Jerubu Racuni Warga Palangkaraya ke Titik Berbahaya
›
Jerubu Racuni Warga...
Iklan
Jerubu Racuni Warga Palangkaraya ke Titik Berbahaya
Palangkaraya diliputi gelap akibat jerubu yang pekat. Pengendara motor dan mobil sampai harus menyalakan lampu karena jarak pandang hanya 500 meter.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Pekatnya jerubu alias abu kebakaran membuat udara di Kota Palangkaraya berada pada titik berbahaya, Rabu (4/10/2023). Situasi yang mengancam kehidupan warga setempat coba disiasati lewat hujan buatan.
Pekatnya asap membuat wajah Kota Palangkaraya tampak seperti di dekat gunung. Namun, kabutnya bukan karena embun, melainkan jerubu. Bau asap menyengat di saluran pernapasan dan menyesakkan dada.
Udara di kota itu semula dalam kategori sangat tidak sehat pada Rabu pagi, beranjak naik hingga ke titik berbahaya menjelang sore. Pada pagi hari, indeks standar pencemaran udara (ISPU) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan tingkat particulate matter (PM) 2.5 mencapai 297. Angka itu makin naik menjadi 317 atau kualitas udara berbahaya.
Palangkaraya diliputi gelap sekitar pukul 15.00. Pengendara motor dan mobil sampai harus menyalakan lampunya karena jarak pandang hanya 500 meter. ”(Hari) masih siang, kok, gelap begini,” kata Suriani (60), warga Jalan G.Obos 14.
Ia tidak berani keluar rumah karena mulai terserang batuk. Suriani termasuk kelompok rentan penyakit. Dalam situasi polusi udara seperti ini, ia bertahan dalam rumah dengan mengandalkan penyejuk ruangan.
PM 2.5 merupakan partikel hasil bakaran yang terbang bahkan melayang di udara dengan ukuran partikel hanya 2.5 mikrometer sehingga tak disadari masuk paru-paru saat bernapas. Selain PM 2.5, ISPU juga mengukur PM10 atau ukuran partikel yang lebih besar, yakni 10 mikrometer dengan tingkat 167.
Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng mendata hanya dalam rentang waktu 24 jam didapati 2.730 titik panas dan 89 kejadian kebakaran hutan dan lahan. Jika dihitung, luasnya 33,89 hektar.
Ini perbuatan sengaja dan tidak sengaja dilakukan oknum tidak bertanggung jawab, baik warga maupun perusahaan.
Selama 2023, setidaknya luas kebakaran sudah mencapai 18.058,22 hektar hutan dan lahan. Luas wilayah yang terbakar itu tiga kali luas Kota Jakarta Pusat di Provinsi DKI Jakarta.
Kepala Pelaksana BPBPK Ahmad Toyib menjelaskan, pihaknya berupaya maksimal memadamkan api di lokasi kebakaran. Timnya dibantu oleh banyak pihak, termasuk kelompok masyarakat.
Sejumlah lokasi sudah dipadamkan, tetapi ditemukan apinya menyala kembali. Menurut Thoyib, hal itu terjadi karena dua kemungkinan. Pertama, pergerakan api di dalam lahan gambut belum padam. Masih ada bara di balik permukaan gambut. Saat udara kering atau tertiup angin, bara menumbuhkan api. ”Bisa faktor alam atau ada unsur kesengajaan,” katanya.
Pemerintah dua kali memodifikasi cuaca lewat hujan buatan. Upaya pertama pada Selasa, lalu berlanjut Rabu pagi. Penggaraman ditebar pada sejumlah area potensial, seperti Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau, Kotawaringin Timur, dan Kabupaten Katingan.
Hujan sempat turun di wilayah Desa Pilang hingga Tumbang Nusa yang dilanda kebakaran hebat. Namun, hujan berlangsung tak lama sehingga menyebabkan asap kian terasa pekat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah Joni Harta menjelaskan, kualitas udara sudah membahayakan kesehatan di sejumlah wilayah Kalimantan Tengah. Hal itu terjadi akibat kebakaran gambut terus meluas.
”Ini perbuatan sengaja dan tidak sengaja dilakukan oknum tidak bertanggung jawab, baik warga maupun perusahaan. Perusahaan ini masih kami telusuri,” kata Joni.