Pengguna Transportasi Umum di Jakarta Merosot Dibandingkan 20 Tahun Lalu
Pengguna transportasi umum saat ini di Jakarta kian merosot dibandingkan dengan tahun 1998. Karena itu, Pemprov DKI terus berupaya meningkatkan transportasi terintegrasi agar masyarakat mau beralih menggunakan transportasi umum.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengguna transportasi umum saat ini di Jakarta kian merosot dibandingkan dengan tahun 1998. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berupaya meningkatkan transportasi terintegrasi agar masyarakat mau beralih menggunakan transportasi umum.
Sebagai kota megapolitan, Jakarta memiliki tantangan besar terhadap peningkatan jumlah penduduk dan kendaraan bermotor. Di Jakarta saja, jumlah penduduk sudah mencapai 10 juta orang. Sementara dalam lingkup area Jakarta dan sekitarnya (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi), terdapat 28 juta-30 juta penduduk.
Hal itu tentu berdampak pada mobilitas kendaraan di Jakarta. Setidaknya hampir 17 juta kendaraan bermotor datang dan pergi setiap hari di kawasan Ibu Kota. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, jumlah itu bukanlah angka yang kecil. Tak heran, kualitas udara menjadi masalah yang krusial akhir-akhir ini.
Jika ditarik kembali pada 20 tahun yang lalu atau tahun 1998, Anies menyebutkan, hampir 50 persen dari penduduk Jakarta menggunakan transportasi publik. Namun, hari ini, pengguna transportasi publik hanya berkisar 23-25 persen dari jumlah penduduk Jakarta.
Dua puluh tahun yang lalu atau tahun 1998, hampir 50 persen dari penduduk Jakarta menggunakan transportasi publik. Namun, hari ini, pengguna transportasi publik hanya 23-25 persen dari penduduk Jakarta.
”Jadi, (pengguna transportasi publik) turun drastis, sekitar setengahnya. Sekarang upaya kita untuk mengubah masyarakat dari menggunakan kendaraan pribadi menuju menggunakan transportasi publik,” ucap Anies dalam program ”Delegation Trip: Smart City Startup Ecosystem Players” di Balai Kota Jakarta, Kamis (1/8/2019).
Hadir dalam kegiatan itu Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Ilham Habibie serta Duta Besar Jerman untuk Indonesia Peter Schoof.
Terintegrasi
Dalam paparannya, Anies menyampaikan, kata kunci peningkatan pengguna transportasi publik di Jakarta adalah melakukan integrasi. Integrasi tidak hanya tentang memastikan setiap moda transportasi tersambungkan satu sama lain, tetapi juga memastikan kenyamanan pejalan kaki, manajemen transportasi publik, serta tentang gaya hidup masyarakat.
Pemprov DKI, lanjut Anies, telah mencetuskan satu program untuk sistem integrasi angkutan publik tersebut melalui JakLingko. Program itu berjalan sejak 2018.
Berdasarkan catatan Pemprov DKI, pengguna transportasi publik diklaim terus meningkat seiring dengan kehadiran program tersebut. Pada 2017, pengguna transportasi publik mencapai 119 juta orang. Jumlah itu kian meningkat menjadi 230 juta penumpang pada 2018.
Menurut Anies, data tersebut menunjukkan awalan yang baik untuk mengajak warga DKI beralih menggunakan transportasi umum. Tantangannya kini adalah bagaimana membuat itu semua berkelanjutan dan memperluas jangkauannya.
”Karena bila itu terjadi, kita akan melihat berkurangnya penggunaan kendaraan motor pribadi di jalanan-jalanan kita. Dan, apabila jumlah pengguna kendaraan motor pribadi berkurang di jalanan kita, polusi udara akan berkurang, dan tentu saja akan mengurangi tingkat kemacetan,” tutur Anies.
Sementara itu, Duta Besar Jerman untuk Indonesia Peter Schoof membenarkan bahwa tantangan megapolitan seperti Jakarta saat ini adalah bagaimana mengajak warganya beralih menggunakan transportasi umum. Menurut dia, ini tak hanya masalah mengendalikan emisi kendaraan, tetapi juga demi kesehatan warga agar tak semakin terpapar polusi.
”Pemerintah harus mampu membawa warganya mencintai transportasi umum dengan terus memperhatikan kualitas dan kuantitas kendaraan umum itu sendiri,” katanya.
Tak berhenti di situ, Peter Schoof menambahkan, penyelesaian masalah transportasi terintegrasi penting pula menjalin koordinasi yang lebih luas dengan kota tetangga Jakarta. ”Kita harus duduk bersama untuk mencari solusi atas permasalahan yang ada,” ujarnya.