Masalah Listrik Diduga Picu Kebakaran di Teluk Gong
Kebakaran rumah toko berlantai tiga di Jalan K, Teluk Gong, Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, mengakibatkan sepasang suami-istri beserta dua anak mereka tewas. Polisi menduga, api dipicu oleh masalah listrik.
Oleh
J Galuh Bimantara
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebakaran rumah toko berlantai tiga di Jalan K, Teluk Gong, Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, mengakibatkan sepasang suami-istri beserta dua anak mereka tewas. Polisi menduga, api dipicu oleh masalah listrik.
Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Metropolitan Penjaringan Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Utara Komisaris Mustakim mengatakan, terdapat saksi yang melihat ada kabel lepas dari sebuah lampu di lantai dasar. Kabel itu terjatuh ke bawah yang penuh dengan perangkat persembahyangan agama Buddha, di antaranya berupa kertas dan lilin.
Api yang diduga terpicu dari kabel itu lantas cepat membesar karena bahan alat-alat persembahyangan mudah terbakar. ”Rumah toko itu memang untuk penjualan alat sembahyang Buddha,” tutur Mustakim, Senin (5/8/2019), di Markas Polsek Metro Penjaringan.
Korban meninggal merupakan satu keluarga, terdiri dari ayah bernama Tony (45), ibu bernama Jeny Ruslan (44), serta dua anak, Erica Wisely (17) dan Kent Wisely (8). Selain itu, terdapat warga yang mengalami sesak napas, yakni Marlim Nilam (60).
Kebakaran bermula saat pergantian hari dari Minggu (4/8/2019) ke Senin. Tony waktu itu sempat keluar untuk meminta bantuan tetangga memadamkan api di rumahnya. Kemungkinan karena mendengar teriakan istri dan anak-anaknya di lantai dua, ia langsung kembali masuk.
Sesudah Tony mencapai lantai dua, Mustakim menduga api di lantai dasar semakin besar dan asap bertambah pekat. Tony, Jeny, Erica, dan Kent pun terjebak hingga meninggal. Jasad mereka ditemukan di lantai dua dalam kondisi sudah hangus.
Mustakim menyebutkan, Tony mengontrak ruko itu dan baru saja memperpanjang sewa untuk tahun ketiga. Dari ruko yang ditempati keluarga Tony, api menjalar ke dua ruko di samping kiri, tetapi dampak kebakaran pada kedua ruko tidak separah di ruko mereka.
Sebenarnya, Tony memiliki satu anak lagi yang saat itu sedang tidak di rumah. Mustakim tidak merinci identitas anak tersebut. Yang jelas, ia merupakan mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Bandung, Jawa Barat. ”Ia masih shock karena kehilangan kedua orangtua dan adik-adiknya,” ujar Mustakim.
Dari pantauan pada Senin pagi, sejumlah warga berkumpul di depan tempat kejadian kebakaran karena penasaran dengan peristiwa itu. Beberapa pengendara sepeda motor melambatkan laju kendaraan untuk sekadar menengok bekas hangus di bagian muka ruko. Jalan K, Teluk Gong, selebar lebih kurang lima meter dan tergolong ramai dilintasi pengendara mengingat di sana terdapat pasar.
Warga yang tinggal di seberang ruko keluarga Tony, Arifin (45), menuturkan, kebakaran muncul sekitar pukul 00.00 dan bukan pada saat listrik padam. Ia melihat area rumah korban dialiri listrik mulai pukul 22.00, seusai padam berjam-jam seperti dialami mayoritas warga Jabodetabek.
Jadi, ia ragu jika penyalaan lilin karena mati lampu menjadi pemicu kebakaran di sana, seperti yang menimpa sejumlah permukiman lain di Jakarta sepanjang hari Minggu hingga Senin pagi.
Jadi, ia ragu jika penyalaan lilin karena mati lampu menjadi pemicu kebakaran di sana, seperti yang menimpa sejumlah permukiman lain di Jakarta sepanjang hari Minggu hingga Senin pagi.
Menurut Arifin, warga sempat ikut menyiramkan air tetapi api begitu kuat membara. Mereka juga tidak berani menyusul Tony masuk. Hawa panas api terasa hingga jarak sekitar enam meter. Sebanyak 18 unit kendaraan pemadam kebakaran dikerahkan untuk menjinakkan api, dan Arifin melihat operasi berakhir pukul 05.00.
Arifin menambahkan, kebakaran ruko pernah terjadi sebelumnya di kawasan itu dan juga menimbulkan korban jiwa. Kebakaran dua tahun lalu mengakibatkan dua orang meninggal dan kebakaran empat tahun lalu menewaskan empat orang.
Lantai dua dan tiga ruko yang ditempati keluarga Tony dilindungi secara rapat oleh jalinan teralis. Pemandangan semacam itu juga terlihat pada sebagian besar ruko di sekitarnya, termasuk tempat tinggal Arifin. Padahal, kondisi ini rentan menghambat penghuni menyelamatkan diri jika terjadi kebakaran.
”Iya, karena di sini rawan (kejahatan), jadi mau pasang salah, mau enggak pasang salah,” kata Arifin. Perlindungan diperlukan mengingat warga di sana mengamankan komoditas yang mereka jual.
”Iya, karena di sini rawan (kejahatan), jadi mau pasang salah, mau enggak pasang salah,” kata Arifin. Perlindungan diperlukan mengingat warga di sana mengamankan komoditas yang dijual mereka.
Ia menyiapkan skenario untuk evakuasi jika rumahnya dilanda kebakaran nantinya. ”Kalau menurut saya, paling tidak naik ke atas dulu, yang penting tidak mengisap asap dulu. Nanti, masih bisa tertolong atau tidak, urusan belakangan. Yang penting, kita jangan pingsan dulu,” tutur Arifin.