Partai Demokrat mencari kandidat tangguh untuk melawan Donald J Trump dalam Pemilu 2020. Pertarungan internal masih terlalu cair dan belum fokus.
Untuk pertama kalinya, jumlah kandidat calon presiden yang akan dinominasikan Partai Demokrat mencapai 27 orang. Ini rekor tertinggi dalam sejarah Amerika Serikat, sekaligus merepresentasikan latar belakang kandidat yang paling beragam, mewakili semua etnis di AS.
Setelah Demokrat melakukan dua putaran debat, jumlah kandidat menyusut menjadi 20 orang. Namun, jumlah itu pun masih terlalu besar dan menyulitkan pendukung Demokrat mencari calon terbaik. Publik berharap pada September mendatang jumlah kandidat bakal menyusut drastis, berdasarkan perkiraan dukungan dana ataupun tingkat popularitas yang tidak memadai.
Dari sekian banyak kandidat, ada sejumlah nama yang berkibar di dunia politik, antara lain mantan wakil presiden di masa Barack Obama, Joe Biden; Senator Elizabeth Warren; Senator Bernie Sanders yang menjadi rival utama Hillary Clinton pada pemilu lalu; dan Senator Kamala Harris.
Berdasarkan sejumlah jajak pendapat, Joe Biden masih menjadi kandidat yang terdepan. Selain ia merupakan politisi paling senior, karena pernah menjadi wapres selama 8 tahun, ia dan Bernie Sanders merupakan kandidat tertua, 76 tahun.
Sebagai kandidat yang diunggulkan, Biden selalu menjadi target ”serangan bersama” dari semua kandidat dalam panggung debat, seperti yang terlihat dalam dua sesi terakhir.
Sebagai wapres di era Obama, Biden memperoleh keuntungan karena pemerintahan Obama dinilai sukses, apalagi Obama merupakan presiden kulit hitam pertama di AS. Tak mengherankan jika dalam debat Biden sering mengaitkan dirinya dengan ”warisan” Obama dan periode pemerintahan yang sukses saat itu.
Namun, sebagai perseorangan, Biden dinilai masih kurang tegas serta kurang artikulatif dan antusias dalam menjelaskan pandangannya. Kelemahan inilah yang dijadikan sasaran tembak oleh para rivalnya.
Hal yang sering terjadi dalam debat internal partai adalah para kandidat sibuk saling menghancurkan lawan, tetapi lupa bahwa ada lawan utama yang harus dikalahkan pada 2020, dalam hal ini Presiden Donald Trump. Itu sebabnya Komite Nasional Demokrat (DNC) ingin segera menemukan petarung yang sepadan untuk menghadapi Trump dan memfokuskan seluruh kekuatan untuk tokoh ini.
Demokrat tentunya akan belajar dari kekalahan pahit Hillary Clinton pada Pemilu 2016. Dengan kapabilitas dan popularitas yang dimilikinya, di atas kertas Hillary seharusnya menang dan berdasarkan popular vote, ia unggul 4 juta suara. Namun, yang menjadi presiden adalah Trump. Semua faktor kegagalan kini harus diantisipasi Demokrat untuk mencegah Trump menjadi presiden selama delapan tahun dan—mengutip ucapan Biden—mengubah karakter fundamental AS.