Saat Ratusan WNI Manfaatkan Kuota Haji Korea Selatan
Untuk berangkat haji, WNI di Korsel harus merogoh kantong sekitar 5,5 juta won atau setara dengan Rp 60 jutaan. Mereka akan mendapatkan akomodasi di hotel berbintang yang berjarak dekat dari Kabah di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
Ellen, salah seorang warga negara Indonesia yang berdomisili di Seoul, Korea Selatan, tak bisa menyembunyikan sukacitanya. Rabu (31/7/2019) malam itu, dirinya akan berangkat ke Arab Saudi untuk menjalankan ibadah haji.
”Alhamdulillah, saya luar biasa bersyukur bisa naik haji tahun ini. Tidak seperti rekan-rekan saya di Tanah Air, saya tidak perlu mengantre untuk berhaji. Biayanya pun relatif tak jauh berbeda dengan kalau kita berhaji dari Indonesia,” ungkap Ellen, seperti disampaikan Purno Widodo, pejabat Penerangan Sosial dan Budaya Kedutaan Besar RI Seoul, Kamis (1/8/2019) pagi.
Kalfajrin Kurniaji yang telah tinggal di Busan selama empat tahun juga merasa sangat senang dengan keberangkatannya malam tersebut.
”Saya tidak menyangka dan tidak dapat berkata apa-apa, akhirnya mendapat kesempatan menunaikan ibadah haji. Saya dimudahkan dengan tidak menunggu lama setelah mendapat panggilan ke Kabah tahun ini,” ujarnya.
Ellen dan Kalfajrin adalah dua dari 200 WNI yang memanfaatkan kuota haji Korea Selatan yang mencapai 450 orang tahun ini atau meningkat 100 orang dari kuota tahun lalu yang hanya 350 orang.
Uniknya, jemaah haji Indonesia dari Korsel ini juga tetap mempertahankan tradisi berdoa bersama sebelum berangkat dan dilepas secara resmi oleh Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi.
Pelepasan jemaah haji Indonesia di ”negeri ginseng” tersebut dilaksanakan di Masjid Jami Itaewon, Seoul, Rabu (31/7/2019) sore, sebelum mereka menuju Bandara Incheon untuk terbang ke Arab Saudi pada malam hari.
Saat melepas jemaah haji ini, Dubes Umar mendoakan agar perjalanan lancar, ibadah dimudahkan, serta semua doa diijabah karena keberangkatan haji dilandasi niat dan doa yang tulus.
”Saya juga mendoakan agar Saudara-saudara semua kembali ke Korea dalam keadaan sehat walafiat dan dalam keadaan keimanan yang lebih tebal serta keislaman yang jauh lebih baik dari sebelumnya,” kata Dubes Umar, mantan Konsul Jenderal RI di Los Angeles, AS, ini.
Selain itu, Dubes Umar berpesan agar semua anggota jemaah senantiasa menjaga nama baik Indonesia. ”Senantiasa harus diingat, walaupun berangkat dari Korsel, kalian tetap warga Indonesia. Untuk itu, sikap ramah dan tolong-menolong serta menjaga nama baik bangsa harus dikedepankan,” ujarnya.
Pesan tersebut terngiang di telinga jemaah. ”Saya punya tanggung jawab lebih, karena sebagai WNI, saya juga membawa nama Korea sekaligus punya kewajiban mencitrakan dan mengenalkan Islam yang baik kepada masyarakat Korea,” ungkap Nining, salah seorang anggota jemaah.
Untuk berangkat haji, WNI di Korsel harus merogoh kantong sekitar 5,5 juta won atau setara dengan Rp 60 jutaan. Dengan dana tersebut, mereka akan mendapatkan akomodasi di hotel berbintang yang berjarak dekat dari Kabah di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Bagi mereka yang sebagian besar merupakan pekerja migran Indonesia, menunaikan ibadah haji sudah seperti layaknya bermuhibah ke negeri tetangga, ringan tidak banyak beban. Selain karena pendapatan mereka yang lumayan besar, mereka juga dapat memanfaatkan kuota haji Korsel yang masih terbuka lebar setiap tahun.
Islam diperkenalkan kepada warga Korea baru sejak tahun 1950-an. Saat ini, jumlah pemeluk Islam berkisar 145.000-160.000 orang. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 50.000 orang di antaranya adalah penduduk asli Korea.
Sementara sisanya merupakan pendatang dari Indonesia, Malaysia, Pakistan, Turki, dan negara-negara Timur Tengah.
Peminat ibadah haji dari kalangan TKI di Korsel tiap tahun meningkat cukup pesat. Dibandingkan tahun lalu, jumlah jemaah haji tahun ini naik 30 persen. Kuota haji di Korea Selatan sebagian besar justru dipakai oleh Muslim warga negara asing yang bermukim atau punya izin tinggal di sana, termasuk warga negara Indonesia. (*)