Tim pemadam darat menghadapi tantangan berat mengendalikan bara api yang meluas di wilayah Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·2 menit baca
MUARO JAMBI, KOMPAS—Tim pemadam darat menghadapi tantangan berat mengendalikan bara api yang meluas di wilayah Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Meskipun jumlah personel tim terus ditambah, hingga Minggu (4/8/2019), bara di balik permukaan gambut masih terus merambat.
Komandan Satgas Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Provinsi Jambi Kolonel Arh Elphis Rudy mengatakan bara di wilayah itu sulit dikendalikan karena diperkirakan telah merambat di balik permukaan gambut yang kedalamannya mencapai 3 meter.
“Ini menjadi tantangan berat dalam mengupayakan pemadaman. Kedalaman gambutnya sekitar 3 meter, sehingga api cukup sulit dikendalikan,” kata Elphis, yang meninjau lokasi kebakaran itu Minggu siang.
Sepekan sejak api muncul di wilayah itu, luas terus bertambah. Kini bara api sudah meluas lebih dari 50 hektar. Kebakaran itu pun selama sepekan penuh terdeteksi lewat satelit Terra Aqua yang diolah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jambi.
Hingga Minggu terpantau kebakaran lahan sudah meluas 248 hektar. Sebagian besar menyebar pada areal bergambut.
Koordinator Tim Pemadaman dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, Akhmadi, juga mengaku kesulitan mengendalikan bara api di areal gambut tersebut. “Padahal sudah kami guyur air cukup lama. Baranya kembali muncul sebentar saja kami tinggalkan,” katanya.
Padahal sudah kami guyur air cukup lama. Baranya kembali muncul sebentar saja kami tinggalkan
Sejak pagi, lanjut Akhmadi, timnya tetap bertahan di lokasi yang sama. Penyemprotan air memanfaatkan sumber dalam kanal sekitar. Sepanjang hari itu, bara api selalu kembali muncul setiap kali tim pindah untuk pemadaman di titik lain.
Salah seorang pemilik lahan yang terbakar, Situmorang, mengatakan 400 batang sawit dan karet miliknya hangus tak bersisa. Luasnya berkisar 4 hektar. “Kalau dilihat begitu luas kebakarannya, tanaman tak ada yang selamat,” katanya.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Sultan Thaha Jambi, Kurnianingsih, mengatakan satelit Terra dan Aqua mendeteksi 14 titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen. 10 titik di antaranya menyebar di areal gambut Kabupaten Muaro Jambi.
Terkait upaya penyelamatan gambut, Rapat Paripurna DPRD Provinsi Jambi yang berlangsung Sabtu (3/8/2019) kemarin menyetujui dibuatnya Ranperda tentang Tata Kelola Lahan Gambut. Ranperda tentang tata kelola lahan gambut dinilai penting bagi Provinsi Jambi yang memiliki gambut seluas 716.311 hektar.
“Kami akan berupaya mengawal konservasi gambut melalui aturan perda, sehingga masyarakat sekitar bisa memanfaatkan lahan tanpa merusak ekosistem gambut,” kata Dianto, Sekretaris Daerah Provinsi Jambi.