Anak balita kembar siam Akila Dewi Syabila dan Azila Dewi Sabrina asal Kendari, Sulawesi Tenggara, akan menjalani operasi pemisahan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo, Surabaya, Jawa Timur. Anak balita perempuan dempet dada dan perut (thoracoabdominophagus) itu menjadi pasien operasi pemisahan kembar siam ke-99 di RSUD Dr Soetomo.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Anak balita kembar siam Akila Dewi Syabila dan Azila Dewi Sabrina asal Kendari, Sulawesi Tenggara, akan menjalani operasi pemisahan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo, Surabaya, Jawa Timur. Anak balita perempuan dempet dada dan perut (thoracoabdominopagus) itu menjadi pasien operasi pemisahan kembar siam ke-99 di RSUD Dr Soetomo.
Direktur Utama RSUD Dr Soetomo Joni Wahyuhadi, Jumat (2/8/2019), di RSUD Dr Soetomo, Surabaya, mengatakan, anak balita kembar siam tersebut tiba di Surabaya pada Kamis (1/8/2019) malam. Mereka datang dari Kendari didampingi ayahnya, Jayasrin (25), serta perwakilan Pemerintah Kota Kendari dan RSUD Abu Nawas, Kendari.
”Tim dokter mulai melakukan sejumlah pemeriksaan kepada anak balita kembar siam, di antaranya pemeriksaan laboratorium dan radiologi. Jadwal operasi akan ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan yang selesai dua hari lagi,” ujarnya.
Putri kembar pasangan Jayasrin dan Selvina Dewi (20) itu lahir prematur saat usia kehamilan tujuh bulan. Akila dan Azila lahir dengan kondisi dempet dada dan perut dengan jantung dan paru-paru keduanya terpisah. Namun, hatinya hanya satu dan ada bagian usus yang tersambung. Sejak lahir hingga berumur 1 tahun 3 bulan, keduanya dirawat di RSUD Abu Nawas.
Tim dokter mulai melakukan sejumlah pemeriksaan kepada anak balita kembar siam, di antaranya pemeriksaan laboratorium dan radiologi. Jadwal operasi akan ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan yang selesai dua hari lagi.
Joni mengatakan, biaya operasi Akila dan Azila diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Biaya yang digunakan tidak hanya berasal dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan karena jumlahnya tidak mencukupi. Operasi pemisahan anak balita kembar siam tersebut juga berasal dari sumber pendanaan lain, di antaranya dari Pemerintah Provinsi Jatim, Pemkot Kendari, dan sumbangan dari masyarakat.
”Kami meminta pengecualian pendanaan dari BPJS Kesehatan karena aturannya tidak boleh ada sumber pendanaan ganda. Ini kasus yang tidak biasa sehingga jika nanti klaim dari BPJS Kesehatan kurang, kami bisa menggunakan sumber pendanaan lain. Jika tidak begini, nanti kembar siam tidak tertangani karena kekurangan dana,” ujar Joni.
70 orang
Ketua Tim Kembar Siam RSUD Dr Soetomo Surabaya Agus Hariyanto menuturkan, ada 70 orang yang tergabung dalam tim dokter pemisahan anak balita kembar siam Akila dan Azila. Dokter yang terlibat sudah berpengalaman menangani kasus serupa.
Akila dan Azila merupakan kembar siam ke-99 yang ditangani di RSUD Dr Soetomo. Rumah sakit terbesar di Jatim ini tercatat sudah menangani kasus kembar siam sejak 1975. ”Setiap kasus kembar siam kondisinya bervariasi,” ujarnya.
Berdasarkan pemeriksaan awal, kata Agus, kondisi kedua anak balita sehat dengan berat 22 kilogram. Kasus kembar siam Akila dan Azila cukup kompleks karena dempet dari dada hingga perut. Namun, tim dokter akan mengupayakan yang terbaik agar keduanya selamat usai operasi.
Kalau tidur jarang bisa bersamaan sehingga kadang terganggu.
Menurut Jayasrin, kedua anaknya cukup aktif bergerak. Namun, karena kondisinya dempet, terkadang gerakan yang dilakukan salah satu anaknya mengenai saudara kembarnya. ”Kalau tidur jarang bisa bersamaan sehingga kadang terganggu,” tutur Jayasrin, yang pernah bekerja sebagai sopir truk tembak.