Pelaku industri asuransi meyakini hasil investasi paruh kedua 2019 akan semakin membaik. Hal itu dipicu kondisi pasar modal yang diperkirakan menguat setelah terjaminnya stabilitas politik nasional dan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Pelaku industri asuransi meyakini hasil investasi paruh kedua 2019 akan semakin membaik. Hal itu dipicu kondisi pasar modal yang diperkirakan menguat setelah terjaminnya stabilitas politik nasional dan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Hasil investasi menjadi penyelamat industri asuransi pada awal 2019. Hasil investasi industri triwulan I-2019 secara kesuluruhan melonjak 339,7 persen secara tahunan menjadi Rp 10,10 triliun dari sebelumnya yang defisit. Performa meyakinkan itu menutupi lesunya pendapatan premi.
Ni Made Daryanti, Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia mengatakan, investasi akan semakin baik pada semester II-2019. Peluang mencetak kinerja yang lebih baik cukup terbuka, meski tetap harus mempertimbangkan isu global dan kondisi ekonomi Indonesia.
"Merujuk kepada data historis, tahun politik memiliki dampak yang positif terhadap pasar modal, baik instrumen obligasi maupun saham. Pertemuan Joko Widodo dan Prabowo dipersepsikan sebagai pertanda kembali kondusifnya kondisi politik domestik," kata Daryanti pada Kamis (1/8/2019), kepada Kompas.
Menurut Daryanti, visi Presiden Joko Widodo yang menitikberatkan kelanjutan pembangunan di sektor infrastruktur sekaligus dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia akan berdampak positif terhadap industri terkait. Kebijakan untuk mempermudah penanaman modal di Indonesia juga akan semakin memperkokoh fundamental perekonomian Indonesia.
Apalagi, kondisi pasar modal didukung BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) sebear 25 basis poin menjadi 5,75 persen. Hal itu akan memberikan dorongan bagi instrumen obligasi dan saham. Sebelumnya, pada pertengahan Juli 2019, Indeks Harga Saham Gabungan sempat melonjak setelah pengumukan suku bunga acuan.
"Dengan prospek jangka panjang itu diproyeksikan pertumbuhan yang berkesinambungan dapat berlanjut pada semester II- 2019. Didukung oleh kebijakan moneter yang ekspansif dan komitmen pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi sesuai dengan target," pungkasnya.
Aliianz pada triwulan I-2019 mencatatkan pertumbuhan hasil investasi menjadi Rp 935 miliar dari sebelumnya minus Rp 25 miliar pada perife sama tahun sebelumnya. Jumlah itu memacu laba bersih Rp 226 miliar, menutupi penurunan pendapatan premi secara tahunan dari Rp 2,92 triliun ke Rp 2,58 triliun.
PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia juga mencatatkan kinerja baik dalam investasi. Pada triwulan II-2019 mencatatkan hasil investasi 1,6 triliun meningkat dari minus 619 miliar pada periode sama tahun lalu. Hal itu menyokong laba bersih naik 27 persen secara tahunan menjadi Rp 1,25 triliun.
"Kami optimis untuk meraih kinerja kuat dan lebih baik. Apalagi situasi secara umum lebih kondusif setelah pengumuman hasil Pemilihan Presiden," sebut Direktur & Chief Marketing Officer Manulife Indonesia, Novita Rumngangun.
Prudential juga akan kembali mengandalkan kinerja positif dari hasil investasi. Pada triwulan I-2019, hasil investasi Prudential mencapai Rp 2,7 triliun, naik signifikan dari periode yang sama tahun sebelumnya, minus Rp 1,6 triliun. Adapun total dana kelolaan juga naik sebesar 5 persen menjadi Rp 74,1 triliun.
Novi Imelda, Chief Investment Officer Prudential Indonesia, menjelaskan, pihaknya sangat optimistis menatap paruh akhir 2019. Optimisme itu salah satunya berasal dari literasi keuangan masyarakat Indonesia yang semakin memahami pentingnya produk asuransi.
Menurut Novi, kinerja positif investasi berasal dari sehatnya kondisi makroekonomi Indonesia, inflasi yang cenderung terkendali, dan iklim investasi yang semakin baik. Hal-hal positif tersebut akan mendukung kinerja investasi Prudential yang berkembang seiring dengan perkembangan kondisi ekonomi Indonesia.
”Secara keseluruhan, kami melihat prospek ekonomi Indonesia tergolong cukup sehat. Hal ini didukung oleh PDB yang stabil, kebijakan Bank Indonesia yang responsif, cadangan devisa yang cukup, inflasi yang terkendali, serta meningkatnya kepercayaan konsumen dan stabilnya kondisi politik,” tutur Novi.
Untuk semester II-2019, lanjutnya, tantangan global masih ada, khususnya terkait perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Perang dagang berpotensi membawa dampak negatif melalui pelemahan nilai tukar rupiah dan pelebaran defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD)