Kakak Beradik Arungi Selat Bali Pergi-Pulang dalam Waktu 32 Menit
Kakak beradik Gunawan (18) dan Gunarso (15) menjadi yang tercepat dalam lomba perahu layar Festival Selat Bali 2019.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Kakak beradik Gunawan (18) dan Gunarso (15) menjadi yang tercepat dalam lomba perahu layar Festival Selat Bali 2019. Keduanya mampu mengarungi Banyuwangi-Bali pergi pulang sejauh 12 mil atau sekitar 19 kilometer dalam waktu 32 menit 40 detik.
Festival Selat Bali merupakan festival hasil kolaborasi dua kabupaten Banyuwangi dan Jembrana. Kedua kabupaten tersebut dihubungkan Selat Bali. Gunawan-Gunarso adalah warga Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur.
”Perlombaan sore ini didominasi angin dan arus yang kencang ke arah utara. Kami harus menyesuaikan arah perahu karena perjalanan ke Bali menuju arah timur. Sementara perjalanan pulang ke Banyuwangi ke arah barat,” ujar Gunawan di Banyuwangi, Rabu (7/8/2019).
Gunawan yang kerap melintasi Selat Bali sejak kelas 3 SD menyatakan, kemampuan membaca arah angin dan arus menjadi kunci utama keberhasilannya. Selanjutnya, kekuatan fisik dia dan adiknya yang membantu kapal dapat melaju dengan cepat ke arah yang tepat.
Menurut Gunawan, salah membaca arah angin dan arus justru akan menghabiskan tenaga untuk mengarahkan layar dan mendayung. Karena itu, selain joki, dibutuhkan juga matrus (kernet) yang mampu menunjukkan arah.
”Saat berangkat, kami murni menggunakan kekuatan angin dan mengarahkan layar. Waktu pulang, di 500 meter terakhir kami dibantu dayung karena angin dan arus ke utara sangat kuat. Ketika berangkat dan pulang kami mengarahkan perahu sedikit ke selatan agar angin utara membantu mendorong,” ujar Gunawan memaparkan strateginya.
Gunarso mengatakan, pengendara perahu layar membutuhkan fisik yang kuat. Alasannya, tenaga tidak hanya digunakan untuk mendayung, tetapi juga untuk mengarahkan layar. Menarik layar diperlukan agar arah angin mendorong kapal ke arah yang tepat.
Saat menarik layar, pengendara perahu seolah menarik beban 1 kuintal.
”Saat menarik layar, pengendara perahu seolah menarik beban 1 kuintal,” kata Gunarso.
Kendati berhasil keluar sebagai yang tercepat dengan catatan waktu 32 menit 40 detik, prestasi itu bukan yang terbaik yang pernah mereka dapatkan. Sebelumnya, mereka bisa menempuh perjalanan Banyuwangi-Bali pergi pulang 16-18 menit. Kencangnya arus dan angin membuat keduanya tidak bisa mendekati catatan waktu terbaik.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Marhaen Dwiyono mengatakan, lomba perahu layar sebenarnya sudah menjadi kegiatan rutin masyarakat nelayan di Banyuwangi dan Jembrana. Namun, baru kali ini kegiatan yang tumbuh di masyarakat itu dikemas dalam bentuk festival.
”Selama ini kegiatan itu tumbuh secara konsisten di masyarakat. Kami hanya mengemas dengan menambah tampilan-tampilan budaya dari kedua kabupaten,” ujarnya.
Marhaen berharap kolaborasi ini bisa dilanjutkan untuk kegiatan pariwisata selanjutnya. Jika hal itu dikelola, wisatawan yang berkunjung ke Bali diharapkan juga tertarik berkunjung ke Banyuwangi, demikian pula sebaliknya.