Kekeringan dan krisis air bersih di sejumlah wilayah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, juga membuat sekolah-sekolah kesusahan air. Para murid dan guru pun terpaksa melakukan berbagai upaya untuk mencukupi kebutuhan air di sekolah.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
Kekeringan dan krisis air bersih di sejumlah wilayah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, juga membuat sekolah-sekolah kesusahan air. Para murid dan guru pun terpaksa melakukan berbagai upaya untuk mencukupi kebutuhan air di sekolah.
Selain meminta bantuan air dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), baik murid maupun guru berupaya menambah persediaan dengan membawa sendiri air dari rumah. Selain itu, ada pula upaya mengambil air dari mata air terdekat.
Kepala Bagian Tata Usaha SMP Negeri 2 Kandangan di Kecamatan Kandangan Nur Rahmat mengatakan, pengambilan air dari sumber-sumber terdekat dilakukan setiap hari oleh murid-murid secara bergantian. Sekolah yang berdiri tahun 1995 ini memiliki 146 murid serta 17 guru dan karyawan.
”Tanpa harus disuruh, biasanya para murid langsung berinisiatif mengambil air menggunakan galon ke sumber air terdekat,” ujarnya, Rabu (31/7/2019).
Apa boleh buat. Saat ini adalah kondisi darurat, krisis air bersih.
Sumber air itu berada di dekat kawasan wisata hutan pinus Sigrowong, yang berjarak sekitar 800 meter dari SMP Negeri 2 Kandangan. Karena sekolah itu tidak dilewati jalur kendaraan umum dan galon air terlalu berat untuk diangkut dengan jalan kaki, para murid biasanya menggunakan sepeda motor pinjaman dari guru-guru.
Nur mengatakan, pihaknya mengetahui bahwa semua muridnya belum cukup umur sehingga tidak memiliki surat izin mengemudi (SIM). Namun, demi kebutuhan pengambilan air, murid-murid tetap diberi kesempatan untuk bersepeda motor. ”Apa boleh buat. Saat ini adalah kondisi darurat, krisis air bersih,” ujarnya.
Pengambilan dari mata air terpaksa dilakukan karena bantuan satu tangki air dari BPBD hanya diterima sekolah sekali dalam satu minggu. Bantuan air tersebut hanya mencukupi kebutuhan 2-3 hari.
Hendrik (15), siswa kelas 3 SMP Negeri 2 Kandangan, mengatakan, pengambilan air ke sumber di dekat hutan pinus Sigrowong mencapai 6-7 galon per hari. Tugas pengambilan air, menurut dia, biasa dilakukan oleh siswa-siswa kelas 3 secara bergantian.
Biasanya satu galon baru terisi penuh setelah satu jam.
”Kami tidak mungkin mengajak siswa kelas 1 atau kelas 2 karena badan mereka belum cukup besar dan kuat mengangkat galon,” ujarnya.
Saat mendapatkan tugas mengambil air, siswa biasanya akan meminta izin untuk tidak mengikuti mata pelajaran tertentu. Hendrik mengatakan, upaya mengambil air memang tidak bisa dilakukan secepat kilat karena sumber air di Sigrowong sudah mengecil. ”Biasanya satu galon baru terisi penuh setelah satu jam,” ujarnya.
Bawa air
Tidak hanya mengerahkan anak-anak untuk membawa air, para guru pun berinisiatif membawa air sendiri dari rumah. Saat ditemui, Rabu pagi, Nur mengaku, dirinya membawa 3 liter air dalam dua botol besar. Air tersebut dibawa dari rumahnya di Kota Magelang, Jawa Tengah..
Adapun guru lain yang bertempat tinggal di Kecamatan Candiroto, yang berjarak sekitar 22 kilometer dari SMP Negeri 2 Kandangan, juga membawa satu jeriken yang berisi sekitar 5 liter air. ”Pada musim kemarau seperti sekarang, kami harus punya kesadaran untuk membawa air untuk kebutuhan sendiri,” ujarnya.
Para guru sebenarnya juga sudah meminta para murid untuk membawa air dari rumah masing-masing. Namun, permintaan ini hanya bisa dipenuhi segelintir murid karena kebanyakan dari mereka bertempat tinggal di Kecamatan Kandangan sehingga juga mengalami krisis air bersih di rumah.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Temanggung Gito Walngadi mengatakan, tahun ini Pemerintah Kabupaten Temanggung telah menyiapkan sekitar 800 tangki untuk mengatasi krisis air bersih yang dimungkinkan berlangsung hingga Oktober.
Sejak Juli hingga sekarang, BPBD Kabupaten Temanggung telah mendistribusikan lebih dari 100 tangki air ke enam desa di enam kecamatan yang mengalami kekeringan.
Selain ke kawasan permukiman, Gito mengatakan, pihaknya juga telah mendistribusikan air bersih ke empat sekolah di Kecamatan Kandangan dan Selopampang. Namun, khusus untuk sekolah, BPBD membatasi hanya mengirimkan satu tangki air per minggu.
”Kami menilai, satu tangki air tersebut cukup untuk kebutuhan sejak Senin hingga Sabtu,” ujarnya. Kendati demikian, Gito mengatakan, jika sekolah tetap merasa kurang, BPBD siap menambah distribusi air sesuai dengan permintaan.