Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution saat ditemui di acara open house di rumah dinas, Jakarta, Rabu (5/6/2019).
JAKARTA, KOMPAS -- Pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan-II 2019 melambat. Kelesuan perdagangan yang tercermin dari kegiatan ekspor impor menunjukkan perlambatan tersebut.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan-II 2019 mencapai 5,05 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi sepanjang semester-I 2019 sebesar 5,06 persen secara tahunan.
"Angka pertumbuhan ekonomi ini di luar perkiraan kami. Padahal, saya perkirakan angkanya di atas (5,05 persen)," kata Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution di Jakarta, Senin (5/8/2019).
Jika dibandingkan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan-I 2019 sebesar 5,07 persen secara tahunan. Adapun laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan-II 2018 mencapai 5,27 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Artinya, ada perlambatan laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan-II 2019.
Menurut Darmin, perlambatan tersebut berkaitan dengan merosotnya nilai impor yang berbarengan dengan penurunan ekspor. "Impor yang tumbuh menandakan pergerakan ekonomi," katanya.
Berdasarkan struktur pengeluaran, laju pertumbuhan ekonomi di bidang ekspor pada triwulan-II 2019 minus 1,81 persen secara tahunan. Pada triwulan-II 2018, perekonomian masih tumbuh 7,65 persen.
Selain itu, laju pertumbuhan ekonomi di bidang impor pada triwulan-II 2019 minus 6,73 persen. Angka ini turun drastis jika dibandingkan triwulan-II 2018 yang mencapai 15,17 persen.
Dari sisi neraca perdagangan, nilai ekspor semester-I 2019 turun 8,57 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 80,32 miliar dollar AS (Rp 1.124 triliun). Adapun nilai impor turun 7,63 persen menjadi 82,26 miliar dollar AS (Rp 1.151 triliun)
Spesifik mengenai manufaktur, ekspor industri pengolahan turun 4,59 persen menjadi 60,14 miliar dollar AS (Rp 841,96 triliun). Adapun impor bahan baku/penolong turun 7,73 persen menjadi 61,67 miliar dollar AS (Rp 863,38 triliun) dan barang modal turun 6,15 persen menjadi 13,16 miliar dollar AS (Rp 184,24 triliun).
Menurut Darmin, kinerja ekspor dan impor yang lesu merupakan dampak perlambatan ekonomi global. Akibatnya permintaan barang ke Indonesia menurun.
Meskipun demikian, Darmin optimistis, pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dapat mencapai 5,2 persen. "Kami akan lihat dulu penyebab turunnya impor sepanjang semester-I 2019 ini," katanya.
Reformasi kebijakan
Agar perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional akibat melesunya ekspor-impor dapat diatasi, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjadja Kamdani berpendapat, pemerintah harus mempercepat dan memperbaiki implementasi kebijakan reformasi ekonomi yang sudah dijanjikan.
"Kebijakan ekonomi yang ada saat ini sudah baik dan probisnis. Namun, kebijakan-kebijakan tersebut tidak konsisten dalam penerapannya maupun keterkaitannya antar satu sama lain," katanya.