Aktivitas Gunung Tangkuban Parahu hingga Minggu (4/8/2019) masih tinggi. Uap putih akibat erupsi freatik terpantau beberapa kilometer dari kawah.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
NGAMPRAH, KOMPAS – Aktivitas Gunung Tangkuban Parahu hingga Minggu (4/8/2019) masih tinggi. Uap putih akibat erupsi freatik terpantau beberapa kilometer dari kawah.
Hingga Minggu pukul 13.00 di Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Desa Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat,Amplitudo getaran mayoritas lebih dari 50 milimeter. Angka ini masih mendominasi sejak kenaikan status dari Normal menjadi Waspada, Jumat (2/8) pagi. Artinya, aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu masih sama sejak awal penetapan status Waspada.
Menurut Kepala Pos Pengamatan Hendri Deratama, tremor yang tercatat dalam seismograf antara 25 – 50 milimeter. Dia menuturkan, kolom abu masih teramati di jam-jam tertentu. Berdasarkan pengamatan kamera pengawas di bibir kawah, kolom abu setinggi lebih kurang 30 meter masih terlihat dari bibir kawah pada pukul 11.05 WIB.
“Uap putih ini bisa lebih tinggi dari 100 meter karena tingginya melewati bibir kawah. Aktivitas Tangkuban Parahu masih tinggi, dengan kolom abu masih teramati dari kamera pengawas kami. Peringatan jarak aman di luar radius 1,5 kilometer masih belum dicabut. Namun di luar itu, masyarakat masih bisa beraktivitas,” tuturnya.
Peringatan jarak aman di luar radius 1,5 kilometer masih belum dicabut. Namun di luar itu, masyarakat masih bisa beraktivitas
Sebagai imbas aktivitas tersebut, asap putih hasil erupsi terlihat hingga beberapa kilometer dari bibir sawah, di antaranya di perkebunan teh kawasan Ciater, Kabupaten Subang. Berdasarkan pengamatan dengan mata telanjang, uap putih melewati beberapa bangunan yang berada di puncak dan membumbung ke angkasa.
Acep Setiasumana (51), warga Desa Ciater, Kecamatan Ciater, menyatakan tidak khawatir dengan uap putih yang terlihat sejak pagi dari arah bibir kawah. Dia menuturkan, akan mengikuti arahan petugas jika memang perlu evakuasi warga.
“Bau belerang juga tidak tajam, makanya kami tidak terusik dengan Tangkuban Parahu yang erupsi. Namun, kami tetap mengikuti arahan petugas jika diperlukan,” tuturnya.
Rangkaian erupsi ini terjadi sejak Jumat (26/7) sore dengan kolom abu yang dihasilkan mencapai 200 meter. Aktivitas vulkanik ini terekam oleh pengunjung dan menimbulkan kepanikan. Namun, status Tangkuban Parahu masih dinyatakan normal karena erupsi yang terjadi tidak berurutan dan amplitudo yang menjadi patokan aktivitas vulkanik cenderung turun.
Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu pun ditutup selama beberapa hari untuk membersihkan kolom abu. Kamis (1/8), destinasi wisata unggulan Jawa Barat ini pun dibuka dengan kunjungan lebih dari 400 wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Namun, di hari yang sama, pada pukul 20.46, erupsi kembali terjadi di Kawah Ratu seperti sebelumnya. Erupsi ini terjadi hingga delapan kali dengan amplitudo getaran lebih dari 50 milimeter. Keesokan harinya, Jumat (2/8), PVMBG menetapkan status Tangkuban Parahu menjadi Waspada dengan radius jarak aman diperluas, dari 500 meter jadi 1,5 kilometer dari bibir kawah.