Jakarta, Kereta, dan Listrik yang Padam
Listrik yang padam di ibu kota selama lebih 6 jam, menyisakan beragam kisah. Aneka pelayanan publik dan aktivitas yang amat bergantung pada energi listrik, membuat warga pontang-panting mencari solusi.
Listrik yang padam di Ibu Kota selama lebih dari enam jam menyisakan beragam kisah. Aneka pelayanan publik dan aktivitas yang amat bergantung pada energi listrik membuat warga pontang-panting mencari solusi.
Kereta-kereta listrik di Jabodetabek, misalnya, ikut mandek ketika suplai listrik PLN terhenti. Kereta yang merupakan angkutan umum berbahan bakar ramah lingkungan ini tak bisa bergerak akibat listrik PLN, satu-satunya sumber tenaganya, mengalami gangguan.
”Saya ada urusan di Bogor, Minggu (4/8/2019) sore ini. Makanya saya naik KRL (kereta rel listrik) commuter line dari Stasiun Manggarai menuju Stasiun Bogor. Saya berangkat pukul 11.00-an dari Manggarai. Eh, kereta berhenti di Stasiun Universitas Pancasila dan enggak bisa lanjut,” ujar Baskoro (40), warga Rawamangun, Jakarta Timur.
Petugas dari PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) selaku operator KRL mempersilakan penumpang mencari moda alternatif lain. Harga tiket KRL akan dikembalikan. ”Saya tidak peduli uang ongkos mau dikembalikan atau tidak. Ini soal pelayanan umum. Kalau meminta penumpang pindah moda lain, apa iya ada bus yang cukup?” ucapnya.
Akhirnya ia mencoba angkutan daring. Namun, karena banyaknya permintaan di sekitar stasiun itu, tarif menjadi sangat mahal. Baskoro makin kesal lantaran komunikasi terganggu. Ia tidak bisa menggunakan ponsel untuk menghubungi saudara atau temannya.
”Banyak penumpang yang memilih turun dan berebut angkutan. Angkutan daring bermasalah karena aplikasi tidak bisa memastikan jarak dan harga karena gangguan,” kata Baskoro yang akhirnya memutuskan kembali ke Rawamangun dengan taksi setelah berebut dengan penumpang lain.
Banyak penumpang yang memilih turun dan berebut angkutan. Angkutan daring bermasalah karena aplikasi tidak bisa memastikan jarak dan harga karena gangguan.
KRL lain berhenti di antara dua stasiun. Salah satunya KRL dari Tanah Abang menuju Serpong yang berhenti di antara Stasiun Kebayoran dan Pondok Ranji, sekitar 100 meter menjelang Stasiun Pondok Ranji. Suasana di dalam gerbong KRL hening karena dengung listrik hilang.
Sesaat setelah menerima pemberitahuan melalui alat komunikasi, petugas di KRL meminta penumpang membuka jendela secara manual agar tidak panas.
Sekitar 15 menit kemudian, Junaedy, masinis KRL, bersama petugas keamanan KRL, berjalan dari gerbong terdepan ke gerbong paling belakang. ”Listrik mati semua, termasuk di rumah warga. Yang ingin turun sekarang, silakan mendekat ke gerbong paling depan untuk turun melalui pintu di ruang masinis,” kata Junaedy.
Sebagian penumpang sontak menuju gerbong terdepan. Namun, sebagian lainnya masih duduk menunggu listrik kembali normal. ”Sepertinya listrik akan lama matinya. Kalau mau turun, silakan, tapi tidak usah terburu-buru,” kata petugas.
Budi, penumpang KRL, memilih turun dari kereta lantaran belum ada kepastian kapan KRL kembali jalan.
Sementara Maya memilih menunggu lebih dulu. ”Mau turun, tapi sebentar lagi. Harus mikir dulu, bagaimana cara ke Stasiun Rawabuntu,” kata Maya, yang naik KRL bersama suami dan anaknya yang berusia di bawah tiga tahun.
Di ruang masinis, pintu sebelah kanan terbuka. Petugas memasang satu jok kursi KRL secara terbalik. Di balik jok kursi, ada besi melintang untuk memperkuat jok. Besi yang melintang itu bisa difungsikan sebagai anak tangga.
Di Stasiun Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Mulyani (50) terduduk lemas bersama dua anaknya. Sedianya ia hendak pulang ke Bojonggede, Bogor. Tanpa KRL, ia bingung mencari moda pengganti. Tidak ada bus yang langsung mengarah ke rumah. Ia harus mengambil bus tujuan Depok, dilanjutkan bus lain ke Bojonggede. Waktu tempuh lebih lama dan biaya lebih mahal.
”Saya tungguin saja deh, sampai jalan keretanya. Soalnya kalau mau naik bus, bingung rutenya,” ujar Mulyani yang ditemui sekitar pukul 17.00. Ia sudah di stasiun itu sejak pukul 13.00. Hingga pukul 22.00, KRL belum jalan.
Tanti (30) juga kebingungan saat sampai di Stasiun Pasar Minggu. Ia tidak diperbolehkan masuk ke stasiun karena operasionalisasi KRL dihentikan. Padahal, ia ingin pulang ke Cikarang, Bekasi, setelah berjalan-jalan ke Taman Margasatwa Ragunan. ”Ini mau pesan taksi online juga susah karena sinyalnya enggak ada,” ucapnya.
Vice President Komunikasi Perusahaan PT KCI Anne Purba mengatakan, akibat pemadaman listrik, ada 240 perjalanan KRL yang dibatalkan. Padahal, rata-rata pada akhir pekan, ada 808.336 pengguna KRL sehari.
Evakuasi 3.410 orang
Evakuasi penumpang dalam kereta moda raya terpadu (MRT) dan stasiun juga dilakukan operator PT MRT Jakarta, Minggu. Total, ada 3.410 orang yang dievakuasi dari seluruh stasiun. Empat rangkaian kereta MRT terhenti di tengah saat listrik padam.
Operasionalisasi MRT terhenti sejak pukul 11.50 hingga 20.00. Minggu malam, operator menggratiskan layanan hingga pukul 24.00.
Sebelum MRT beroperasi lagi, bus Transjakarta membebaskan tiket bagi penumpang. Langkah ini dilakukan untuk melayani warga yang semula hendak bepergian dengan KRL atau MRT.
Baca juga : Pukul 20.00, Kereta MRT Beroperasi Lagi
Saat listrik padam, sebagian gerbang masuk-keluar halte Transjakarta tidak berfungsi.
Selain operasionalisasi angkutan umum terhambat, lampu lalu lintas juga padam. Beruntung hari Minggu arus lalu lintas di Jakarta relatif landai sehingga tidak ada laporan kemacetan parah.
Listrik yang padam hari Minggu juga berimbas pada pelayanan aliran air perpipaan di Jakarta.
Baca juga : Suplai Air Perpipaan Terganggu akibat Listrik Padam
Kebutuhan warga
Padamnya listrik juga menimbulkan keresahan di warga, salah satunya bagi ibu menyusui yang menyimpan stok air susu ibu perah (ASIP) di lemari pendingin.
”Saya turuti saran teman untuk tidak membuka freezer selama listrik padam. Sempat khawatir juga ASIP akan rusak karena tidak ada listrik. Tapi, selama listrik padam pukul 12.00-19.30, stok ASIP tetap beku. Lega rasanya,” tutur Dian, ibu bekerja yang memiliki anak berusia 3 bulan.
Pemadaman listrik Minggu kemarin menunjukkan betapa kita amat bergantung pada listrik. (IDR/HLN/DEA/JOG/FAI/DAN/ART)
Baca juga : PLN Upayakan Kejadian Tak Berulang