Tantangan Makin Berat
Dinamika terbaru di kawasan memunculkan sejumlah tantangan baru. Sebagai asosiasi yang mengedepankan prinsip kerja sama, inklusif, dan dialog, tantangan ASEAN makin berat.
BANGKOK, KOMPAS —Tantangan bagi Perhimpunan Bangsa- bangsa Asia Tenggara (ASEAN) makin berat dengan meningkatnya ketegangan dan sengketa akhir-akhir ini di kawasan. Belum tuntas penyelesaian konflik dagang AS-China, sengketa di Laut China Selatan, ketegangan di Semenanjung Korea, kasus pengungsi Rohingya, ASEAN kini dihadapkan pada eskalasi sengketa dagang Jepang dan Korea Selatan.
Sengketa dagang Jepang- Korsel itu mendominasi, bahkan ”memanaskan”, pertemuan ASEAN Plus Tiga atau ASEAN Plus Three (APT) di Bangkok, Thailand, Jumat (2/8/2019). APT adalah forum pertemuan para menlu ASEAN dengan tiga negara mitra wicara di Asia Timur, yaitu China, Jepang, dan Korsel.
Pertemuan itu digambarkan diwarnai dengan saling balas pernyataan antara Menlu Korsel Kang Kyung-wha dan Menlu Jepang Taro Kono terkait sengketa dagang di antara negara mereka. Kang menyebut tindakan Tokyo mencoret Seoul dari daftar putih dilakukan dengan cara ”sepihak dan sewenang-wenang”.
”Kami sangat prihatin dengan keputusan ini, setidaknya demikian, hal ini terjadi khususnya seiring dengan keputusan sebelumnya yang membatasi beberapa item ekspor utama ke Korea (Selatan),” kata Kang dalam pernyataan pembuka pertemuan APT.
Pernyataan itu langsung dibalas Menlu Kono, yang mendapat kesempatan menyampaikan pernyataan setelah Kang. ”Saya tidak mendengar adanya komplain dari teman-teman kami di ASEAN terkait langkah- langkah pengelolaan ekspor kami. Korsel sudah dan akan menikmati status yang diinginkan atau status sama dengan rekan- rekan kami di ASEAN, dan saya tidak tahu apa yang disebut komplain oleh Menlu Kang itu,” ujar Kono.
Ketegangan pun berlanjut Dalam pertemuan East Asia Summit (EAS) setelah pertemuan ASEAN Plus Tiga. Keduanya tak bertegur sapa—apalagi berjabat tangan—meski kursi keduanya berdekatan.
Di sela-sela pertemuan ASEAN, Kang dan Kono menggelar pertemuan segitiga dengan Menlu AS Mike Pompeo. Pertemuan itu digambarkan berlangsung dingin. Tak ada basa-basi diplomatik atau jabat tangan seusai sesi foto bersama. Dalam jumpa pers, Kang mengatakan, dirinya menyampaikan ”penyesalan kuat” terhadap keputusan Jepang yang diambil, Jumat kemarin.
Dampak bagi ASEAN
Sengketa dagang Jepang- Korsel ditengarai dapat berdampak pada ASEAN. Dua negara itu masuk dalam lima mitra dagang terbesar ASEAN. Menlu Retno LP Marsudi menyebut, kemitraan ASEAN Plus Tiga (APT) telah menjadikan kawasan itu ”menjadi kekuatan raksasa ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi cukup tinggi jika dibandingkan negara-negara (lain) di dunia”.
”Kita mengingatkan bahwa resiliensi ini tidak dapat terus ada jika tidak dipelihara semua negara APT. Oleh karena itu, Indonesia menekankan bahwa kepercayaan, persahabatan, dan kerja sama itu harus terus dipelihara,” kata Retno terkait isu sengketa Jepang-Korsel dalam pertemuan APT kepada wartawan.
Menurut Retno, pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik yang belum lama ini diadopsi bisa berperan untuk meredam ketegangan di wilayah Indo-Pasifik, termasuk ketegangan Jepang-Korsel. Ia mengatakan, Indo-Pasifik ASEAN lahir—antara lain—untuk merespons dinamika di wilayah Indo-Pasifik yang cukup mengkhawatirkan.
”Saya sampaikan bahwa ASEAN selalu berusaha agar kultur dialog dan kerja sama ini menjadi bagian dari DNA-nya ASEAN,” ujar Retno.
Hal senada disampaikan Menlu Thailand Don Pramudwinai dalam konferensi pers terpisah. Saat ditanya soal kesiapan negara-negara ASEAN menghadapi dampak sengketa dagang Jepang-Korsel, ia menjawab, ”Apa pun ketegangan dan konfliknya, semua bisa diatasi dengan lebih banyak konsultasi dan dialog. Kami akan terus mendorong dialog itu. Pada akhirnya, hasilnya harus sama-sama menguntungkan.”
Isu lain
Retno menyatakan, isu-isu lain yang dibahas dalam pertemuan EAS meliputi sengketa di Laut China Selatan, pandangan Indo-Pasifik ASEAN, isu pengungsi Rohingya, dan lain-lain.
”Isu Indo-Pasifik menjadi isu yang sangat menonjol, dan ini pertama kali pandangan Indo- Pasifik ASEAN dibahas dalam pertemuan EAS,” ujarnya.
”Di dalam pertemuan-pertemuan, baik secara bilateral maupun selama pertemuan lain, kita mendapatkan dukungan yang banyak dari negara-negara mitra kita untuk bekerja sama dengan ASEAN mengimplementasikan pandangan Indo- Pasifik ASEAN.”
Pertemuan menlu ASEAN juga mengeluarkan pernyataan tentang pengiriman sampah ke kawasan Asia Tenggara. Dalam pernyataan itu, ASEAN menolak kiriman sampah ke Asia Tenggara dan menekankan kepada negara ASEAN melakukan langkah-langkah sesuai dengan hukum masing-masing untuk menjaga lingkungan kawasan.
Pertemuan menlu ASEAN, Jumat kemarin, berlangsung di tengah insiden ledakan bom kecil sedikitnya di lima lokasi di Bangkok. Otoritas Thailand menyebutkan, tiga orang luka- luka akibat ledakan itu. Aparat kepolisian telah menangkap dua tersangka. Pertemuan menlu ASEAN tetap berlangsung dan tidak terganggu akibat insiden ledakan bom tersebut.