Untuk keempat kalinya dalam dua pekan terakhir, Korut kembali menembakkan rudal balistik jarak dekat. Rudal mereka makin sulit dideteksi dan bisa menjangkau seluruh wilayah Korsel.
SEOUL, SELASA— Korea Utara menembakkan rudal balistik jarak pendek ke perairan laut sebelah timur pantainya, Selasa (6/8/2019). Uji coba rudal balistik itu merupakan yang keempat kali dalam kurang dari dua pekan dan terjadi di tengah macetnya negosiasi denuklirisasi dengan Amerika Serikat.
Penembakan rudal balistik merupakan bentuk protes Korea Utara terhadap latihan militer bersama yang digelar Amerika Serikat dan Korea Selatan sejak Senin lalu. Pyongyang menyebut latihan militer itu merupakan pelanggaran yang mencolok atas proses negosiasi nuklir dengan AS.
Kantor Kepala Staf Gabungan Militer Korea Selatan menyebutkan, dua rudal balistik yang diduga berjarak dekat itu ditembakkan dari Provinsi Hwanghae di pesisir barat negeri itu. Dua rudal itu melesat sejauh 450 kilometer melintasi Semenanjung Korea hingga ke Laut Timur atau yang dikenal juga sebagai Laut Jepang. Rudal itu mencapai ketinggian 37 kilometer dengan kecepatan setidaknya 6,9 Mach.
Kim Dong-yub, pakar militer Universitas Kyungnam, Korea Selatan, mengatakan, area peluncuran rudal terbaru itu signifikan karena, dengan jarak jangkauan rudal sejauh 450 kilometer, seluruh wilayah Korea Selatan berada dalam jangkauan rudal-rudal sejenis tersebut. ”Juga menjadi sulit mendeteksi asal peluncuran sebelum (rudal ditembakkan) karena (Korea Utara) mampu menembakkan rudal dari wilayah terjauh di Korea Utara, menarget seluruh Korea Selatan,” ujar Kim.
Militer Korea Selatan mengatakan, data dari uji coba rudal Juli lalu memperlihatkan kesamaan rudal Korut itu dengan rudal Iskander buatan Rusia. Rudal itu berbahan bakar padat, dapat dipasangi hulu ledak nuklir, serta bisa bermanuver dan bergerak di lintasan yang lebih rendah dibandingkan rudal balistik konvensional. Rudal memiliki kemampuan menghindari sistem pertahanan antirudal. Pekan lalu, Korea Utara juga menguji coba sistem peluncur roket yang baru.
Sejumlah pengamat juga menilai sikap Presiden AS Donald Trump meremehkan senjata Korea Utara memberi negara itu ruang lebih untuk meningkatkan kemampuan militernya sambil membangun pengaruh dalam negosiasi dengan AS.
Choi Hyun-soo, juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan, menuturkan, uji coba rudal Korea Utara bertentangan dengan perjanjian militer bilateral yang dicapai tahun lalu yang bertujuan mengurangi ancaman konvensional.
Kantor Kepresidenan Korea Selatan menyatakan, Kepala Penasihat Keamanan Nasional Korea Selatan Chung Eui-yong langsung menggelar pertemuan darurat dengan Menteri Pertahanan dan kepala badan intelijen untuk membahas peluncuran rudal Korea Utara.
Ancaman serius
Menteri Pertahanan Jepang Takeshi Iwaya mengatakan, usaha Korea Utara mengembangkan rudalnya merupakan ancaman serius bagi kawasan.
Korea Utara mengatakan, mereka akan menunggu apakah latihan militer AS-Korea Selatan tetap dilakukan atau tidak untuk memutuskan nasib diplomasi nuklir dengan AS serta penangguhan uji coba rudal jarak jauh dan nuklirnya.
Kepada Fox News Channel, Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton mengatakan, Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memiliki pemahaman bahwa Pyongyang tidak akan meluncurkan rudal balistik lintas benua. AS mengamati uji coba rudal Korea Utara dengan hati-hati.
Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan, AS tidak akan bereaksi berlebihan atas serangkaian uji coba rudal Korea Utara. Ia menambahkan, AS tetap membuka pintu negosiasi dengan Pyongyang.