Padamnya aliran listrik di Banten, Jabodetabek, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah, kemarin, menimbulkan pertanyaan tentang keandalan manajemen listrik.
Dalam respons cepat menyampaikan permintaan maaf serta penjelasan awal, Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyebut penyebab padamnya aliran listrik pada pukul 11.45 WIB, Minggu (4/8/2019), adalah karena gangguan pada transmisi Ungaran dan Pemalang. Gangguan menyebabkan aliran listrik ke barat dari timur terganggu. Hal ini diikuti gangguan di pembangkit sisi tengah dan Jawa Barat.
Padamnya listrik serentak di hampir separuh Jawa sempat menimbulkan kebingungan dan kepanikan warga yang terkena dampak putusnya aliran listrik. Hampir semua aktivitas sehari-hari warga bergantung pada listrik, seperti komunikasi, transportasi, penyediaan air bersih, perbankan dan transaksi keuangan lain, serta terutama penerangan pada malam hari.
Proses pemulihan berjalan bertahap, sebagian kawasan Jabar mulai kembali mendapat aliran listrik sekitar pukul 16.30 dan sebagian Jabodetabek berangsur dalam sejam kemudian.
Ini bukan pertama kali listrik dalam sistem interkoneksi Jawa-Bali terganggu. Tahun 1997 sistem pernah mati total. Menurut catatan Kompas, sejak tahun 2001 hingga 2008 terjadi enam kali gangguan di interkoneksi Jawa-Bali, termasuk pada 18 Agustus 2005 yang menyebabkan gangguan PLTGU Muara Karang, PLTU Suralaya, PLTGU Tambaklorok, dan PLTU Paiton, sehingga pasokan listrik ke sebagian wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali terhenti.
Dari kejadian padam totalnya aliran listrik di sebagian Jawa kemarin, masyarakat menginginkan PLN sebagai pemegang hak tunggal penyediaan listrik nasional dapat memberikan jawaban mengapa listrik padam dan langkah yang akan dilakukan PLN untuk mencegah hal sama terulang lagi.
Cukup panjangnya jeda waktu antara putusnya aliran listrik dan kembali pulih menimbulkan pertanyaan tentang keandalan sistem kelistrikan nasional. Kita merasakan ada kerentanan dalam sistem interkoneksi karena gangguan pada sirkuit di gardu induk tegangan tinggi Ungaran dapat mengganggu aliran listrik separuh Jawa.
Keandalan manajemen listrik dari hulu ke hilir merupakan cermin kemajuan bangsa dalam aspek sikap, pengetahuan, dan tindakan. Kita memerlukan sistem andal untuk mendukung daya saing dan bisnis modern, apalagi kita ingin bertarung juga dalam Revolusi Industri 4.0.
Padamnya (lagi) sebagian listrik dalam sistem interkoneksi Jawa-Bali menjadi kesempatan menata ulang pasokan listrik, termasuk mendiversifikasi sumber listrik berdasarkan keunggulan komparatif, yaitu sumber yang terbarukan dan ramah lingkungan; sistem distribusi; sumber pembiayaan; hingga harga akhir di tingkat konsumen.
Kita menunggu hasil investigasi internal manajemen PLN dengan melibatkan tim independen menyigi sistem kelistrikan Jawa-Bali dan langkah mencegah terulangnya listrik padam.