Kenali Aktivitas Gunung Api, Pendaki Diimbau Patuhi Jarak Aman
Sebanyak 22 dari 127 gunung api aktif di Indonesia harus diwaspadai para pendaki yang berencana memperingati Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sebanyak 22 dari 127 gunung api aktif di Indonesia harus diwaspadai para pendaki yang berencana memperingati Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus. Pendaki diimbau mematuhi rekomendasi jarak aman untuk mengantisipasi ancaman bahaya yang ada.
Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, empat gunung berstatus Siaga, yaitu Gunung Sinabung, Gunung Karangetang, Gunung Soputan, dan Gunung Agung. Sementara 18 gunung lain berstatus Waspada, di antaranya Gunung Bromo, Gunung Merapi, Gunung Kerinci, Gunung Tangkuban Parahu, dan Gunung Gamalama. Masyarakat dapat memantau status gunung api dan rekomendasi jarak aman di situs vsi.esdm.go.id.
Di Gunung Merapi, misalnya, masyarakat diimbau tidak beraktivitas dalam radius 3 kilometer dari puncak. Kamis (8/8/2019), teramati asap berwarna putih dengan intensitas tipis dari kawah utama dengan ketinggian maksimum 10 meter dari puncak.
”Di Gunung Rinjani, selain ancaman vulkanik, perlu diwaspadai juga risiko longsor seperti yang pernah terjadi tahun lalu akibat dipicu gempa,” ujar Kepala PVMBG Badan Geologi Kasbani di Bandung, Jumat (9/8/2019).
Kasbani mengatakan, setiap gunung mempunyai ancaman bahaya tersendiri, mulai dari gas beracun, hujan abu, hingga lontaran material pijar. Oleh karena itu, pihaknya sudah merekomendasikan jarak aman untuk beraktivitas di setiap gunung.
”Patuhi rekomendasi itu. Jangan bersikukuh berkemah di dalam radius ancaman bahaya tersebut,” ujarnya.
Patuhi rekomendasi itu. Jangan bersikukuh berkemah di dalam radius ancaman bahaya tersebut.
Gunung Slamet
Salah satu gunung yang diwaspadai adalah Slamet di Jawa Tengah karena aktivitasnya meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Sejak akhir Juli lalu, terekam getaran tremor dengan amplitudo 0,5-2 milimeter. Status gunung itu pun dinaikkan dari Aktif Normal menjadi Waspada.
Kasbani mengatakan, sejak Mei 2019 terjadi lebih dari 400 gempa embusan per hari. Memasuki Agustus, intensitasnya meningkat menjadi 1.000 gempa embusan per hari.
”Terjadi peningkatan aktivitas cukup signifikan. Ini perlu diantisipasi jika terjadi erupsi,” ujarnya.
Secara visual, teramati asap kawah berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal. Ketinggian asap maksimum mencapai 300 meter dari atas puncak.
Selama Juni-Agustus tercatat 51.511 kali gempa hembusan, 5 kali gempa tektonik lokal, dan 17 kali gempa tektonik jauh. Energi kegempaan terdeteksi meningkat secara gradual.
Potensi ancaman bahaya Gunung Slamet saat ini berupa erupsi magmatik yang menghasilkan lontaran material pijar. Letusan freatik dan hujan abu juga berpotensi terjadi di sekitar kawah meskipun tanpa gejala vulkanik yang jelas.
”Masyarakat dan pengunjung direkomendasikan tidak mendekati puncak dalam radius 2 kilometer. Di luar radius itu dapat beraktivitas seperti biasa,” ujarnya.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Hendra Gunawan mengatakan, dari citra satelit teramati warna merah di sekitar kawah. Oleh karena itu, perlu diwaspadai erupsi magmatik pada gunung setinggi 3.432 meter dari permukaan laut tersebut.
”Erupsi magmatik berpotensi melontarkan material pijar yang membahayakan. Jadi, rekomendasi untuk tidak masuk dalam radius 2 kilometer harus ditaati,” ucapnya.