TOKYO, SENIN — Bursa saham Asia memperpanjang penurunan mereka pada awal perdagangan Senin (5/8/2019) karena investor semakin gelisah dengan efek dari kelanjutan perang dagang Amerika Serikat China. Sebagai gantinya, mata uang yen dan surat utang Jepang diburu sebagai alternatif safe heaven investasi.
Presiden AS Donald Trump sebagaimana diberitakan secara tiba-tiba memutuskan pada Kamis pekan lalu untuk memberlakukan tarif 10 persen atas 300 miliar dollar AS impor produk-produk China. Beijing sendiri telah bertekad untuk melawan langkah Washington itu.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun untuk hari ketujuh berturut-turut ke level terendah dua bulan di 502,83 level. Dengan penurunan sebesar 0,25 persen di awal pekan ini, maka indeks MSCI menandai rentetan kerugian terpanjang sejak Oktober 2018. Indeks Nikkei Jepang juga tergelincir 1,1 persen ke level terendah sejak awal Juni.
Sementara itu saham Australia juga turun untuk sesi keempat berturut-turut. Penurunan juga menimpa indeks Kospi Korea Selatan sebesar 1,2 persen untuk mencapai level terendah sejak Desember 2016. Suasana suram itu mengikuti penurunan di Wall Street pada hari Jumat pekan lalu dengan indeks saham dunia MSCI mencatat kerugian mingguan terbesar tahun ini.
“’Gempa’ susulan dari pengumuman Presiden Trump pada Kamis pekan lalu akan mendominasi lanskap ekonomi dan keuangan global dalam beberapa minggu dan bulan mendatang," kata Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank.
Perang dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia telah mengganggu rantai pasokan global dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Hal itu adalah sebuah eskalasi yang tiba-tiba menutup minggu yang kritis untuk pasar global setelah Federal Reserve AS memberikan penurunan suku bunga yang diantisipasi secara luas dan mengecilkan harapan pelonggaran lebih lanjut.
Namun, investor tidak mengartikan semacam klaim oleh Gubernur The Fed Jerome Powell bahwa pengurangan suku bunga 25 basis poin hanyalah "penyesuaian siklus tengah terhadap kebijakan". Pasar futures sekarang mempertimbangkan pemotongan lebih dalam dari sebelum pertemuan Fed minggu lalu.
Ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut pun mengirim dollar AS melemah. Indeks dollar AS terhadap enam saingan utama berada di level 98,08 setelah dua hari berturut-turut turun. Yen dan franc Swiss naik didorong oleh permintaan atas safe-haven dari meningkatnya ketegangan perdagangan. Trump juga mengincar tarif di Uni Eropa meskipun ia belum mengatakan apa pun secara resmi.
Pound sterling sementara itu masih berada di dekat posisi terendah sejak 2017 di 1,2155 per dollar AS, tertekan oleh kekhawatiran Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan. Pound telah bergejolak sejak akhir bulan lalu ketika Boris Johnson terpilih sebagai perdana menteri. Di Australia, bank sentral negara itu akan mengadakan pertemuan kebijakan bulanan pada hari Selasa di mana secara luas bank sentral Australlia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di level terendah sepanjang masa 1 persen.
Sementara itu emas di pasar spot sedikit menguat di level 1.442,11 dollar AS per troy ons. Minyak memperpanjang kerugian di mana minyak mentah AS turun 31 sen menjadi 55,35 dollar AS per barrel dan Brent turun 58 sen menjadi 61,31 dollar AS per barrel. (REUTERS)