Para pelari yang berpartisipasi dalam ajang Titan Run 2019 di BSD City, Tangerang, Banten, diharapkan mengerti batasan diri sendiri saat menempuh lintasan lari, Sabtu (3/8/2019) pagi ini. Yang utama, adalah pelari dapat mengerti ritme lari diri sendiri.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Para pelari yang berpartisipasi dalam ajang Titan Run 2019 di BSD City, Tangerang, Banten, diharapkan mengerti batasan diri sendiri saat menempuh lintasan lari, Sabtu (3/8/2019) pagi ini. Hal yang utama adalah pelari dapat mengerti ritme lari diri sendiri tanpa harus terbawa ritme lari dari orang lain hingga garis finis.
Ketua Panitia Titan Run 2019 Ailiy mengatakan, tidak dapat dimungkiri bahwa ajang lari beberapa tahun belakangan telah menjadi tren baru. Hal ini membuat banyak orang keranjingan berlari sampai-sampai mereka lupa batasan fisik mereka saat latihan stamina.
”Pagi ini para pelari, terutama di kategori 45 K (kilometer) duo dan 17,8 K, terlihat telah mempersiapkan diri masing-masing. Namun, saya selalu ingatkan, kenali diri sendiri, jangan memaksakan fisik jika memang tidak mampu,” ujar Ailiy saat mempersiapkan acara di mal Aeon BSD City, Tangerang, Sabtu pagi.
Selama berlari, ia berharap pelari tidak melewatkan fasilitas water station yang ada di lintasan. Sebanyak 10 water station di lintasan 45 K ini penting untuk menjaga pelari tetap terhidrasi.
Sejumlah pelari mengatakan telah mempersiapkan diri sebaik mungkin. Gunawan Halim (54), pelari komunitas Brosis Runners, rutin berlari seminggu sekali dengan jarak lebih dari 10 kilometer. Dia pun mengakali ritme lari dengan tidak terburu-buru pada jarak 5 kilometer pertama.
”Memang ketika berlari, kita harus kenali ritme diri sendiri. Saya pun sudah mengatur strategi, belajar dari Bali Marathon tahun lalu,” ujarnya.
Begitu pun Oppy (45), peserta yang sehari-harinya bekerja kantoran. Dia menyiasati latihan fisik dengan lari sebelum berangkat ke kantor. Peserta lari 17,8 K ini tidak mengejar waktu terbaik (personal best) dari ajang lari tahun lalu.
”Tahun lalu, personal best saya ada di 2 jam 30 menit. Saya tidak mematok target tahun ini, yang penting bisa lebih cepat dari tahun lalu,” ucap Oppy.
Para pelari mulai memasuki lintasan sejak pukul 05.00. Ailiy mengatakan, apabila ada pelari yang tidak mampu melanjutkan lari, mereka dapat bergegas menuju petugas medis yang ada di lintasan. ”Tidak perlu malu apabila harus berhenti, yang penting jangan memaksakan diri,” ucapnya.
Titan Run diselenggarakan sejak 2004 secara internal untuk karyawan dipelopori Chairman Titan Group Handoko A Tanuadji untuk merayakan HUT RI. Seiring dengan semakin banyaknya penggemar olahraga lari, sejak 2016 Titan Run dibuka untuk umum. Pada tiga tahun sebelumnya, start dan finis Titan Run diadakan di Mal Alam Sutera, Tangerang, Banten. Kini, start dan finis diadakan di mal Aeon BSD.
Titan Run yang diadakan tahun ini menggunakan kategori lomba sesuai dengan tanggal HUT RI. Mereka melombakan kategori 17,8 K dan 45 K yang merupakan singkatan dari tanggal dan bulan kemerdekaan. Adapun lari 45 K team duo adalah kategori baru, diikuti oleh tim yang beranggotakan dua peserta.
Dalam 45 K, kedua anggota tim berlari secara bersama-sama dengan jarak 22,5 kilometer tiap orang. Selain dua kategori itu, perlombaan lari 5 K dan 10 K tetap dilaksanakan seperti tahun sebelumnya.
Hingga Sabtu pukul 06.30, pelari mulai memasuki garis finis. Panitia mulai menghitung rekam waktu para pelari yang masuk garis finis. Adapun peringkat pertama 5 K akan memperoleh Rp 6 juta, 10 K mendapatkan Rp 7 juta, 17,8 K memperoleh Rp 8 juta, dan 45 K mendapatkan Rp 18 juta. Pemenang juga mendapatkan voucer dari sponsor Aeon dan 2XU.