BOGOR, KOMPAS – Para sprinter pelatnas PB PASI tidak bisa santai berpartisipasi pada Kejuaraan Nasional Atletik 2019 di Stadion Pakansari, Cibinong, 1-7 Agustus 2019. Bila tidak mengeluarkan kemampuan terbaik, mereka bisa terpental dari pelatnas dan diganti pelari daerah yang mengantre untuk masuk pelatnas.
”Mereka jangan santai-santai di pelatnas. Kami tidak segan mencoret mereka jika performanya buruk, seperti tidak lolos limit yang kami tetapkan atau kalah dengan catatan waktu atlet lain dari luar pelatnas. Atlet daerah ini banyak yang antre ingin masuk pelatnas,” ujar Sekretaris Umum PB PASI Tigor M Tanjung saat menyaksikan hari pertama Kejurnas Atletik 2019.
Semua sprinter pelatnas turun di Kejurnas Atletik 2018. Mereka paling banyak turun di nomor 100 meter dengan kategorinya masing-masing, yakni remaja (U-18), yunior (U-20), dan senior. Pada babak kualifikasi, sprinter pelatnas belum mengeluarkan kemampuan terbaiknya sehingga waktu mereka kalah dari pelari daerah. Di nomor 100 m remaja contohnya. Pada babak kualifikasi, waktu terbaik dicatat pelari non pelatnas asal Sulawesi Tengah, Richo R Tumarar (17) dengan waktu 10,75 detik.
Pada kualifikasi 100 m yunior, pelari pelatnas asal Jawa Tengah Adit Rico Pradana (18) menjadi yang terbaik dengan waktu 10,81 detik. Namun, waktunya tak terpaut jauh dengan elari non pelatnas asal Gorontalo Izrak Ujulu (18) dengan waktu 10,90 detik di urutan ketiga. Saudara kembar Rico yang berstatus non pelatnas Adit Rici Pradana (18) mencatat waktu 11,02 detik di urutan keempat.
Pada babak kualifikasi nomor 100 meter senior, mantan pelari pelatnas asal Jawa Tengah Subur Santoso (29) membuat waktu terbaik dengan waktu 10,64 detik. Di babak itu, pelari pelatnas yang masuk tiga besar adalah pelari asal NTB Sudirman Hadi (23) dengan waktu 10,65 detik.
Performa pelari pelatnas senior baru membaik pada semi final. Tiga besar semi final diisi pelari pelatnas, yakni pelari asal Kalimantan Tengah Eko Rimbawan (24) dengan waktu 10,54 detik, diikuti pelari Jawa Timur Mochammad Bisma Diwa (24) dengan 10,56 detik, dan Sudirman Hadi dengan waktu 10,55 detik di urutan ketiga.
Walau demikian, mereka belum bisa menembus limit waktu pelari pelatnas yang ditetapkan PB PASI, yakni minimal 10,47 detik. ”Kami harap para sprinter pelatnas bersungguh-sungguh menunjukkan performa terbaiknya,” kata Tigor.
Berusaha keras
Para sprinter pelatnas tidak setengah-setengah pula dalam ikut Kejurnas Atletik 2019. Hal itu ditunjukkan oleh pelari pelatnas asal Jawa Timur Joko Kuncoro Adi (22). Selama ini, Joko lebih sering tampil pada nomor estafet 4x100 meter. Ia jarang turun di nomor individu. Waktu terbaiknya sebelum Kejurnas Atletik 2019 adalah 10,76 detik pada Singapura Terbuka 2019, Maret.
Namun, untuk mengejar limit pelatnas, Joko berjuang keras untuk memperbaiki catatan waktunya. Pada babak kualifikasi dan semi final, ia bisa mencapai waktu 10,66 detik atau waktu terbaik dalam karirnya. ”Limit waktu 10,47 detik itu sangat sulit. Tapi, saya berusaha keras untuk mencapainya. Ini adalah bukti bahwa saya ingin bertahan di pelatnas,” tuturnya.
Performa terbaik justru ditunjukkan sprinter putri pelatnas yang turun di nomor 100 meter pada kategori remaja, yunior, maupun senior. Pada babak semi final 100 meter remaja, dua sprinter putri pelatnas berhasil masuk tiga besar, yakni pelari Jawa Barat Erna Nuryanti (17) dengan waktu 12,17 detik di urutan pertama dan pelari Jawa Barat Raden Roseline F (17) dengan waktu 12,50 detik. Waktu tersebut sudah menembus limit pelatnas, yakni 12,67 detik.
Pada babak kualifikasi 100 meter yunior, sprinter putri pelatnas asal Jakarta Jeany Nurainy (19) menjadi yang terbaik dengan waktu 12,16 detik. Waktu itu juga sudah menembus limit pelatnas, yakni 12,44 detik. Pada babak kualifikasi 100 meter senior, sprinter putri pelatnas asal Maluku Alvin Tehupeiory (24) menjadi yang terbaik dengan waktu 11,71 detik. Dia pun menembus limit pelatnas, yakni 11,85 detik.