Kediaman pemimpin Pondok Pesantren Al-Anwar, KH Maimoen Zubair, di Desa Karangmangu, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, didatangi ribuan orang yang hendak melaksanakan shalat ghaib dan tahlil.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
REMBANG, KOMPAS — Kediaman pemimpin Pondok Pesantren Al-Anwar, KH Maimoen Zubair, di Desa Karangmangu, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, didatangi ribuan orang yang hendak melaksanakan shalat ghaib dan tahlil. Mereka datang dari berbagai daerah, baik Rembang maupun luar Rembang.
KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen meninggal di Mekkah, Arab Saudi, Selasa (6/8/2019) pada pukul 04.17 waktu setempat. Mbah Moen tengah menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Hasil rembuk keluarga, Mustasyar PB Nahdlatul Ulama itu akan dimakamkan di Mekkah.
Di Ponpes Al-Anwar, yang juga kediamannya, masyarakat terus berdatangan hingga Selasa malam. Di sekitar ponpes dilaksanakan pembacaan Surat Yasin pada sore hari, yang diikuti santri, alumni ponpes, dan pengagum Mbah Moen. Seusai shalat Maghrib, dilakukan shalat ghaib dan tahlilan.
Selepas Maghrib, semakin banyak orang datang untuk tahlilan. Jalan masuk ke kediaman Mbah Moen dengan lebar sekitar 5 meter dipadati masyarakat yang datang dari berbagai daerah. Lalu lintas di jalan raya pun tersendat karena padatnya kerumunan.
Irfan (35), warga Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang pernah menjadi santri di Ponpes Al-Anwar, mengatakan, Mbah Moen merupakan sosok panutan. Berita wafatnya Mbah Moen membuat sedih ia dan keluarga, hingga akhirnya memutuskan datang ke Sarang.
Irfan menuturkan, Mbah Moen selalu mengajarkan tentang kebaikan, termasuk berbuat baik dan tak memandang rendah terhadap sesama. ”Ucapan-ucapannya selalu adem dan penuh damai. Beliau juga mengajarkan untuk terus belajar dan tidak lupa diri kepada santri,” kata Irfan.
Ainul Yaqin (25), santri Ponpes Al-Anwar asal Wonorejo, Kabupaten Pasuruan, Jatim, menuturkan, Mbah Moen selalu mengajarkan mencintai Indonesia. ”Kepada para santri, Mbah Moen selalu meminta untuk bersikap nasionalis dan menjaga persatuan bangsa,” katanya.
Keluarga Mbah Moen juga berkumpul di Sarang, seperti Majid Kamil (Gus Kamil), Muhammad Wafi (Gus Wafi), dan Taj Yasin (Gus Yasin). Mereka menerima tamu-tamu yang datang, antara lain dari jajaran Pemprov Jateng, termasuk Sekretaris Daerah Sri Puryono.
Taj Yasin, yang juga Wakil Gubernur Jateng, mengatakan, Mbah Moen selalu mengajar kapan pun dan di mana pun. ”Beliau tidak pernah meninggalkan santri. Terus mengajar, itu yang selalu beliau tanamkan,” kata Gus Yasin.