Kongres V PDI-P, Regenerasi dan Rekonsiliasi
Regenerasi pucuk pimpinan tertinggi di PDI-P menjadi isu yang paling mengemuka di setiap pergelaran kongres PDI-P. Ini termasuk saat Kongres V PDI-P yang dimulai hari ini. Selain regenerasi, Kongres V PDI-P menjadi ajang untuk memperkuat rekonsiliasi pasca-Pemilu 2019. Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dipastikan akan hadir.
Wacana regenerasi pucuk pimpinan tertinggi di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebenarnya bukan barang baru. Apabila melihat arsip harian Kompas, isu itu sudah muncul sejak Kongres II PDI-P 2005 dan selalu muncul pada setiap pergelaran kongres berikutnya.
Meskipun demikian, penggantian urung terjadi. Pada setiap kongres, semua pengurus partai pemilik suara, secara aklamasi, tetap memilih Megawati Soekarnoputri untuk berada di puncak kepemimpinan partai.
Ini pula yang hampir pasti terulang dalam Kongres V PDI-P yang bakal digelar tiga hari ke depan di Denpasar, Bali, Kamis-Sabtu (8-10/8/2019). Dari pergelaran konferensi pengurus daerah dan pengurus cabang yang digelar prakongres, tidak ada suara yang menginginkan penggantian Megawati.
Putri Megawati yang kini menjabat Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani, pun memastikan Kongres V akan kembali mengukuhkan Megawati sebagai Ketua Umum PDI-P.
”Pada hari pertama kongres, kami akan menentukan Ibu Mega sebagai ketua umum kembali,” kata Puan yang juga menjabat Ketua DPP PDI-P bidang Politik dan Keamanan saat berkunjung ke kantor Redaksi Kompas, Selasa (6/8/2019).
Menurut dia, kepemimpinan Megawati masih dibutuhkan. Selain berpengalaman dalam mempertahankan soliditas partai selama lebih dari 20 tahun, komitmennya menjaga ideologi Pancasila menjadi poin penting lainnya.
Sebab, penyebaran ideologi radikal yang mengancam keutuhan bangsa diyakini bakal menjadi tantangan berat ke depan. Tanpa kepemimpinan yang kuat, persoalan itu sulit dihadapi.
Baca juga: Merawat Pancasila Melalui Budaya
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menambahkan, arus bawah partai menyadari tantangan ideologis tidak mudah ditaklukkan.
Berangkat dari hal itu, para kader menginginkan figur ketua umum yang telah teruji dalam situasi apa pun. ”Saat ini, PDI-P butuh kepemimpinan yang bisa membawa organisasi melewati tantangan zaman,” ujar Hasto.
Selain itu, menurut Wakil Sekjen PDI-P Eriko Sotarduga, karisma Megawati sebagai pemimpin belum tergantikan. Apalagi, ia adalah putri dari proklamator kemerdekaan sekaligus presiden pertama Indonesia, Soekarno, sehingga karisma Bung Karno turut melekat padanya.
Ditambah lagi PDI-P merupakan partai yang berideologi ajaran dan cita-cita Bung Karno.
Puan dan Prananda
Meski hingga kini Megawati sudah empat periode memimpin PDI-P, dan jika terpilih kembali di Kongres V akan menjadi periodenya yang kelima, bukan berarti Megawati tidak ingin pensiun. Berulang kali dia menyampaikan keinginannya untuk pensiun.
Baca juga: Anak Muda Jadi Fokus PDI-P
Sejak 2010, menurut Hasto, Megawati sebenarnya telah mempersilakan calon lain untuk menggantikan posisinya. Bukan hanya itu, dia melihat Megawati telah menyiapkan regenerasi. Salah satunya dengan ”mematangkan” kedua anak kandungnya, Puan Maharani dan Prananda Prabowo.
Puan seperti diketahui sudah cukup lama berkecimpung di dunia politik. Sebelum menjabat Menko PMK, dia menjabat anggota DPR/MPR periode 2009-2014. Kemudian sejak 2012 hingga 2014, dia ditunjuk menjadi Ketua Fraksi PDI-P di DPR. Pada Pemilu 2019, dia kembali terpilih menjadi anggota DPR/MPR. Puan pun disebut-sebut akan menduduki jabatan ketua DPR berikutnya.
Berbeda dengan Puan, jejak Prananda di dunia politik tidak banyak terlihat oleh publik. Dia lebih memilih berada di belakang layar. Meski demikian, sosoknya dikenal baik oleh kader PDI-P. Dia dikenal sangat memahami ajaran-ajaran Bung Karno. Dia juga yang selama ini mengejawantahkan ajaran Bung Karno ke dalam berbagai produk budaya.
Saat Kongres IV PDI-P, tahun 2015, untuk pertama kalinya dia ditunjuk masuk dalam struktur kepengurusan PDI-P, menjabat Ketua DPP PDI-P bidang Ekonomi Kreatif. Tak sebatas itu, dia ditugaskan memimpin Pusat Analisa dan Pengendali Situasi PDI-P yang perannya sentral dalam pemenangan PDI-P di pemilu ataupun pemilihan kepala daerah.
Baca juga: Megawati: Toleransi dan Demokrasi Tak Terpisahkan
Menjelang Kongres V, Prananda yang selama ini memilih di belakang layar berani tampil ke publik. Salah satunya dia terlihat ikut menyambut Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto saat berkunjung ke kediaman Megawati, akhir Juli.
”Baik Prananda maupun Puan merupakan kader terbaik PDI-P. Perpaduan keduanya akan menyempurnakan gerak partai karena Prananda menjadi pihak yang menguatkan ideologi secara internal. Sementara itu, Puan yang akan mengimplementasikannya dalam kehidupan masyarakat,” ujar Eriko.
Maka, bisa jadi tongkat estafet kepemimpinan Megawati akan diserahkan kepada Puan atau Prananda. Dan, bisa jadi hal itu baru terjadi pada 2024. Sebab, Megawati selalu mengingatkan bahwa puncak regenerasi baik di internal partai maupun di pemerintahan bakal terjadi lima tahun dari sekarang.
Lantas apakah dengan demikian menutup peluang kader PDI-P yang bukan dari trah Soekarno untuk memimpin PDI-P?
Eriko melihat kans trah Soekarno untuk memimpin partai lebih besar. Akan tetapi, bukan berarti tertutup peluang bagi kader PDI-P yang bukan trah Soekarno. Sebab, karisma dan kapabilitas tidak hanya dimiliki karena faktor biologis, tetapi juga proses pendidikan yang panjang.
Baca juga: Regenerasi di PDI-P, Puan Maharani: Ibu Mega Tahu Momentum Paling Pas
Yang jelas, kapan persisnya regenerasi itu terjadi dan bagaimana caranya hanya Megawati yang mengetahuinya.
Regenerasi ke depannya itu kapan? Ya, itu saya sebagai kader dan juga anaknya Ibu Mega percaya bahwa beliau itu akan tahu momentum yang paling pas. (Puan Maharani)
Pendidikan politik
Menurut Peneliti Senior Centre for Strategic and International Studies J Kristiadi, hingga kini memang belum terlihat sosok yang bisa menggantikan Megawati. Oleh karena itu, wajar jika kader PDI-P kembali berharap kepadanya.
Namun, penting bagi PDI-P untuk mulai menyiapkan regenerasi itu dari sekarang. Ini karena untuk melahirkan pemimpin karismatik seperti Megawati dibutuhkan waktu panjang.
Untuk itu, bisa saja PDI-P menyiapkan regenerasi melalui pembentukan jabatan baru di kepengurusan DPP PDI-P, yaitu ketua harian atau wakil ketua umum, seperti pernah disampaikan oleh politisi senior PDI-P, Pramono Anung. Kemudian di posisi itu ditempatkanlah kader terbaik PDI-P, bisa Puan, Prananda, atau kader lainnya. Dengan demikian, ada tempat bagi kader terbaik PDI-P itu untuk menempa diri menjadi pemimpin PDI-P berikutnya.
Guru Besar Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Syamsuddin Haris pun mengingatkan pentingnya regenerasi di pucuk pimpinan tertinggi di PDI-P.
PDI-P harus memikirkan era pasca-Mega karena ia tidak mungkin menjadi ketua umum seumur hidup. Hal itu dapat menjadi pendidikan politik yang kurang baik bagi bangsa.
Kepemimpinan Megawati yang tidak tergantikan selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa identifikasi dan preferensi personal dalam tata kelola partai dan tata kelola demokrasi masih kuat, bahkan melembaga. Dengan begitu, demokrasi pun masih bersifat personal, bukan institusional.
Baca juga: Ketika Rivalitas Tak Meluluhkan Persahabatan
Demokrasi yang bersifat personal itu berdampak terhadap munculnya visi, haluan politik, dan program-program yang tidak signifikan.
”Akibatnya, kompetisi demokratis lebih cenderung sebagai persaingan popularitas ketokohan ketimbang persaingan gagasan tentang tata kelola negara-bangsa ke depan,” tutur Syamsuddin.
Rekonsiliasi
Selain isu regenerasi, Kongres V PDI-P juga menjadi ajang untuk memperkuat rekonsiliasi pasca-Pemilu 2019.
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menjadi rival dari Joko Widodo, calon presiden yang diusung PDI-P di Pemilu Presiden 2019, dipastikan hadir pada kongres setelah diundang langsung oleh Megawati saat keduanya bertemu di kediaman Megawati, di Jakarta, akhir Juli.
Meski tak sedikit yang menafsirkan pertemuan keduanya terkait dengan distribusi kekuasaan atau koalisi pasca-pemilu, baik pihak PDI-P maupun Gerindra menampiknya. ”Pertemuan keduanya merupakan upaya mencairkan suasana setelah ketegangan panjang semasa pemilu,” ujar Eriko.
Baca juga: Megawati Minta Kader Tegakkan Disiplin Partai
Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria pun menegaskan, kehadiran Prabowo saat kongres PDI-P tak ada urusannya dengan urusan koalisi, apalagi bagi-bagi jabatan menteri di pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, 2019-2024.
”Sejauh ini, Gerindra baru bersilaturahmi. Kami pun mempersilakan Jokowi bersama partai politik koalisi pendukungnya untuk membahas hal ini secara internal terlebih dahulu. Jangankan membahas jatah menteri, soal koalisi saja belum kami bahas,” ujarnya.
Baca juga: Megawati Minta Jatah Menteri Terbanyak di Kabinet Jokowi-Amin
Hal lain yang menarik dalam kongres adalah kepastian kehadiran Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. Perjumpaan Megawati dan Surya bisa menjawab spekulasi yang muncul belakangan bahwa relasi keduanya tidak harmonis.
Selamat berkongres PDI-P!