Pembersihan puing-puing bangunan yang roboh dan penanganan psikologis warga Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten akibat gempa bumi mulai dilakukan.
Oleh
(FAJAR RAMADHAN/PRAYOGI DWI SULISTYO)
·3 menit baca
PANDEGLANG, KOMPAS – Pembersihan puing-puing bangunan yang roboh dan penanganan psikologis warga Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten akibat gempa bumi mulai dilakukan. Warga juga berharap kepastian bantuan material untuk pembangunan rumah.
Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Banten menjadi salah satu wilayah terdampak guncangan gempa bumi M 6,9 pada Jumat (2/8/2019) malam. Warga dan pihak kepolisian fokus membersihkan puing-puing bangunan di kawasan tersebut.
Kepala Polres Pandeglang Ajun Komisaris Besar Polisi Indra Lutrianto Amstono menyatakan, kepolisian akan terus membantu masyarakat membersihkan puing-puing bangunan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari potensi bangunan roboh yang dapat menimpa korban.
“Hari ini kita akan menyisir tiga desa yakni Panjangjaya, Sinarjaya dan Ramea. Kami menyumbangkan tenaga untuk membersihkan puing-puing,” ujarnya, Minggu (4/8/2019) siang.
Hari ini kita akan menyisir tiga desa yakni Panjangjaya, Sinarjaya dan Ramea. Kami menyumbangkan tenaga untuk membersihkan puing-puing
Menurutnya, reruntuhan rumah warga yang sengaja dirobohkan juga akan dibuat sebagai fondasi untuk memperkuat bangunan. Sebanyak 120 personel gabungan dari Polres Pandeglang, Brimob Provinsi Banten, Perwakilan dari kecamatan dan desa, serta masyarakat dikerahkan.
Berdasarkan data sementara yang diperoleh hingga Minggu siang, setidaknya ada 59 rumah rusak di Mandalawangi. Adapun, data yang masuk baru berasal dari 8 desa, masih ada 7 desa lain yang belum memberikan data kerusakan.
Kecamatan Mandalawangi berjarak sekitar 225 kilometer dari pusat gempa di Samudra Hindia. Meski begitu, jumlah bangunan rusak yang dilaporkan lebih banyak dibandingkan Kecamatan Sumur yang hanya berjarak sekitar 150 kilometer dari pusat gempa.
Sawiri (30), warga RT 02 RW 02 Desa Panjangjaya adalah salah satu korban terdampak gempa tersebut. Tembok di salah satu sisi dapur rumahnya roboh. Selain itu, beberapa tembok dalam rumahnya juga mengalami retak. Ia bersama ibu, istri, dan anaknya terpaksa mengungsi di saung sebelah rumahnya.
“Kami belum tahu kepastian bantuan yang akan kami terima. Jika memang diberikan, kami berharap secepatnya,” katanya sembari membersihkan sisa puing-puing bangunan.
Hal yang sama juga menimpa rumah Rusmiyati (35) yang bersebelahan dengan rumah Sawiri. Tembok di bagian kamar tidurnya roboh di bagian samping. Beberapa bagian juga mengalami retak. Meski begitu, ia, suami dan keempat anaknya tetap tinggal di dalam rumah tersebut.
Camat Mandalawangi Entus Bakti mengatakan, meski lokasinya jauh dari pusat gempa, kerusakan yang banyak terjadi di Mandalawangi salah satunya terjadi karena struktur bangunan yang kurang kuat. Rumah-rumah yang rusak diketahui tidak menggunakan besi sebagai rangka bangunan.
“Selain itu, dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) menjelaskan kalau daerah ini merupakan urat dari pusat gempa,” ungkapnya.
Penyembuhan trauma
Selain membenahi infrastruktur rumah warga, penyembuhan trauma juga diberikan kepada anak-anak terdampak gempa. Inisiatif tersebut dilakukan oleh Dompet Dhuafa Cabang Banten di halaman Kantor Desa Panjangjaya. Sebanyak 82 anak mengikuti kegiatan tersebut.
“Kami juga ada dapur keliling untuk kegiatan ibu-ibu memasak. Penyembuhan trauma juga akan kami berikan di desa-desa lain,” ujar Corporate Communication Dompet Dhuafa Cabang Banten Gungun.
Anak-anak menunjukkan antusiasme saat mengikuti program pemulihan trauma tersebut. Di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Huda Karoya setidaknya ada lebih dari 30 anak juga menunggu kegiatan tersebut. Mereka menunggu sejak pukul 12.00. Padahal, pukul 14.00 tim Dompet Dhuafa masih memberikan penyembuhan trauma di kantor desa yang berjarak sekitar 2 kilometer dari MI.
Entus juga bekerja sama dengan sejumlah tokoh ulama untuk memberikan penguatan spiritual kepada warga terdampak gempa. Penguatan tersebut diberikan salah satunya untuk menenangkan masyarakat. “Semua elemen masyarakat punya fungsi untuk membangkitkan desa-desa kembali,” kata Entus.