Wartawan ”Kompas” Terima Penghargaan Insan Media Citra Dharma Bhakti
Oleh
Fajar Ramadhan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wartawan harian Kompas, Ahmad Arif, menerima penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai Insan Media Citra Dharma Bhakti. Penghargaan tersebut diterimakan karena dedikasinya dalam memberikan sosialisasi kebencanaan kepada masyarakat.
Penghargaan Insan Media Citra Dharma Bhakti diberikan kepada Arif atas pengabdiannya dalam bidang jurnalistik terkait kebencanaan. Arif sendiri berhalangan hadir karena sedang dinas luar kota. Ia diwakili Komandan Pusat Pengendalian Krisis Kompas Gramedia Kiraman Sinambela.
Kepala BNPB Doni Munardo menyatakan, selama ini Arif telah berkontribusi memberikan sosiolisasi kebencanaan disertai data pendukung yang akurat. ”Saudara Ahmad Arif dalam memberikan ulasan tentang kebencanaan selalu diikuti dengan data akurat yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Doni.
BNPB menganggap, informasi yang sampaikan Arif dalam tulisannya telah berhasil mengubah perspektif masyarakat terhadap bencana. Arif menjadi jurnalis sejak 16 tahun lalu. Dia mulai menulis tentang pentingnya pengetahuan kebencanaan ketika ditugaskan meliput bencana tsunami Aceh tahun 2004.
Saat itu Arif terkejut dan tersentuh ketika melihat langsung dahsyatnya dampak bencana tsunami Aceh. Tidak hanya menyaksikan jatuhnya ratusan ribu korban jiwa, faktor lain yang mendorong Arif untuk fokus pada jurnalisme bencana adalah saat menyadari ada rekan sejawatnya menjadi korban. Ketika itu literasi tentang kebencanaan masih sangat minim.
Arif mulanya tidak mengetahui bahwa gempa besar yang terjadi tersebut bisa disusul oleh tsunami. Bahkan, hampir tidak ada pengetahuan mendasar tentang semua bencana yang mengancam. Oleh karena itu, ia mendedikasikan dirinya untuk memberi pengetahuan tentang kebencanaan. Ia pun memimpin Ekspedisi Cincin Api yang dimotori harian Kompas.
Selain Arif, BNPB juga memberikan penghargaan Reksa Utama Anindha atau ”penjaga bumi yang penuh kebijakan” kepada Mbah Sadiman.
Pria berusia 68 tahun asal Dusun Dali, Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, tersebut sukses menghijaukan perbukitan tandus seorang diri. Hasil jerih payahnya kini bisa dirasakan oleh warga, yaitu sumber mata air alami.
Meski dalam usia senja, semangat Mbah Sadiman dalam menanam segala jenis pohon selalu membara. Hal itu sudah dilakoninya sejak 1996 di mana pada saat itu Sadiman bahkan dianggap gila oleh warga sekitar ketika ia mulai menanam beberapa pohon jenis beringin.
”Dulu saya dianggap gila. Ketika yang lain menanam tanaman pangan, saya malah menanam pohon beringin. Tetapi sekarang apa yang saya tanam itu bisa menghasilkan air untuk warga dan udara menjadi sejuk,” kata Sadiman.
Penghargaan terakhir diberikan kepada Sutopo Purwo Nugroho sebagai sosok pahlawan kemanusiaan yang telah turut membesarkan nama BNPB. Ia mendapatkan penghargaan Pengabdian Insan Kemanusiaan Dharma Widya Argya, pengabdian dan jasa-jasanya dalam menyumbangkan ilmu pengetahuan untuk kemanusiaan di bidang kebencanaan.
Sutopo dianggap memiliki dedikasi luar biasa dalam memberikan informasi bencana. Penyakit kanker yang dideritanya tidak menyurutkan semangatnya. Pak Topo, panggilan akrabny, selalu cepat menginformasikan kepada media massa ataupun melawan berita hoaks terkait bencana melalui media sosial.
Selain itu, BNPB juga meresmikan Auditorium Dr Sutopo Purwo Nugroho di Lantai 15 Graha BNPB. Peresmian dilakukan secara simbolis dengan menarik tirai oleh Doni yang didampingi oleh Retno Utami, istri mendiang Sutopo beserta keluarga.