Perbaiki Standar Keselamatan Kerja di Galangan Kapal
Peristiwa terbakarnya Kapal Roro Sembilang saat melakukan perbaikan rutin di PT Karimun Marine Shipyard merupakan kecelakaan kerja galangan kapal kelima di Karimun, Kepulauan Riau, dalam setahun terakhir. Pengawasan dan standar keselamatan kerja di galangan harus ditingkatkan tidak lagi memakan korban.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
KARIMUN, KOMPAS — Peristiwa terbakarnya kapal roro Sembilang menjadi kecelakaan kerja galangan kapal kelima di Karimun, Kepulauan Riau, dalam setahun terakhir. Kapal itu terbakar saat perbaikan rutin di PT Karimun Marine Shipyard. Perlu peningkatan pengawasan dan standar keselamatan kerja agar kejadian itu tak terulang.
Ketua DPRD Karimun Yusuf Sirat, Kamis (1/8/2019), mengatakan, tewasnya tiga orang dalam kebakaran kapal roll on-roll off (roro) Sembilang harus menjadi peringatan terakhir bagi pengusaha galangan kapal di Karimun. Kepolisian diminta mengusut tuntas penyebab kebakaran dan mengungkap semua pihak yang bertanggung jawab.
”Kami prihatin kecelakaan di galangan kapal terus saja berulang di Karimun. Sekarang kepolisian harus menuntaskan penyelidikan agar pokok persoalannya segera terungkap,” kata Yusuf.
Kami prihatin kecelakaan di galangan kapal terus saja berulang di Karimun. Sekarang kepolisian harus menuntaskan penyelidikan agar pokok persoalannya segera terungkap.
Ia menyatakan, DPRD akan segera memanggil pemilik perusahaan untuk menjelaskan standar keselamatan kerja yang diberlakukan. Dalam peristiwa terbakarnya kapal roro Sembilang, diketahui sejumlah anak buah kapal (ABK) ikut menjadi korban luka-luka dan meninggal.
”Hal itu akan kami tanyakan kepada pengusaha. Apa dasarnya ABK ikut mengerjakan perbaikan di galangan. Bukankah yang seharusnya bertugas melakukan perbaikan hanya pekerja,” ujar Yusuf.
Menurut Ketua Batam Shipyard and Offshore Association Sarwo Edie, biasanya sejumlah ABK terlibat saat kapalnya naik ke galangan untuk perbaikan rutin. Kru kapal biasanya ditugaskan oleh pemilik kapal untuk mengawasi dan mengarahkan pekerja galangan.
”Sebagian (ABK) biasanya juga ikut mengerjakan perbaikan ringan, misalnya mengecat ulang badan kapal. Hal itu dilakukan supaya pengerjaan di galangan cepat rampung,” kata Sarwo.
Penyelidikan
Kepala Polres Karimun Ajun Komisaris Besar Hengky Pramudya mengatakan, delapan pekerja dan ABK diperiksa sebagai saksi. Saat ini, penyelidikan masih berlangsung dan penyebab kebakaran belum bisa dipastikan.
”Dari keterangan saksi, kebakaran bermula dari ledakan di dek pengangkut mobil. Namun, untuk memastikan asal percikan api, kita harus menunggu hasil penyelidikan tim Laboratorium Forensik Polri,” ujar Hengky.
Saat ini, korban luka tercatat berjumlah sembilan orang. Tujuh orang dirawat di Rumah Sakit Bakti Timah dan dua orang dirawat di RSUD Muhammad Sani.
”Tiga orang menjalani rawat inap dan empat masih dirawat di ruang ICU. Yang dirawat saat ini masih dirawat intensif adalah korban yang mengalami luka bakar di atas 80 persen,” kata Direktur RS Bakti Timah Firmansyah.
Dua korban luka yang dirawat di RSUD Muhammad Sani diketahui juga mengalami luka bakar di atas 80 persen. Kedua korban masih masih menjalani intensif.
Adapun korban meninggal berjumlah tiga orang. Seorang korban tewas sudah dimakamkan di Karimun pada Rabu (31/7/2019), sedangkan dua lainnya masih dalam proses identifikasi tim Disaster Victim Identification Polda Kepulauan Riau.
Hingga berita ini diturunkan, galangan kapal PT Karimun Marine Shipyard masih tertutup bagi wartawan. Belum ada keterangan resmi yang diberikan pihak perusahaan terkait peristiwa terbakarnya Kapal Roro Sembilang.