Cuaca Panas Melanda, Warga Kepri Diminta Waspada Antisipasi Kebakaran
Warga Kepulauan Riau diminta waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan. Cuaca panas yang mulai melanda sejak sepuluh hari lalu membuat titik panas bermunculan di wilayah itu, terutama di Kabupaten Karimun, Bintan, dan Natuna.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — Warga Kepulauan Riau diminta mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan. Cuaca panas selama sepuluh hari terakhir membuat titik panas bermunculan di wilayah itu, terutama di Kabupaten Karimun, Bintan, dan Natuna.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Hang Nadim, Batam, Suratman, Sabtu (3/8/2019), menyatakan, cuaca panas diperkirakan masih akan melanda wilayah Kepri hingga satu minggu ke depan. Suhu udara saat ini berkisar 31-33 derajat celsius.
”Kelembaban udara yang rendah menyebabkan pertumbuhan awan terhambat. Akibatnya, sinar matahari dengan intensitas yang tinggi langsung mencapai permukaan bumi dan mengakibatkan cuaca di Kepri lebih panas dari biasanya,” kata Suratman.
Ia mengatakan, selama sepuluh hari terakhir 24 titik panas terpantau di wilayah Kepri. Titik panas itu tersebar di Karimun, Bintan, dan Natuna. Berdasarkan citra satelit Terra Aqua, Jumat (2/8/2019), delapan titik panas berada di Natuna dan enam di Karimun.
”Kemungkinan hujan turun masih ada, hanya saja kemungkinan intensitasnya rendah. Warga harus waspada karena cuaca kering dan panas ini sangat mudah memicu kebakaran hutan dan lahan,” ujar Suratman.
Kemungkinan hujan turun masih ada, hanya saja kemungkinan intensitasnya rendah. Warga harus waspada karena cuaca kering dan panas ini sangat mudah memicu kebakaran hutan dan lahan.
Pada Jumat, dua kasus kebakaran lahan terparah melanda Bintan. Setidaknya lebih dari 20 hektar lahan pertanian milik warga dan hutan lindung hangus akibat kelalaian sejumlah orang yang berusaha membersihkan lahan dengan menyalakan api.
Kepala Polsek Gunung Kijang Ajun Komisaris Dunot Gurning menyatakan, seorang pelaku bernama Kusno (48) ditangkap karena diduga membakar lahan seluas 15 hektar di Kelurahan Toapaya Utara, Kabupaten Bintan. Proses penyelidikan saat ini masih berlangsung.
”Pelaku hendak membersihkan lahan miliknya dengan dibakar untuk kemudian ditanami sayur. Namun, karena angin kencang sedang bertiup, api itu kemudian menyebar dan menghanguskan lahan lainnya milik warga,” kata Dunot.
Adapun satu peristiwa kebakaran lain terjadi di Kelurahan Gunung Lengkuas, Kecamatan Bintan Timur. Pelaku bernama Rusdiyanto (44) ditangkap kepolisian setempat karena lalai membakar sampah dan mengakibatkan kebakaran di hutan lindung seluas 5 hektar.
Pelaksana Harian Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Agus Wibowo mengatakan, penyebab utama kebakaran lahan dan hutan adalah ulah manusia. Oleh karena itu, warga diimbau tidak melakukan pembakaran untuk membuka lahan.
”Dampak kebakaran hutan dan lahan tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga merugikan masyarakat sendiri. Asap yang timbul dapat menyebabkan sesak napas atau penyakit pernapasan lainnya,” ujar Agus.