JAYAPURA, KOMPAS Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Papua menilai pemadaman listrik secara bergilir di Kota Jayapura hingga Sabtu (10/8/2019) sangat merugikan masyarakat. Ombudsman dalam waktu dekat akan meminta klarifikasi dari PT PLN terkait masalah tersebut.
Menurut Kepala Perwakilan Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Papua Sabar Iwanggin di Kota Jayapura, Selasa (6/8/2019), mengatakan, PLN tidak cukup hanya meminta maaf kepada masyarakat. PLN wajib memberikan kompensasi yang setimpal kepada masyarakat.
”Masalah listrik padam di Papua ini sudah terjadi selama bertahun-tahun. Kami menerima banyak laporan dari warga yang mengalami kerugian karena alat elektroniknya rusak," kata Sabar. Sesuai informasi dari pihak PLN Wilayah Papua dan Papua Barat, pemadaman listrik secara bergilir dilakukan di sejumlah kawasan Kota Jayapura, mulai Senin (5/8)-Sabtu (10/8), dengan durasi maksimal 7 jam per hari. Pemadaman itu dilakukan pada jam produktif.
”Kondisi ini mengganggu aktivitas perekonomian dan pelayanan publik. Seharusnya mereka (PLN) memberikan kompensasi bagi masyarakat sebagai bentuk rasa tanggung jawab,” kata Sabar. Anggota Komisi IV Bidang Infrastruktur Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua, Thomas Sondegau, berpendapat, kondisi ini tidak sejalan dengan implementasi program ”Papua Terang” yang dicanangkan pemerintah pusat sejak 2015.
”Masalah ini membuat kami ragu dengan kesiapan PLN menghadapi PON (Pekan Olahraga Nasional) di Papua tahun depan. Jayapura termasuk salah satu lokasi utama,” katanya. Juru bicara PT PLN Unit Induk Wilayah Papua dan Papua Barat, Septian Pujianto, saat dikonfirmasi, mengatakan, pemadaman listrik dari Senin hingga Sabtu ini bukan karena defisit daya listrik. PLTMG Holtekamp sama sekali tidak mengalami kerusakan.
”Kami hanya melakukan pemeliharaan jaringan listrik di lokasi-lokasi tersebut sehingga harus dilaksanakan pemadaman secara bergilir. Dalam tahapan pemeliharaan jaringan, durasi waktu pemadaman listrik dapat berlangsung di bawah 7 jam atau melebihi durasi itu. Upaya pemeliharaan jaringan itu sangat penting agar tidak terjadi lagi pemadaman listrik di masa mendatang.
Warga menjadi korban
Dari Semarang dilaporkan, kabel jaringan internet di Kampung Malon, Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah, korsleting pada Minggu (4/8), dan diduga terpengaruh kabel SUTET di wilayah itu. Polisi masih menyelidiki apakah kasus itu ada kaitannya dengan kasus di DKI, sebagian Jawa Barat, dan Jateng.
Ketua RT 001 RW 006 Kelurahan Gunungpati, Supratiyo (47), Selasa (6/8), menjelaskan, peristiwa itu terjadi pada Minggu sekitar pukul 11.00. Ketika itu, warga baru saja bekerja bakti. Tiba-tiba terdengar suara ledakan dari atas, yang diikuti percikan api serta membakar kabel jaringan internet.
Saat itu, dia sudah meminta warga agar menjauh karena berbahaya. ”Namun, warga bernama M Said, yang membereskan kemudian tersengat listrik dan langsung dibawa ke rumah sakit. Satu warga lainnya, Usep, luka ringan. Kami langsung menelepon PLN. Setelah itu, pohon-pohon tinggi kami tebang,” kata Supratiyo. (DIT/FLO)