Persija Jakarta meminta pengamanan ekstra pada laga kedua final Piala Indonesia 2018 melawan PSM Makassar di Stadion Andi Mattalatta, Makassar, Selasa (6/8/2019). Mereka tak ingin lagi melihat intimidasi dari pendukung tim tuan rumah yang bisa merugikan tim.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Persija Jakarta meminta pengamanan ekstra pada laga kedua final Piala Indonesia 2018 melawan PSM Makassar di Stadion Andi Mattalatta, Makassar, Selasa (6/8/2019). Mereka tidak ingin lagi melihat intimidasi dari para pendukung tim tuan rumah yang bisa merugikan tim.
”Kami minta pengamanan ekstra di hotel, tempat latihan, stadion, hingga kami berada di bandara lagi,” kata CEO Persija Jakarta Ferry Paulus, Selasa (30/7/2019), di Jakarta. Jika permintaan ini dipenuhi, Ferry menjamin laga tunda ini nantinya akan menjadi sebuah tontonan berkualitas.
Laga final kedua tersebut seharusnya berlangsung Minggu (28/7/2019). Namun, PSSI membatalkan laga itu karena alasan keamanan. Pembatalan itu dipicu pelemparan batu ke bus Persija saat tim ”Macan Kemayoran” selesai berlatih. Insiden itu melukai dua pemain dan satu ofisial. Pada laga final pertama di Jakarta, Persija menang atas PSM 1-0.
Ferry menegaskan, kekerasan di Makassar itu merupakan bukti ketidakcakapan panitia pelaksana. Melihat situasi yang memanas, panpel dinilai tidak tanggap mengantisipasi.
Menurut Ferry, sejak tiba di Makassar, tim sudah mendapat intimidasi secara visual (spanduk) dan petasan. Namun, mereka mengabaikannya dan beraktivitas seperti biasa.
Skuad ”Macan Kemayoran” pun masih merasa aman saat latihan. Intimidasi yang berupa pelemparan batu terjadi seusai latihan. ”Keliru jika kami tidak ingin dikawal (saat latihan) karena sudah ada intimidasi sebelumnya,” ujar Ferry.
Setelah insiden itu, Persija merasa situasi tidak kondusif dan ingin laga dibatalkan. Pada Minggu dini hari, Ferry mengatakan, Persija berkoordinasi dengan PSSI, PSM, dan kepolisian sehingga muncul kesepakatan untuk membatalkan laga itu. PSSI kemudian membuat surat keputusan pembatalan yang ditandatangani Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria.
Ketika ditemui di Jakarta, akhir pekan lalu, Tisha mengakui, PSSI memiliki sejumlah masalah yang perlu dibenahi. ”Sekarang yang paling penting adalah bagaimana laga bisa berjalan aman,” katanya.
Pengamanan laga termasuk masalah yang muncul. Salah satunya kericuhan di Stadion Surajaya, Lamongan, ketika Persela Lamongan menjamu Borneo FC, Senin (29/7/2019). Seusai laga itu, penonton turun ke lapangan dan mengejar wasit.
Adapun CEO PSM Makassar Munafri Arifuddin berkomitmen untuk menjadi tuan rumah yang baik. ”Untuk laga nanti, kami meminta PSSI datang lebih cepat agar kami bisa berkoordinasi dan mereka juga bisa ikut melihat langsung persiapan, termasuk sistem pengamanan seperti apa yang mereka anggap standar,” katanya (Kompas, 30/7/2019).
Lebih berat
Dengan adanya laga tunda ini, Ferry menambahkan, Persija akan menjalani jadwal yang sangat padat. Mereka terlebih dulu harus menjamu Arema di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, pada laga Shopee Liga 1 2019, Sabtu (3/8/2019).
Mereka hanya punya jeda dua hari sebelum menghadapi PSM. Adapun PSM menjalani laga tandang Liga 1 melawan Bali United, Kamis (1/8/2019), sehingga punya waktu istirahat lebih panjang. ”Tetapi, buat kami itu bukan alasan. Kapan pun dan di mana pun kami siap,” kata Ferry.
Laga Liga 1 tidak kalah penting bagi Persija yang saat ini masih berada di zona degradasi. Mereka tetap harus mendapat poin penuh dengan menumbangkan Arema. Setelah itu, mereka tetap harus bermain maksimal untuk merebut trofi Piala Indonesia.