Kolaborasi Semakin Eksis
Usaha rintisan berbasis digital di sektor kelautan dan perikanan tumbuh kian marak. Layaknya seleksi alam, siapa yang kuat akan bertahan di tengah persaingan. Di tengah iklim kompetisi yang semakin ketat, pelaku usaha rintisan memilih berkolaborasi untuk tetap eksis dan maju bersama.
Usaha rintisan berbasis digital di sektor kelautan dan perikanan tumbuh kian marak. Layaknya seleksi alam, siapa yang kuat akan bertahan di tengah persaingan. Di tengah iklim kompetisi yang semakin ketat, pelaku usaha rintisan memilih berkolaborasi untuk tetap eksis dan maju bersama.
Berangkat dari pertemuan pelaku usaha rintisan sektor kelautan dan perikanan di sejumlah ajang pameran, mereka membentuk jaringan usaha rintisan kelautan dan perikanan digital Digifish Network.
Inisiator Digifish Network, Rully Setya Purnama, mengemukakan, saat ini ada 18 usaha rintisan perikanan berbasis digital yang bergabung dalam ekosistem Digifish Network. Bidang usaha rintisan itu antara lain perdagangan elektronik, jaringan informasi, teknologi pendidikan, teknologi perikanan, manajemen perikanan, teknologi finansial, serta rantai pasok dan logistik. Selain bergabung dalam ekosistem yang sama, para pelaku usaha rintisan digital juga membentuk grup percakapan atau grup Whatsapp.
Digifish Network menjadi ekosistem bagi para pelaku usaha untuk berdiskusi, saling bertukar informasi, hingga menjajaki kerja sama bisnis. Industri perikanan nasional yang terus tumbuh dan kebutuhan pasar yang sangat besar membuat kerja sama antarpelaku usaha rintisan merupakan keniscayaan. Iklim kompetisi antarpelaku usaha rintisan bergeser menjadi kolaborasi.
”Semula, saya juga agak khawatir, biasanya mereka (antarpelaku usaha) berkompetisi karena bidang usahanya sama. Akan tetapi, ternyata, kebutuhan pasar jauh lebih besar daripada yang tersedia. Investornya juga jauh lebih besar. Kami masih sangat kecil jika dibandingkan dengan potensi industri (perikanan). Dengan pasar yang besar, kompetisi menjadi minim,” ujar Rully yang juga Chief Executive Officer (CEO) Minapoli, platform jaringan informasi dan bisnis perikanan terintegrasi.
Ide dari pameran
Kolaborasi antarusaha rintisan telah dilakukan Mina Ceria Nusantara yang bergerak di bidang jasa budidaya dengan Infishta Digital Indonesia (Infishta), perusahaan teknologi finansial berbasis syariah untuk perikanan.
CEO Mina Ceria Nusantara Harya Candrasa Koostanto mengemukakan, ide kerja sama muncul setelah ia dan beberapa pelaku usaha rintisan sektor perikanan beberapa kali mengikuti pameran yang sama.
”Kolaborasi dengan sesama usaha rintisan dimulai pada tahun ini. Dari perkenalan, muncul ide untuk bekerja sama dalam bisnis. Kami juga saling berbagi informasi untuk kemajuan bersama,” katanya.
Bentuk kerja samanya, Mina Ceria Nusantara mencari tambahan modal untuk pengembangan usaha budidaya udang. Adapun Infishta menyediakan kanal pembiayaan yang menghubungkan dengan pemodal. Pembiayaan itu untuk menggarap lahan seluas 1 hektar atau 33 persen dari luas tambak udang yang digarap di Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Dari hasil kolaborasi itu, Mina Ceria Nusantara mendapat suntikan modal yang dibutuhkan, yaitu Rp 500 juta dengan jangka waktu pinjaman dua tahun dan lima tahun. Pola kerja sama dilakukan dengan skema bagi hasil dengan perbandingan 50:50 persen.
Pada akhir Juli 2019, tambak udang yang dikerjasamakan itu sudah panen perdana dengan hasil panen 6 ton di lahan seluas l hektar. Target udang yang diproduksi berukuran 30 ekor per kilogram, yang nantinya diekspor.
Harya menambahkan, selama ini, pihaknya sudah bekerja sama dengan ratusan investor untuk usaha tambak udang yang tersebar di Indramayu dan Subang. Kolaborasi dengan perusahaan teknologi finansial dinilai memudahkan usahanya menggandeng investor.
”Dengan kerja sama ini, kami bisa fokus menggarap usaha budidaya tanpa perlu direpotkan mencari investor. Hasil panen, baik untung maupun rugi, ditanggung bersama,” kata Harya.
Ia menilai, komunitas Digifish Network sangat bermanfaat bagi pelaku usaha rintisan di bidang perikanan. Antarpelaku budidaya udang bisa saling bertukar informasi kendati sebenarnya mereka juga berkompetisi di bidang usaha yang sama.
”Kami bisa saling bertukar informasi, misalnya terkait pemasok benur. Kami saling menghubungi tanpa saling sikut usaha,” ujarnya.
Sinergi
Nuansa sinergi juga terlihat dalam forum pertemuan perdana Digifish Network, di Jakarta, pada awal Agustus 2019. Dalam pertemuan lesehan—dengan sajian makanan piza tuna di Kantor Aruna, salah satu usaha rintisan e-dagang—sejumlah pelaku usaha rintisan meminang usaha rintisan lain untuk menjalin kerja sama bisnis.
Perusahaan teknologi finansial Growpal menyatakan keinginan untuk menggandeng usaha rintisan teknologi perikanan Nanobubble dalam pemakaian mesin aerator berteknologi nano di tambak udang.
”Kami ingin melihat hasilnya, apakah ada pengembangan dari segi pendapatan dan bisa uji coba di lapangan,” kata Sylvester Albert, Chief Technology Officer & Co-founder Growpal.
Direktur Nanobubble Hardi Junaedi mengemukakan, dalam waktu dekat, pihaknya siap memproduksi mesin aerator berteknologi nano secara massal. Saat ini, mesin aerator tersebut diproduksi sekitar 20 unit per bulan. Beberapa usaha rintisan perikanan juga sedang menjajaki kerja sama dengan Nanobubble.
Co-founder dan CEO Aruna, Farid Naufal Azam, mengemukakan, pelaku usaha rintisan baru umumnya menghadapi tantangan permodalan. Muncul kecenderungan, saat ini investor lebih memilih menanamkan modal pada usaha rintisan level unicorn dengan nilai ekonomi perusahaan minimal Rp 14 triliun.
Oleh karena itu, jaringan pelaku usaha rintisan kelautan dan perikanan dalam wadah Digifish Network dinilai membuka peluang bagi pelaku usaha untuk berintegrasi mengembangkan bisnis perikanan.
Kebutuhan bersama
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo mengemukakan, kompetisi antarindustri tidak dapat dimungkiri. Namun, dalam kompetisi, seringkali ditemukan kebutuhan bersama atau upaya dalam menghadapi masalah yang sama.
Pada titik itu, asosiasi berperan menjembatani pelaku usaha dan melakukan upaya bersama pengembangan industri, seperti penetrasi pasar.
Rully menambahkan, tak dapat dimungkiri juga, ada usaha rintisan di bidang kelautan dan perikanan yang akhirnya tutup. Untuk itu, Digifish Network perlu tampil sebagai wadah bagi usaha perikanan berbasis digital untuk terus berinovasi menghasilkan solusi atas berbagai persoalan di sektor kelautan dan perikanan.