Air Mancur Tidak Beroperasi, UMKM Khawatir Omzet Turun
Tidak beroperasinya air mancur Sri Baduga di Purwakarta, Jawa Barat, untuk sementara waktu dikhawatirkan menurunkan omzet para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. International Council for Small Business Indonesia Cabang Purwakarta berharap pemerintah daerah memperhatikan kesejahteraan para pelaku usaha.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS — Tidak beroperasinya air mancur Sri Baduga di Purwakarta, Jawa Barat, untuk sementara waktu dikhawatirkan menurunkan omzet para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. International Council for Small Business Indonesia Cabang Purwakarta berharap pemerintah daerah memperhatikan kesejahteraan para pelaku usaha.
Pertunjukan air mancur Sri Baduga diadakan setiap hari Sabtu malam dan menjadi daya tarik wisatawan dari dalam dan luar Purwakarta. Setidaknya lebih dari 30.000 pengunjung memadati lokasi ini untuk menyaksikan atraksi air mancur sekaligus menikmati wisata kuliner di sepanjang Jalan KK Singawinata, Purwakarta.
Biasanya sejak pukul 19.00 hingga 23.00, para pelaku usaha kuliner dan kesenian menggelar produknya di kanan-kiri jalan tersebut menggunakan meja tinggi. Bahkan ada yang membawa gerobak dan ikon produk kulinernya. Mereka menjajakan aneka kuliner khas daerah Purwakarta, misalnya awug, surabi, sate maranggi, dan simping (makanan tradisional yang terbuat dari tepung beras).
Para pelaku usaha menggantungkan hidup dari hasil penjualan malam itu. Omzet yang mereka dapat dari berjualan di sana mencapai jutaan rupiah. Namun, memasuki kemarau, debit air di kolam Sri Baduga berkurang. Hal ini menyebabkan pemerintah setempat menutup sementara pertunjukan itu sampai batas waktu yang tak diketahui. Kondisi ini membuat para pelaku UMKM merasakan dampak penutupan sementara itu, yakni berkurangnya omzet jualan.
Arif Rahman dari Marketing Purwakarta Volcano Cheese Cake, Kamis (1/8/2019), mengatakan, adanya penutupan sementara itu membuat omzet lapaknya menurun hingga 50 persen. Biasanya pada momen tersebut lapaknya mampu meraup omzet berkisar Rp 7 juta-Rp 9 juta, tetapi sekarang menurun menjadi Rp 3,5 juta-Rp 4,5 juta.
Menurut Nicolaas Johannes Loen, Ketua International Council for Small Business Indonesia Cabang Purwakarta, tidak beroperasinya ikon di Purwakarta itu berdampak besar kepada pelaku UMKM dan hotel di sekitar lokasi. Seharusnya pemerintah daerah memikirkan kembali solusi agar pertunjukan air mancur ini terus berlangsung di segala musim sehingga para pelaku usaha tetap dapat meraup rezeki.
”Para pengunjung akan kecewa dan enggan datang ke lokasi karena tidak ada pertunjukan air mancur. Menurunnya jumlah pengunjung berdampak terhadap omzet para pelaku usaha,” ujar Nicolaas.
Promosi digenjot
Meski air mancur tidak beroperasi, Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan, dan Perindustrian Purwakarta Karliati Juanda optimistis dapat menarik para pengunjung untuk datang ke Purwakarta dengan wisata kuliner di Sabtu malam. Untuk itu, pihaknya akan bersinergi dengan Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Budaya Purwakarta dalam meningkatkan promosi.
Karliati menambahkan, untuk tahap awal, yang akan dilakukan adalah mengemas wisata kuliner malam agar memiliki nilai jual, misalnya menonjolkan produk khas Purwakarta yang paling banyak digemari. Kemudian, merombak tampilan lapak agar lebih menarik dan bersih.
”Harapannya, ke depan para pelaku usaha kuliner dan kerajinan tidak bergantung pada air mancur dalam segala musim,” ujarnya.