LONDON, SENIN — Mayoritas warga Skotlandia mendukung pelaksanaan referendum kemerdekaan dalam dua tahun mendatang. Hasil jajak pendapat itu menunjukkan keseriusan warga Skotlandia menentang langkah PM Inggris Boris Johnson yang dikhawatirkan akan mengambil opsi Brexit tanpa kesepakatan.
Survei yang dilakukan Michael Ashcroft menunjukkan, 52 persen responden mendukung Skotlandia merdeka dan 48 persen menentang. Sebanyak 18 persen responden yang pada 2014 menentang kemerdekaan kini berbalik mendukung. Dari klasifikasi usia, gerakan kemerdekaan juga didukung 62 persen responden berusia 18-24 tahun.
Ini merupakan jajak pendapat pertama yang menunjukkan kubu prokemerdekaan unggul sejak survei yang dilakukan MORI pada Maret 2017.
Pada 2014 Skotlandia melaksanakan referendum kemerdekaan, dan saat itu 55 persen warga ingin tetap bergabung dengan Inggris dan 45 persen merdeka. Alasan utama pemilih adalah mereka ingin tetap berada di dalam Uni Eropa.
Ketika Inggris melakukan referendum Brexit, 62 persen warga Skotlandia memilih tetap bersama UE. Tak mengherankan ketika Inggris-UE melakukan perundingan Brexit selama tiga tahun terakhir, Skotlandia juga menyusun langkah-langkah untuk merdeka.
Para perdana menteri Inggris, mulai dari David Cameron, Theresa May, sampai Boris Johnson, sudah menyatakan tidak akan mengabulkan permintaan Skotlandia karena referendum pada 2014 berlaku untuk seluruh generasi.
”Upaya yang dilakukan Partai Konservatif untuk menghalangi hak Skotlandia menentukan masa depannya sungguh tidak demokratis. Skotlandia yang merdeka akan lebih kaya dan sejahtera,” kata Menteri Utama Skotlandia Nicola Sturgeon yang terus memperjuangkan kemerdekaan.
Jika Skotlandia merdeka, sejumlah persoalan yang akan mengganggu hubungan Inggris- Skotlandia adalah pembagian keuntungan hasil pengolahan minyak di Laut Utara, mata uang yang akan digunakan Skotlandia, dan bagaimana nasib pangkalan kapal selam nuklir Inggris di Faslane, Glasgow.
Isu separatisme yang dihadapi Boris Johnson tidak hanya terjadi di Skotlandia, tetapi juga di Irlandia Utara. Partai mayoritas Sinn Fein mengancam akan meminta referendum unifikasi dengan Republik Irlandia jika Inggris memilih Brexit tanpa kesepakatan.
Tentangan juga datang dari kelompok petani di Wales yang mengkhawatirkan masa depan mereka jika terjadi Brexit. Pekan lalu, satu kursi parlemen Konservatif di Wales direbut oleh kandidat asal Liberal Demokrat. Alhasil, posisi Konservatif yang tidak mayoritas di parlemen, kini berkurang satu.