Kerusakan pada tiga sirkuit saluran udara tegangan ekstra tinggi atau SUTET milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menyebabkan terganggunya pasokan listrik di wilayah Pulau Jawa. PLN tengah mendalami penyebab kerusakan transmisi listrik itu dan berupaya agar kejadian serupa tidak kembali terulang.
Oleh
Dimas W Nugraha
·4 menit baca
DEPOK, KOMPAS — Kerusakan pada tiga sirkuit saluran udara tegangan ekstra tinggi atau SUTET milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menyebabkan terganggunya pasokan listrik di wilayah Pulau Jawa. PLN tengah mendalami penyebab kerusakan transmisi listrik itu dan berupaya agar kejadian serupa tidak kembali terulang.
Gangguan pasokan listrik terjadi pada Minggu (4/8/2019), sekitar pukul 11.48, di hampir seluruh wilayah Jawa Barat, Jabodetabek, Banten, dan sebagian wilayah Jawa Tengah.
Pelaksana Tugas Direktur Utama PT PLN Sripeni Inten Cahyani menuturkan gangguan pasokan listrik bermula ketika pukul 11.45 salah satu sirkuit pada SUTET Ungaran-Pemalang mengalami gagal transmisi. Kerusakan itu memicu gangguan serupa pada sirkuit kedua dari SUTET yang menyalurkan energi listrik berkapasitas 500 kilovolt di jalur utara Jawa itu.
Berselang 3 menit kemudian, kerusakan transmisi juga terjadi pada salah satu sirkuit SUTET Tasikmalaya-Depok di jalur selatan Jawa. Kerusakan tiga sirkuit itu menyebabkan pasokan listrik ke wilayah barat Pulau Jawa terhenti total.
”Pada pukul 11.48 pasokan listrik untuk wilayah Jabar, Jabodetabek, dan Banten off. Ini murni gangguan teknis. Terkait dengan penyebab putusnya sirkuit, kami masih akan melakukan investigasi lanjutan,” ujar Peni di Gardu Induk Pusat Pengatur Beban PLN, Depok, Minggu.
Gangguan tiga sirkuit itu, lanjut Peni, menyebabkan tegangan listrik turun dengan cepat hingga memisahkan sistem kelistrikan di wilayah barat dan timur Pulau Jawa. PLN memperbaiki satu sirkuit di jalur selatan dan satu sirkuit di jalur utara sehingga secara bertahap pasokan listrik kembali mengalir menuju wilayah barat Pulau Jawa.
General Manager Induk Pusat Pengatur Beban PLN Edwin Nugraha Putra menilai, gangguan pada sirkuit SUTET bisa disebabkan karena sambaran petir ataupun ketidaksengajaan dari operasionalisasi alat berat milik PLN di wilayah SUTET. Namun, dia enggan berspekulasi lebih jauh terkait dengan penyebab gangguan sirkuit dan menyerahkan semua proses investigasi kepada tim independen yang ditunjuk PLN.
”Saat ini, PLN fokus untuk memulihkan dan meningkatkan layanan agar kejadian serupa tidak terulang,” ujarnya
Tidak seimbang
Dari total 20.000 megawatt (MW) beban listrik di seluruh Pulau Jawa, wilayah barat mendominasi beban ini dengan taksiran 13.000 MW. Sementara dari total kapasitas 34.000 MW kapasitas pembangkit listrik di Pulau Jawa, pembangkit listrik di wilayah timur mendominasi dengan kapasitas mencapai 20.000 MW.
Kerusakan transmisi pada sirkuit SUTET, lanjut Edwin, mengurangi kemampuan pembangkit di wilayah timur untuk mengaliri kebutuhan beban listrik di wilayah barat. Hal itu berdampak terhadap munculnya selisih berkisar 2.000-3.000 MW antara beban listrik yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan pembangkit mengaliri listrik.
”Akibat kelebihan beban, sambungan listrik di Jabodetabek, Jabar, dan Banten terputus,” ujarnya.
Kerusakan transmisi pada sirkuit SUTET mengurangi kemampuan pembangkit di wilayah timur untuk mengaliri kebutuhan beban listrik di wilayah barat.
Untuk memperbaiki sambungan listrik, PLN telah berhasil mengalirkan tegangan listrik dari Gardu Induk Pusat Pengatur Beban Gandul menuju PLTU Suralaya dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap dan Gas Muara Karang pada 17.30. Dari Muara Karang, dibutuhkan waktu sekitar dua jam untuk mengaliri listrik di seluruh wilayah Jakarta. Dari Suralaya, pasokan listrik membutuhkan waktu lebih lama mengalir ke Legok, Balaraja, dan Banten.
Direktur Pengadaan Strategis 2 PLN Djoko Raharjo Abumanan mengakui adanya ketidakseimbangan antara neraca daya di bagian barat dan bagian timur Pulau Jawa. Hal itu menyebabkan mudahnya terjadi pemutusan aliran listrik ketika terjadi gangguan pada salah saluran atau sirkuit listrik.
”Kalau turun, pembangkit-pembangkit di sisi barat langsung collapse semua karena mereka tidak seimbang. Artinya frekuensi pun turun,” ujarnya.
Potensi kerugian
Djoko menuturkan, pada keadaan normal di hari libur atau Minggu, ujarnya, PLN rata-rata bisa menjual listrik mencapai 22.000 MW per jam. Namun, akibat adanya gangguan, listrik yang disuplai pembangkit di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten hanya 13.000 MW per jam.
”Pasokan listrik melalui transmisi yang mengalami gangguan, yakni 9.000 MW per jam, menjadi potential loss,” ujarnya.
Djoko menambahkan, jika 9.000 MW itu dikalikan 10 jam, PLN berpotensi kehilangan penjualan 90.000 MW listrik. Dengan asumsi rata-rata tarif Rp 1.000 per kWh, diperkiraan kerugian bisa mencapai Rp 90 miliar.
Terkait dengan kerugian, Peni belum dapat menyampaikan estimasi biaya kerugian operasional yang harus ditanggung PLN atas kejadian ini. Namun, dia memastikan PLN akan memberikan kompensasi terhadap konsumem yang dirugikan oleh pemadaman listrik di wilayah Banten, Jabodetabek, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah.
”Nanti kompensasi akan kami hitung sesuai dengan Permen (Peraturan Menteri ESDM). Jika melebihi standar, kami akan berikan kompensasinya karena sudah diatur dalam aturan pemerintah,” ujarnya.
Ketentuan kompensasi diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 27 Tahun 2017. Ganti rugi yang diberikan bisa berupa kompensasi pengurangan tagihan listrik kepada konsumen.