Meski tidak tampil maksimal pada dua turnamen terakhir, Greysia Polii/Apriyani Rahayu dinilai masih berpeluang juara di Thailand.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
BANGKOK, SELASA — Dalam dua turnamen pada dua pekan beruntun, ganda putri nomor satu Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, tidak mampu lolos lebih dari perempat final. Mereka terhenti pada babak kedua Indonesia Terbuka dan delapan besar Jepang Terbuka.
Perjalanan mereka dihentikan lawan yang sama, ganda Korea Selatan, Kim So-yeong/Kong Hee-yong. Pasangan yang bermain bersama sejak awal 2019 ini bahkan menjadi juara di Jepang.
Greysia/Apriyani berpeluang memperbaiki prestasi itu saat meneruskan berlaga pada Thailand Terbuka di Stadion Huamark, Bangkok, mulai Selasa (30/7/2019). Ganda putri peringkat lima dunia itu adalah juara bertahan pada dua tahun terakhir. Thailand Terbuka 2017 bahkan menjadi gelar pertama mereka sejak dipasangkan pada Mei 2017.
Perjalanan untuk memperoleh hattrick juara dimulai melawan rekan sepelatnas, Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto, Rabu (31/7/2019). Lawan berat diperkirakan ditemui di semifinal, yaitu unggulan kedua, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota (Jepang).
Dua unggulan lain asal Jepang juga bergabung di pul bawah bersama Greysia/Apriyani, yaitu Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (3) dan Shiho Tanaka/Koharu Yonemoto (7). Adapun pada pul atas, persaingan melibatkan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara (Jepang/1) Du Yue/Li Yinhui (China/8), dan Lee So-hee/Shin Seung-chan (Korea Selatan/6).
”Peluang juara selalu terbuka. Yang harus selalu dijaga Greysia/Apriyani adalah bagaimana persiapan mereka saat mau masuk lapangan,” kata pelatih ganda putri pelatnas, Eng Hian, di Bangkok, dalam laman resmi PP PBSI.
Pekan lalu, Eng Hian memberikan catatan berdasarkan penampilan mereka di Indonesia dan Jepang Terbuka. ”Greysia harus bermain lebih efisien. Artinya, dia harus meningkatkan kualitas pukulan, bukan hanya keras, melainkan juga lebih akurat dan variatif,” katanya.
Dengan bermain lebih efisien, mereka bisa menghemat tenaga dan waktu. ”Kalau bisa selesai 30 menit, jangan mau show di lapangan lebih lama. Itu sering terjadi,” ujarnya.
Jaga fokus
Tantangan lain adalah tampil pada turnamen ketiga dalam tiga pekan. Bertanding lebih dari dua turnamen berturut-turut di negara berbeda tidak hanya melelahkan fisik, tetapi juga pikiran.
Dalam beberapa kali perbincangan, atlet pelatnas, seperti Greysia, Gloria Emanuelle Widjaja, Fajar Alfian, dan Hendra Setiawan, mengibaratkan kelelahan itu seperti orang bekerja terus-menerus tanpa libur. Kondisi itu bisa menurunkan konsentrasi saat bertanding.
Greysia mengatasi hal itu dengan menjalankan hobi di sela-sela turnamen. ”Tergantung suasana hati. Bisa motret, santai baca buku, atau dengerin podcast, misalnya di kafe atau di kolam renang,” kata Greysia bercerita tentang hobinya di sela pertandingan.
Adapun Hendra mengatasinya dengan berusaha menikmati setiap pertandingan meski dalam kondisi lelah.
Pelatih ganda putra, Herry Iman Piergadi, mengatakan, setiap pemain memiliki cara masing-masing untuk menjaga fokus bertanding. ”Mereka bisa melakukan yang disukai, yang penting menjaga suasana hati,” kata pelatih yang mengantarkan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Hendra/Mohammad Ahsan lolos ke final di Jakarta dan Tokyo.
Pada babak pertama yang berlangsung Selasa, kekalahan dialami ganda putra, Berry Angriawan/Hardianto dan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi, serta ganda putri, Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta.