Kebakaran di Puncak Gunung Ciremai, Jalur Pendakian Ditutup
Kebakaran hutan dan lahan melanda Blok Gua Walet di sekitar puncak Gunung Ciremai, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Rabu (7/8/2018) siang. Kendati menjelang perayaan 17 Agustus, jalur pendakian ditutup untuk sementara.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS — Kebakaran hutan dan lahan melanda Blok Gua Walet di sekitar puncak Gunung Ciremai, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Rabu (7/8/2018) siang. Kendati menjelang perayaan 17 Agustus, jalur pendakian ditutup untuk sementara.
Api terpantau dari Argalingga, Majalengka, Rabu sekitar pukul 13.00. Asap membubung dari kawasan puncak gunung setinggi 3.078 meter di atas permukaan laut tersebut. Menurut Kepala Seksi I Wilayah Kuningan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) San Andre Jatmiko, api mulai mengecil pada sore hari.
”Masih terdapat api di sana. Tim pertama sebanyak 16 orang sudah berupaya memadamkan api. Tim lainnya berisi 15 orang sedang menyusul ke daerah tersebut,” ujar Andre saat dihubungi pada Rabu sekitar pukul 18.30. Tim tersebut terdiri dari petugas BTNGC, Polisi, TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Majalengka, dan masyarakat setempat.
Menurut Andre, dari informasi sementara, tidak ada korban jiwa dalam kebakaran itu. Pihaknya juga belum menghitung luas lahan dan hutan yang terdampak. ”Akibat kebakaran, jalur pendakian ke puncak Ciremai ditutup sementara hingga waktu yang belum ditentukan. Kami juga telah menginstruksikan semua pendaki untuk turun,” katanya.
Jalur pendakian yang dimaksud adalah jalur Palutungan, Linggarjati, Linggasana, dan Apuy. Saat ramai, seperti Tahun Baru dan peringatan 17 Agustus, pendaki di Gunung Ciremai bisa mencapai 2.000 orang. Pihaknya juga berkoordinasi dengan BPBD Majalengka dan BPBD Kuningan.
Dengan sekat bakar, ilalang dibabat hingga menyisakan tanah dan batu dengan lebar 2-10 meter. Ilalang ditumpuk di sepanjang jalur bekas pangkasan.
Kepala BTNGC Kuswandono mengatakan, pihaknya menyiagakan sekitar 300 personel gabungan bersama polisi hutan serta warga setempat untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan di Ciremai. Selain berpatroli, mereka juga membuat sekat bakar.
Dengan sekat bakar, ilalang dibabat hingga menyisakan tanah dan batu dengan lebar 2-10 meter. Ilalang ditumpuk di sepanjang jalur bekas pangkasan. Dengan demikian, api hanya akan membakar ilalang yang sudah terpisah dengan parit sehingga api tidak menjalar ke pepohonan lain. Sekat bakar juga menjadi jalur bagi petugas untuk memadamkan api.
Menurut Kuswandono, wilayah utara Gunung Ciremai tersebut rawan terdampak kebakaran hutan dan lahan. Tahun lalu, 1.300 hektar lahan terbakar di kawasan itu. Kebakaran tersebut merupakan yang terbesar dalam lima tahun terakhir di kawasan Gunung Ciremai seluas 15.000 hektar.
Balai TNGC mencatat, lahan yang terbakar pada 2013 seluas 14,96 hektar. Pada 2014 meningkat menjadi 266,034 hektar dan melonjak lagi menjadi 666,9 hektar setahun kemudian. Setelah tak ada kebakaran sepanjang 2016, api muncul lagi setahun kemudian. Saat itu luas lahan terbakar 107 hektar.
”Api biasanya datang dari wilayah luar, perbatasan hutan, dan lahan masyarakat. Bisa juga api bersumber dari usaha pencarian madu di balik batu yang menggunakan api. Kalau ada yang terbukti sengaja membakar hutan, kami serahkan kepada polisi,” ungkap Kuswandono.
Api biasanya datang dari wilayah luar, perbatasan hutan, dan lahan masyarakat. Bisa juga api bersumber dari usaha pencarian madu di balik batu yang menggunakan api. (Kuswandono)
Sebelumnya, kebakaran melanda kawasan hutan Perhutani petak 27 A Resort Polisi Hutan (RPH) Ciniru Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Garawangi Blok Cisaat, Desa Pakapasan Hilir, Kecamatan Hantara, Kuningan, Selasa (6/8/2019) pukul 17.00. Api baru bisa dipadamkan pukul 20.00 setelah BPBD Kuningan, TNI, Polri, Polisi Kehutanan Perhutani, dan masyarakat memadamkan api dan membuat sekat bakar.
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Namun, areal hutan yang terbakar mencapai 4 hektar. Penyebab kebakaran belum diketahui. Namun, kawasan yang terbakar didominasi alang-alang dan serasah kayu sisa tebangan.
Administratur Perum Perhutani KPH Kuningan Uum Maksum mengatakan, untuk mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan, pihaknya telah menyiagakan petugas untuk berpatroli. ”Kami juga membuat sekat bakar dan mengirimkan surat imbauan kepada masyarakat di sekitar hutan agar tidak membakar saat menggarap lahan,” katanya.