Yakobus Jano, Air Hidup dari Desa
Program membangun dari desa telah dirintis Yakobus Jano sejak 1995. Ia memulainya dari Dusun Rotat dengan membuat arisan dan koperasi simpan pinjam. Bermodal 50 anggota, Jano membangun Koperasi Pintu Air di seluruh Nusa Tenggara Timur, bahkan menjangkau 10 provinsi lainnya.
Anggota Koperasi Pintu Air, yang berpusat di Desa Ladogahar Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, kini berjumlah 350.622 orang. Sebagian besar mereka adalah kaum petani dan nelayan miskin.
Ketertarikan membentuk arisan usaha bersama simpan pinjam, pada 1 April 1995 terdorong oleh kemiskinan yang melilit 50 warga di Dusun Rotat. Saat itu Jano baru saja pensiun dari Kantor Cabang BRI Maumere, berjarak sekitar 12 km dari Dusun Rotat.
“Saya mengamati masyarakat di dusun itu hidup begitu menderita. Untuk makan sehari saja sulit diperoleh, meski hanya singkong dan pisang,"kata Jano. Keprihatinan hidup itu mendorong Jano mencetuskan ide membuat risan usaha bersama. "Saat ini populer disebut credit union," kata Jano, Kamis (25/7) di Kupang.
Prinsip dasar arisan itu, menurut Jano, “Saya susah engkau bantu, engkau susah saya bantu. Kami susah, kamu bantu, kamu susah kami bantu. Saya sakit engkau rasakan sakitnya, kamu sakit kami turut merasakan penderitaan itu. Tidak ada yang kaya mencolok sendirian, atau menjadi begitu miskin sendirian. Semua anggota sejahtera, sesuai kemampuan”.
Selama delapan bulan berjalan, arisan usaha bersama dengan iuran Rp 2.000 saat itu sangat membantu para anggota. Uang kas Rp 1.000 per anggota, tidak ada uang makan. Arisan berlangsung secara bergilir di rumah masing-masing anggota. Saat itu setiap anggota membawa makanan lokal dari rumah berupa pisang, umbi-umbian, jagung, sayur dan buah-buahan. Semua makanan digabung kemudian dimakan bersama.
Uang kas bermanfaat untuk membantu anggota atau anggota keluarga yang sakit atau meninggal dunia. Uang kas ini juga dapat dimanfaatkan untuk membantu anggota yang mengalami kesulitan biaya pendidikan anak ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi selalu atas kesepakatan anggota.
Memasuki bulan ke delapan, Desember 1995, arisan itu nyaris bubar karena krisis keuangan. Sebanyak 30 anggota mengundurkan diri, sisa 20 anggota. Jumlah 20 anggota ini terus bertahan. Memasuki tahun 1996 kepercayaan terhadap arisan ini mulai meningkat, dengan jumlah anggota mencapai 74 orang. Keanggotaan dari arisan ini tidak hanya warga Dusun Rotat tetapi merambat ke Desa Ladogahar.
Jano mulai mengajak seluruh anggota agar arisan itu dinaikkan statusnya menjadi sebuah koperasi supaya memiliki badan hukum. Setelah mendapatkan pemahaman mengenai fungsi koperasi, tugas manajemen, hak dan kewajiban anggota, usulan itu disetujui.
“Saya mencari nama yang cocok untuk sebuah lembaga koperasi. Saya mengamati sebuah mata air di desa itu mengalir, kemudian mengendap di sebuah kubangan, makin lama makin melimpah, kemudian dialirkan menuju ke desa-desa sekitar. Makin banyak air ditampung, makin luas air dialirkan. Maka saya beri nama koperasi ini, “Pintu Air” sampai hari ini. Aliran air menjadi filosofi dasar koperasi,” kata Jano.
Aliran
Jano selalu mengingatkan semua anggota, jika air dialirkan tidak sesuai tujuan, akan merugikan koperasi itu sendiri. Dalam hal ini, manajemen koperasi Pintu Air mulai di setiap desa, kota, dan kabupaten harus tetap berpedoman pada prinsip-prinsip dasar koperasi. Setiap anggota koperasi tetap menjalankan kewajiban untuk mendapatkan hak sesuai ketentuan.
Rapat anggota tahunan (RAT) menjadi pemegang hak dan kekuasaan tertinggi dalam koperasi Pintu Air. Jika salah satu dari 3.678 unit Koperasi Pintu Air itu tidak menjalankan RAT, pertanda koperasi itu bakal macet. Manajemen koperasi itu tidak beres.
Aset Kopdit Pintu Air saat ini mencapai Rp 1,5 triliun. Manajemen Pintu Air ingin membeli pesawat dengan sistem KSO bersama PT Trans Nusa. NTT memiliki 1.192 pulau butuh tranportasi udara yang memadai guna mendorong pembangunan di daerah ini. Jano sudah melakukan berbagai pembicaraan dengan pimpinan Trans Nusa, Gubernur NTT, dan Direktur Utama Bank NTT.
Tidak hanya menjadi anggota Kopdit Pintu Air, setiap anggota juga diberi pendidikan antara lain melalui lokakarya, pendampingan, pertemuan, dan publikasi media setiap tiga bulan- melalui majalah Ekora (milik Kopdit Pintu Air), dan menyebarkan informasi tentang Kopdit Pintu Air melalui media sosial.
Syarat menjadi anggota Koperasi Pintu Air, yakni menyerahkan salinan KTP, uang pendaftaran sebagai anggota pertama minimal Rp 350.000. Jumlah ini sudah termasuk bulan pertama simpanan wajib Rp 20.000, simpanan pokok Rp 50.000 dan recehan Rp 2.000 per hari. Kecuali simpanan sukarela, sesuai kemampuan anggota.
Kopdit Pintu Air memiliki satu unit kantor cabang utama di Maumere, Sikka, 46 kantor cabang, 26 kantor cabang pembantu, 385 unit, dan 185 kelompok. Selain NTT Pintu air tersebar di Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Maluku, Papua, DI Yogyakarta, Papua, Papua Barat, dan Batam. Pembentukan Kopdit Pintu Air biasanya diawali satu atau beberapa kelompok kemudian naik status sampai kantor cabang.
“Berawal dari dusun kecil, terisolasi, dan miskin, Pintu Air ibarat mengalir air kehidupan ke sejumlah pelosok negeri guna memartabatkan anggota dari desa sampai ke kota. Kami terus hadir untuk saling berbagi dengan mereka yang berkekurangan dengan prinsip cinta kasih, saling berbagi untuk saling mencukupi,” kata Jano.
Yakobus Jano
Lahir : Maumere, 15 September 1953
Pendidikan Terakhir : Sarjana Muda Hukum
Istri : Wilhelmina Liko
Anak-anak : Irma (36), Irfin (35), Inyoris (30).
Jabatan : Pendiri dan Direktur Utama Koperasi Kredit Pintu Air
Penghargaan : Satya Lencana Pembangunan Koperasi 2015.