah negosiasi perdagangan AS-China yang juga dimulai di Shanghai, China, pada Selasa. Meskipun harapan untuk kemajuan signifikan selama pertemuan dua hari itu relatif rendah, pasar berharap kedua pihak setidaknya dapat merinci sebuah komitmen atas isyarat niat baik penyelesaian perang dagang itu.
Nilai tukar
Di pasar mata uang, poundsterling memperpanjang penurunannya dan sempat jatuh ke level 1,22 per dollar AS, level terendahnya sejak Maret 2017. Poundsterling telah kehilangan 1,7 persen pada pekan ini. Investor mempertimbangkan kemungkinan bahwa perjanjian menit-menit terakhir untuk mencegah Brexit yang tidak ada kesepakatan mungkin tidak direalisasikan di bawah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
Johnson menyatakan Brexit sebagai sesuatu yang sudah pasti. Pemerintah Inggris mengatakan pada hari Senin bahwa mereka menganggap Brexit bakal tanpa kesepakatan karena Uni Eropa yang keras kepala menolak untuk menegosiasikan kembali keluarnya Inggris dari UE.
”Pada titik ini, bola mungkin ada di tangan otoritas UE. Tanda-tanda kompromi mungkin membawa posisi poundsterling lebih tinggi, tetapi di sisi lain terbuka juga kemungkinan pelemahan lebih lanjut jika hal itu tidak terjadi,” kata tim analisis OCBC Bank.
Indeks dollar AS terpantau menguat di level 98,11. Indeks dollar AS sempat naik mencapai level tertinggi dalam dua bulan setelah didukung data produk domestik bruto AS yang lebih baik dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya. Sementara itu, mata uang yen sedikit menguat di level 108,725 per dollar AS, dengan keputusan kebijakan BOJ yang berdampak kecil. Euro juga tidak berubah pada level 1,1143 dollar AS setelah naik 0,15 persen sehari sebelumnya. (AFP/REUTERS)