Belajar dari Dubai
Terbukti, sumber daya alam yang melimpah bukan satu-satunya penunjang kemajuan negara atau kota. Dubai, misalnya. Meski tidak dilimpahi minyak, kota di Uni Emirat Arab ini tumbuh jadi salah satu kawasan yang makmur di Jazirah Arab. Justru karena tidak bergantung pada alam, otoritas Dubai terus mencari cara agar kota tumbuh berkelanjutan.
Medio Juli 2019, Dubai telah masuk musim panas. Suhu udara tercatat 38 derajat celsius. Udara terasa panas dan lembab. Jalanan lengang, tidak banyak orang berlalu lalang, kecuali kendaraan bermerek kondang yang berseliweran.
Sebaliknya, di Dubai Mall, salah satu mal terbesar di dunia yang terletak di pusat kota Dubai, tampak ramai orang berseliweran. Mereka adalah turis dari berbagai negara. Dubai Tourism, otoritas turisme Dubai, mencatat, Dubai Mall menjadi destinasi favorit karena 98 persen turis internasional yang berkunjung ke Dubai pasti mengunjungi Dubai Mall.
Pariwisata memang menjadi salah satu sektor andalan Dubai. Sekitar 9,6 persen dari produk domestik bruto (PDB) Dubai disumbang dari sektor pariwisata. Pada 2018, 15,9 juta turis internasional datang ke Dubai.
Dari jumlah itu, India di peringkat pertama (2 juta orang), disusul Arab Saudi (1,6 juta orang), dan di urutan ketiga adalah Inggris (1,2 juta orang). Negara lain adalah China, Oman, Rusia, Amerika Serikat, Jerman, Pakistan, dan Filipina. Hingga 2025, Dubai Tourism menargetkan jumlah turis internasional dapat mencapai 25 juta orang.
Assistant Vice President Dubai Business Events and City Operations Steen Jakobsen mengatakan, lokasi yang strategis, yakni dekat dengan Benua Eropa, Afrika, dan Asia, menjadi keunggulan Dubai. Sementara Dubai International Airport melayani penerbangan ke 240 kota di dunia. Dengan demikian, Dubai menjadi hub penerbangan internasional yang dapat dijangkau semua kota penting di dunia dengan penerbangan langsung, termasuk Jakarta.
Selain wisata belanja, agar turis tidak bosan, Dubai menyediakan destinasi wisata sebanyak mungkin. Beberapa destinasi favorit selain Dubai Mall antara lain adalah Air Mancur Dubai, kawasan sejarah dan budaya, kawasan pantai, safari padang gurun, Menara Burj Khalifa, dan kawasan Palm Jumeirah.
Untuk menampung turis, fasilitas kamar hotel juga diperbanyak. Mereka tak hanya menyediakan kamar hotel untuk segmen atas, tetapi juga turis dari segmen menengah. Saat ini tersedia 116.000 kamar hotel dan masih akan ditambah 30.000 kamar hingga tahun 2020. Adapun rata-rata lama tinggal turis internasional adalah 7,4 hari.
”Jadi, target pasar kami sebanyak mungkin orang dari berbagai negara dan tidak hanya segmen tertentu. Karena kalau menggantungkan hanya pada satu segmen, maka (pariwisata Dubai) menjadi rentan,” kata Jakobsen.
Otoritas Dubai pun tidak hanya menggarap turis internasional yang selama ini menjadi langganan, tetapi juga mencari pasar baru. Negara asal turis yang kini tengah digarap adalah Rusia dan China, yang kini trennya naik.
Untuk promosi, otoritas Dubai berupaya menjangkau sebanyak mungkin warga dunia melalui media sosial atau menggandeng selebritas, seperti Shah Rukh Khan dari India. Mereka juga mengundang media massa ternama dari berbagai negara. Dalam setahun, mereka dapat mendatangkan jurnalis dari 60 negara ke Dubai.
”Itu akan lebih efektif karena Anda dapat melihat dan mengalami sendiri kehidupan di Dubai, bukan dari kata orang. Mungkin selama ini ada persepsi yang kurang tepat dan Anda bisa meluruskannya,” kata anggota staf Dubai Tourism, Pallavi (33), kepada Kompas.
Dalam mengembangkan sektor pariwisata, otoritas Dubai juga mengintegrasikannya dengan kegiatan pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran. Banyak pertemuan dalam skala regional ataupun internasional yang diselenggarakan di Dubai. Salah satu yang kini menjadi fokus otoritas adalah penyelenggaraan 2020 World Expo yang diselenggarakan tiap lima tahun sekali dengan masa penyelenggaraan selama enam bulan.
Expo 2020 Dubai akan dimulai pada Oktober 2020 hingga 1 April 2021 dan menjadi ajang World Expo pertama di kawasan Timur Tengah. Untuk ajang tersebut, otoritas Dubai membangun kawasan baru seluas 4,38 kilometer persegi di wilayah selatan Dubai. Di kawasan tersebut kini tengah dibangun gedung pameran dengan berbagai tema, perhotelan dan infrastruktur pendukungnya, termasuk transportasi massal berbasis rel.
Perdagangan
Meski demikian, sektor pariwisata bukan satu-satunya penggerak ekonomi Dubai. Sektor lain yang menjadi pilar ekonomi adalah perdagangan dan investasi. Di sisi perdagangan, otoritas Dubai membentuk kawasan perdagangan bebas, baik yang dekat dengan bandara maupun pelabuhan.
Di Dubai terdapat pelabuhan tersibuk di Teluk Persia, Pelabuhan Jebel Ali. Di pelabuhan itu terdapat zona ekonomi khusus seluas 57 kilometer persegi dengan lebih dari 20 zona bebas industri. Zona bebas ini menarik investasi karena menawarkan insentif perpajakan, insentif bea dan cukai, serta tidak ada larangan kepemilikan asing hingga 100 persen.
Bagi Otoritas Kawasan Perdagangan Bebas Bandara Dubai atau Dubai Airport Freezone Authority (DAFZA), layanan terbaik harus diberikan agar calon investor mau berinvestasi di zona bebas perdagangan tersebut. Selain memberi kemudahan persyaratan dan insentif perpajakan, otoritas juga membuka akses ke jaringan global.
Fasilitas yang diberikan kepada investor tidak hanya infrastruktur yang mumpuni, tetapi juga kemudahan dalam mengurus visa untuk tinggal dan bekerja, layanan administratif dari pemerintah, layanan kesehatan, dan layanan logistik.
Saat ini, DAFZA melayani lebih dari 1.600 perusahaan multinasional dari berbagai sektor, mulai dari penerbangan, telekomunikasi dan teknologi informasi, logistik, farmasi, makanan dan minuman, hingga kosmetik. Selain perusahaan multinasional (35 persen), di DAFZA juga ada perusahaan kecil dan menengah (65 persen), termasuk usaha rintisan.
Marketing Consultant Dubai Airport Freezone Johnny Victor Malek mengatakan, setelah DAFZA menjadi penghubung banyak pelaku perdagangan global dengan beragam sektor industri, mereka tengah mengembangkan sektor baru, yakni e-dagang.
E-dagang berpotensi tumbuh sangat besar. Sebab, ketika penjualan di luar jaringan atau luring secara global tahun lalu tumbuh 3,5 persen, perdagangan secara daring tumbuh 13 persen. Itu belum termasuk penjualan jasa, seperti tiket perjalanan, secara daring.
”Alih-alih berbicara soal tarif, yang kami tawarkan kepada calon investor adalah solusi untuk mengembangkan bisnisnya. Prinsipnya e-dagang memerlukan aliran barang yang lancar, bukan gudang yang besar dengan stok barang yang sangat banyak. Maka, solusinya gudang bersama dan itu biayanya lebih terjangkau,” tutur Malek.
Sejalan dengan itu, otoritas Dubai memiliki visi untuk menjadi pusat ekonomi syariah dunia. Dari sisi bisnis, terdapat tiga sektor untuk dikembangkan, yakni industri keuangan Islam, industri halal, dan ekonomi kreatif. Meski demikian, otoritas Dubai menyadari, mengembangkan ekonomi Islam atau ekonomi syariah harus dilakukan bersama-sama dengan negara Muslim lainnya.
Deputy CEO Strategy and Planning of Dubai The Capital of Islamic Economy Saeed Mubarak Kharbash mengatakan, kolaborasi diperlukan, misalnya untuk standardisasi dan inovasi. Meski ekonomi syariah di banyak negara terus tumbuh, masing-masing negara menerapkan standar atau prasyarat sendiri, seperti di industri makanan dan minuman halal.
”Kami ingin membangun sebuah kesepahaman dengan badan standardisasi di negara lain sehingga, jika di sini sebuah produk dinyatakan halal, di negara lain otomatis demikian dan sebaliknya,” kata Kharbash.
Bahagia warganya
Dari itu semua, otoritas Dubai menyadari bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan warga menjadi tujuan utama. Karena itu, teknologi informasi dan digital yang berkembang pesat dimanfaatkan untuk mendukung tujuan melalui program Smart Dubai.
Melalui program itu, layanan administratif masyarakat, seperti perizinan, layanan kesehatan, layanan kepolisian, dan layanan transportasi, akan semakin banyak dilakukan secara digital. Harapannya, banyak efisiensi dapat dilakukan, mulai dari efisiensi waktu 40 jam per orang per tahun, efisiensi biaya, hingga mencegah terjadinya penyelewengan.
Meski tampak rumit karena mengintegrasikan banyak otoritas, itu dapat berjalan karena dorongan kuat dari penguasa Dubai, yakni Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum. ”Karena ini perintah dari beliau, semua otoritas di bawahnya akan mengikuti,” ujar Marketing Specialist Smart Dubai Nakul Berry.
Sekali lagi, Dubai bukan kota yang kaya minyak. Namun, justru karena tidak bergantung dengan sumber daya alam, otoritas di sana terus mencari berbagai cara agar kota itu terus berkelanjutan. Terlebih sebagai kota internasional yang hampir 90 persen penghuninya adalah ekspatriat, Dubai terus berupaya agar menjadi kawasan yang nyaman bagi semua orang tanpa meninggalkan budaya asli setempat.
Karena itu, tidak salah jika tahun ini Pemerintah UEA dan Dubai mengambil tema sebagai ”Tahun Toleransi”. Di berbagai tempat publik, termasuk restoran, tertulis tema itu. Dengan tema itu, mereka mengirim pesan bahwa Dubai terbuka kepada warga dunia dengan segala perbedaannya.