Penerimaan valuta asing dari sektor minyak dan gas serta penarikan utang luar negeri yang dilakukan pemerintah membuat cadangan devisa bertambah.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penerimaan valuta asing dari sektor minyak dan gas serta penarikan utang luar negeri yang dilakukan pemerintah membuat cadangan devisa bertambah. Kenaikan cadangan devisa turut meningkatkan daya tahan ekonomi makro dari pelambatan ekonomi global.
Cadangan devisa Indonesia hingga 31 Juli 2019 mencapai 125,9 miliar dollar AS, naik dibandingkan dengan posisi 30 Juni 2019 sebesar 123,8 miliar dollar AS.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko menilai, cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal, di samping menjaga stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan.
”Cadangan tersebut setara dengan pembiayaan 7,3 bulan impor atau 7 bulan impor jika disertai pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jumlah ini di atas standar kecukupan internasional, sekitar 3 bulan impor,” ujarnya di Jakarta, Rabu (7/8/2019).
Onny menjelaskan, faktor utama penyebab peningkatan cadangan devisa pada Juli 2019 adalah penerimaan devisa dari kegiatan ekspor di sektor minyak dan gas. Selain itu, pemerintah juga tengah memasuki periode penarikan valas dari sejumlah instrumen, di antaranya surat berharga negara (SBN).
Pada Januari 2019, cadangan devisa RI sebesar 120,075 miliar dollar AS dan pada Februari 2019 sebesar 123,274 miliar dollar AS. Adapun pada 31 Maret 2019, tercatat cadangan devisa ada di posisi 124,539 miliar dollar AS meski pada 30 April 2019 cadangan devisa sedikit menurun ke posisi 124,29 miliar dollar AS. Cadangan devisa kembali turun pada Mei 2019 ke level 120,3 miliar dollar AS.
”BI melihat cadangan devisa tetap akan memadai dengan dukungan stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap baik,” kata Onny.
Direktur Riset Pusat Reformasi Ekonomi atau Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah Redjalam menilai, seiring dengan peningkatan stabilitas nilai tukar rupiah, frekuensi penggunaan dana cadangan devisa untuk intervensi berkurang.
”Pemanfaatan cadangan devisa untuk stabilitas rupiah dapat jauh berkurang sehingga ruang kenaikan cadangan devisa ke depannya masih cukup terbuka,” ujarnya.
Piter memperkirakan stabilitas nilai tukar rupiah terjaga di kisaran Rp 13.000-Rp 14.000 per dollar AS hingga akhir 2019. Hal ini terjadi seiring dengan sikap bank sentral Amerika Serikat, The Fed, yang tengah menerapkan pelonggaran kebijakan moneter.
”Sikap dovish The Fed itu merespons pertumbuhan ekonomi global yang cenderung melambat akibat masih berlangsungnya perang dagang antara China dan AS. Kondisi ini membantu stabilitas nilai tukar rupiah terjaga,” ujarnya.
Berdasarkan kurs referensi nilai tukar BI Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah pada Rabu saat berita ini diturunkan berada di level Rp 14.275 per dollar AS. Sementara pada akhir Juli 2019, rupiah berada di level Rp 14.026 per dollar AS.