Pertengkaran di dalam rumah tangga kembali berujung maut. Di Kelurahan Dukuh, Kramatjati, Jakarta Timur, berawal dari pertengkaran sengit di dalam rumah, J (43) membunuh istrinya, Khoriah (36), dan membakar rumahnya.
Oleh
Aguido Adri/Stefanus Ato
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertengkaran di dalam rumah tangga kembali berujung maut. Di Kelurahan Dukuh, Kramatjati, Jakarta Timur, berawal dari pertengkaran sengit di dalam rumah, J (43) membunuh istrinya, Khoriah (36), dan membakar rumahnya. Polisi masih menyelidiki motif pembunuhan dan pembakaran yang turut menyebabkan anaknya menderita luka bakar.
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Ady Wibowo mengatakan, pelaku yang bekerja sebagai kuli angkut di Pasar Induk Kramatjati membunuh istrinya pada Selasa (6/8/2019) dini hari.
”Setelah membunuh, pelaku mencoba bunuh diri dengan cara membakar rumahnya. Namun, dia justru keluar saat api sudah membesar di ruang tamu dan meninggalkan anak dan istrinya,” kata Ady.
Ady melanjutkan, anaknya selamat meski mengalami luka bakar cukup serius dan sudah dibawa ke rumah sakit RS Harapan Bunda untuk mendapat perawatan intensif.
”Dugaan sementara karena masalah ekonomi. Saat ini, pelaku dalam perawatan dan selanjutnya polisi akan menyelidiki motifnya membunuh istri dan membakar rumah,” lanjut Ady.
Sering bertengkar
Warga sekitar tak ada yang menyadari peristiwa pembunuhan di rumah kontrakan J karena mereka menyangka hanya terjadi ribut mulut antara suami dan istri itu. Warga yang mendengar pertengkaran mulut tidak ingin ikut campur permasalahan rumah tangga J dan istrinya.
Rian (22), tetangga yang tinggal persis di depan rumah kontrakan J, mengatakan, pembunuhan dan pembakaran rumah itu terjadi sekitar pukul 02.00. Sebelum pembunuhan terjadi, terdengar pasangan suami istri itu bertengkar.
”Saya mendengar teriakan minta tolong dan tangisan anak kecil. Namun, tidak lama kemudian suara itu hilang,” ucapnya.
Tidak ada warga yang menghiraukan teriakan korban. Pasalnya, pertengkaran dan teriakan minta tolong dari istri J sering terjadi. Pernah suatu hari, kata Rian, dirinya dan beberapa warga mendengar suara minta tolong dan bergegas mendobrak pintu rumah J. Ternyata pasangan suami istri tersebut sedang berhubungan intim.
”Dari peristiwa itu, kami tidak berani lagi ikut campur. Jadi, ketika ada suara teriakan minta tolong, kami biarkan saja,” kata Rian.
Tetangga mulai sadar ada sesuatu yang aneh ketika melihat kobaran api yang mulai membesar di dalam rumah kontrakan tersebut dan J keluar dari jendela dengan telanjang.
Rian mengatakan, tidak ada yang menghiraukan J yang pingsan sesaat setelah keluar dari jendela. ”Kami mendobrak pintu dan memadamkan api. Setelah api dipadamkan, kami melihat istri J sudah terbaring di balik pintu,” lanjutnya.
Nur (52), warga lainnya, mengatakan, secara sepintas, dirinya melihat ada enam luka tusukan di tubuh korban. ”Di samping korban ada juga pisau dapur dan batu. Bagian muka korban juga terluka parah,” ucapnya.
Sebelum pembunuhan, kata Nur, pertengkaran suami istri itu sudah sering terjadi, bahkan hampir setiap hari. Pertengkaran biasanya dipicu banyak faktor, mulai dari persoalan ekonomi sampai masalah anak. Pertengkaran juga sering terjadi karena J cemburu kepada istrinya.
Para tetangga sudah sering memberi nasihat kepada korban untuk meninggalkan J karena perlakuan kasar yang dilakukan suaminya.
”Sebenarnya korban adalah istri kedua J yang sudah tinggal di wilayah itu sekitar tiga tahun. Sementara anak itu adalah anak tirinya. Yang kami tahu mereka hanya nikah siri. Nah, istri pertama sudah pergi lama karena memang J ini kasar,” katanya.